D-DAY (2)

520 77 10
                                    

.

.

[ 1 jam yang lalu ]

Tok, tok, tok...

Bam membuka matanya ketika mendengar ketukan tersebut, ia masih duduk bersandar di samping tempat tidurnya dengan light housenya yang masih menyala di depannya.

"Viole...waktunya untuk berangkat" ucap seseorang di balik pintu.

Bam yang mengenal suara tersebut segera berdiri lalu berjalan membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, Bam mendapati Hwaryun sudah berdiri rapih dengan sweater dan mantel coklat muda di lengannya. Hwaryun tersenyum tipis menatap Bam di depannya, "apa kau baru bangun? "

Bam mengangguk lalu mengusap rambut panjangnya yang masih tergerai, "bukankah masih ada satu jam lagi untuk sampai? "

Hwaryun menghembuskan napasnya, "mau bagaimana lagi, Yuri Jahad sudah mulai bergerak lagi untuk memburumu" ucapnya.

Bam mengangguk mengerti, "baiklah aku akan segera bersiap-siap" ucapnya lalu kembali menutup pintu. Bam dengan cepat mencuci muka dan mengganti pakaiannya lalu keluar dari kamarnya.

Hwaryun tersenyum menatap Bam, "kau terlihat sangat cocok dengan pakaian itu" ucapnya.

Bam hanya terdiam dan menghembuskan napasnya, "Ayo" ucapnya lalu kembali berjalan keluar dari area longue di ikuti Hwaryun di belakangnya. Butuh waktu 30 menit lamanya untuk berjalan sampai pintu keluar, jika Yuri sudah bergerak mencarinya mungkin akan memakan waktu sedikit lebih lama. Bam terus melangkah kan kakinya dalam keheningan, sesampainya di pertigaan lorong.

BRAK! BRAK! BRAK!!

Bam yang mendengar suara tersebut segera menghentikan langkahnya juga Hwaryun.

"JUE VIOLE GRACE! Keluar kau!! Berani sekali kau melakukan teleportasi di kereta ini dengan seenaknya!! Kau pikir aku tidak akan melaporkannya pada ayah??!! " Teriak seorang gadis bersurai hitam dari balik tembok lorong tersebut.

Bam menyipitkan matanya untuk melihat lorong gelap di depannya lalu mengintip perlahan lorong di samping kanannya. Lorong di samping kanannya terhubung langsung dengan ruangan luas yang mengarah langsung pada salah satu pintu keluar kereta. Walau terlihat sepi, ruangan di sampingnya itu sebenarnya ramai dengan tim Khun yang bersembunyi entah menggunakan apa.

Bam bisa merasakan aura kuat dari masing-masing temannya, kemudian ia menatap lorong gelap di depannya. Sama seperti ruangan di sampingnya, lorong tersebut juga sudah ramai oleh teman-temanya yang bersembunyi. Ia sudah terkepung.

Bam menghembuskan napasnya lalu menatap Hwaryun, "kau punya rencana? " tanyanya sambil berbisik.

Hwaryun terdiam lalu memajukan sedikit kepalanya, "gunakan light housemu, lagi pula kita masih punya dua pion yang berguna, menggertak sedikit bukan masalahkan?" bisiknya.

Bam terdiam sejenak berusaha mencermati apa yang dikatakan oleh Hwaryun, lalu ia memijit pelipisnya "kau serius? "

.

.

"Haah...bagaimana ini~ aku tidak melihat tanda-tanda dia datang sedikitpun, apa perhitunganmu tadi itu benar? Hm, Evan Edrok? " Tanya Yuri sambil menekankan ucapannya.

Evan meneguk kasar ludahnya, "lebih baik kita menunggu saja dan...tuan putri, saya mohon untuk berhenti berteriak karna jika seperti itu dia tidak akan datang-datang"

Yuri mengangguk, "begitu... baiklah tapi jika dia tidak datang juga, kau tak akan ku biarkan lolos begitu saja" ucapnya sambil tersenyum pada Evan. Tanpa basa-basi lagi, Evan segera mengangguk dengan cepat.

A Lullaby Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang