Chapter 02

1.1K 106 11
                                    


"Katsuki no baka..!!!"

Hari itu, untuk pertama kalinya, aku melihat dispenser rusak mengeluarkan sisi panasnya. Cacian dan umpatan yang ditujukan kepadaku terus ia ulang-ulang di lantai dua itu, wajahnya yang menyembul keluar jendela menerjang cahaya mentari yang mulai menyembunyikan dirinya.

Aku mendengus kesal kemudian kembali berjalan di halaman sekolah yang luas, meninggalkan gedung sekolah khusus alpha dan beta itu. Ya, khusus alpha dan beta. Aku sempat terkejut mengetahui pemuda tinggi yang tengah meneriakiku bodoh itu adalah seorang omega. Persetan dengan bagaimana ia bisa menginjakkan kaki di sini dan alasan mengapa ia menyembunyikan gender keduanya. Saat ini aku hanya merasa sedikit senang karena berhasil membawa benda pusaka miliknya di dalam tas sekolahku. Setidaknya, dengan ini aku bisa membalas setiap umpatan yang ia berikan padaku.

Sesampainya di apartemen kecilku aku segera menghempaskan tubuhku ke atas ranjang. Sedikit meregangkan otot-otot lenganku kemudian menguap panjang dan sedikit mengaduh ketika merasakan perih pada goresan-goresan luka akibat pecahan kaca tadi siang. Aku merasa sangat lelah mengingat banyak kegiatan yang menguras tenaga yang aku lakukan hari ini. Semuanya berawal dari kesombonganku menantang anak kelas tiga yang tengah bermain kasti. Permainan mereka sangat buruk hingga aku kesal sendiri melihatnya. Mereka mengizinkanku bermain tanpa bertanya panjang lebar mengenai aku yang membolos. Mereka sudah tahu, kalau guru mengusirku dari kelas disebabkan keributan yang kutimbulkan. Bukan kesalahan besar, aku hanya berkelahi dengan si kepala brokoli dan itu hal yang biasa.

Dan setelahnya, aku memecahkan kaca jendela kelas 1-A. Teriakan dan seruan kakak kelas menyebalkan itu membuatku buru-buru memanjat pohon dan melompat kedalam. Bermaksud mengambil kembali bola mereka tanpa menimbulkan keributan lain. Sialnya, saat aku hampir sampai, aku mencium aroma manis yang kuat. Sangat kuat hingga aku hampir kehilangan setengah kewarasanku dan tanpa sadar melompat masuk begitu saja. Menerjang kaca jendela yang berakhir menjadi kepingan-kepingan kecil dan tanpa sengaja menabrak pemuda berambut aneh dengan bekas luka bakar yang besar di sisi kiri wajahnya, yang membentang dari garis rambut hingga setengah pipinya.

"Woi, kau baik-baik saja?!" Tanyaku khawatir melihat laki-laki di bawahku ini tampak merintih kesakitan. Kenapa? Sesakit itu kah hingga ia tak mampu menjawab pertanyaanku?

"Akuh-nggh..." racaunya.

Aku segera mengangkatnya lalu merangkulnya dan berjalan melewati Aizawa-sensei,

"Sensei, aku akan membawanya ke UKS. Sepertinya dia sedang sekarat!" Laporku. Aizawa sensei yang sepertinya memaklumi modal dustaku hanya mengangguk dan setelahnya aku membawa pemuda ini ke UKS.

Suhu tubuhnya sangat tinggi, peluh menetes dari kulit putihnya, juga kakinya yang gemetar semakin menyulitkannya dalam berjalan. Ia sepenuhnya menyandarkan tubuhnya padaku.

"Hei, sedikit lagi, jangan mati di sini!" Gerutuku tatkala ia jatuh di depan pintu UKS. Kuseret tubuhnya yang gemetar. Memang nampak tidak estetik tapi apa boleh buat. Menggendongnya ala bridal style? Oh, maaf. Aku tak sudi melakukannya untuk seorang pria, apalagi laki-laki alpha sepertinya. Pikirku kala itu.

"Sebentar lagi petugas UKS akan datang, kau tunggulah di sini!" Aku berpaling, meninggalkannya berbaring di atas ranjang UKS.

"Tolong... aku, hiks.. " Rintihannya yang meminta belas kasihan menghentikan langkahku. Ada keinginan untuk terus melangkah namun aku sedikit merasa kasihan melihatnya mati-matian menahan rasa sakit. Ingat! Hanya se-di-kit.

"Kau... apa yang kau butuhkan?" Tanyaku singkat.

"Aku, ingin—

Dengan tubuh bergetar ia bangkit dan tiba-tiba menghamburkan pelukannya ke arahku. Aku yang tak siap akhirnya kehilangan keseimbangan dan jatuh bersama dengan pemuda yang menindihiku.

ScumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang