A chance (2)

248 43 8
                                    


Bam membuka matanya lebar-lebar, takjub dengan apa yang baru ia temukan.

Ruangan yang sebelumnya gelap gulita, berubah menjadi sebuah gua dengan luas yang tiada taranya. Langit-langit gua diatasnya penuh dengan stalaktit es yang bersinar memantulkan cahaya shinsu ke penjuru gua.

Bam tak bisa melepaskan pandangannya pada sekelilingnya. Bagaimana tidak, gua indah penuh dengan stalaktit es dan hamparan rumpun pendek sungguh di luar dugaannya.

Selama Bam memutar matanya melihat-lihat, seekor kupu-kupu tiba-tiba saja datang entah dari mana datangnya. Kupu-kupu tersebut memiliki tubuh putih nan kecil dengan sayap lebar berwarna perpaduan biru dan ungu menciptakan warna violet yang cantik. Kupu-kupu tersebut terbang mengelilingi Bam lalu pergi menuju pintu besar di depannya.

Melihat kupu-kupu tersebut, Bam refleks mengikuti kemana perginya kupu-kupu tersebut.

Pintu di depannya mulai terbuka mengeluarkan cahaya terang yang menyulaukan, membiarkan kupu-kupu tersebut masuk.

Bam, tanpa sepatah katapun ikut mengikuti kupu-kupu tersebut.

Bam menutup matanya, terus berjalan membiarkan tubuhnya ikut tenggelam dalam cahaya di depannya.

Swooosh... Swaah...

Semilir angin melambai lembut wajah Bam. Matanya kembali terbuka dan kembali terkejut dengan apa yang ia lihat di depannya.

Hamparan padang rumput indah tak berujung dengan beribu bunga chrysanthemum putih bermekaran dengan indah.

Jauh di depannya terlihat sebuah pohon pohon ek yang amat besar tumbuh dengan indah. Di atasnya berdiri matahari yang bersinar terang menyinari seluruh padang bunga disampingnya.

Bam kembali terkesima dengan pemandangan di depannya. Sungguh pemandangan indah yang tak pernah ia bayangkan selama 199 hidupnya. Bam terdiam menikmati pemandangan di depannya untuk sesaat.

Merasa cukup puas, ia akhirnya memutuskan untuk kembali.

Bam, 'Luslec pasti sudah menunggu disana '

kemudian ia berbalik dan mendapati pintu besar yang ia lewati sebelumnya telah menghilang. Tentu saja Bam terkejut bukan main, dirinya mulai sedikit panik karna baginya itu merupakan pintu terdekat untuk kembali. Sungguh, ia harus segera kembali dengan cepat.

Bam berjalan mendekati letak awal pintu tersebut berdiri, berusaha mencari keberadaan pintu tersebut.

Srak... Srak...

"Apa kau menyukainya?"

Bam segera berbalik mendapati seorang berjubah putih bersih berdiri 10 langkah di depannya. Itu adalah seorang pria yang tingginya hampir sama dengannya. Ia tak bisa melihat wajahnya, tapi ia masih bisa melihat seulas senyum tipis dan beberapa helaian rambut entah itu perak atau hanya putih pucat. Mungkin karna cahaya matahari yang bersinar diatasnya, ia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"aku berusaha menyiapkannya secantik mungkin, bagaimana?" ucapnya lagi.

Bam segera mengumpulkan kewaspadaannya, menatap tajam orang di depannya.

"Siapa kau?" Tanyanya.

Alih-alih menjawab pria itu melebarkan senyumannya menjadi senyuman lembut nan hangat.

Bam merasa hatinya berdesis sedikit ketika melihat senyuman tersebut. Itu terasa familiar, sangat familiar. Tapi ia tak bisa mengingatnya, lebih tepatnya itu terasa seperti kabur. Pikirannya terus berputar untuk mengingat senyuman tersebut.

A Lullaby Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang