Tes, tes, tes
..
Bam membuka kedua matanya, menatap langit-langit gua diatasnya. Ia meghembuskan napasnya sejenak lalu kembali menutup matanya. Kepalanya terasa sakit saat mengingat kembali ingatan gelap bersama teman-temannya.
Sudah 199 kali ia mengulang kehidupannya, aneh rasanya ketika ia terus melihat hal-hal yang sama selama 199 kali. Ia terduduk di samping dinding gua lalu menatap siluet seorang pria yang berjalan mendekat kepadanya.
"Kau sudah bangun, viole? "
Bam hanya mengangguk lalu ia berusaha berdiri untuk memulai kembali latihannya. Sudah 2 minggu lamanya ia baru kembali ke masa lalunya. Kini pikirannya masih kalut apakah ia harus menjalani kehidupan yang sama atau membuat jalan lain untuk kehidupannya kali ini. Dirinya sudah stress untuk mengulang kenyataan pahit yang sama selama 199 kali, apalagi saat dirinya kehilangan biru kesayangannya di depan matanya.
Bam kembali menyentuh kepalanya saat mengingat kembali ingatan tersebut. Pria di samping Bam pun membantu untuk menopang tubuh Bam yang lemah. "jinsung..." gumam Bam pelan saat menyadari pria tersebut sudah berada tepat di sampingnya.
Jinsung mengangguk kepalanya lalu ia mengusap rambut panjang Bam. "hari ini kau tidak perlu latihan" ucapnya.
Bam memiringkan kepalanya. "Mirchea tidak hanya menyuruhku untuk melatihmu, namun juga menjagamu, jadi aku ingin kau istirahat sejenak" lanjutnya sambil tersenyum. Bam hanya mengangguk mengerti, lalu ia mulai berjalan sedikit dipapah oleh jinsung. Gurunya selalu seperti ini padanya, bahkan dikehidupan sebelumnya.
Bam terus melangkahkan kakinya ke depan, lalu matanya beralih pada tangannya yang di pegang oleh Jinsung. Ia mengusapnya perlahan merasakan setiap inci dari kulit Jinsung. Gurunya masih hidup, hanya itu yang dipikirkannya sekarang. Bam menghembuskan napasnya perlahan lalu membuka mulutnya, "ada dua"
Jinsung, "hm?"
"jika..ada dua jalan dengan tujuan yang sama, jalan mana yang akan kau pilih?" tanya Bam dengan suara seraknya.
Jinsung terdiam sejenak. Dia sedikit terkejut dengan petanyaan tiba-tiba yang di lontarkan Bam padanya, "tergantung bukan? ".
Jinsung menghela napasnya sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. " Jika ada dua jalan yang berbada, tentu saja orang-orang akan lebih mencari jalan tercepat walaupun sulit. Tapi..jika itu kamu, kupikir kau akan lebih memilih jalan yang lebih panjang yang mudah" ucapnya.
Bam hanya terdiam mendengar jawaban Jinsung. Jinsung menatap Bam sejenak untuk melihat wajah anak muridnya. "tapi tetap, semua pilihan ada di tanganmu" lanjutnya.
Bam masih terdiam tak menanggapi ucapan Jinsung. Kini pilihannya sudah tetap. Dia tidak akan kembali kepada teman-temannya sama seperti sebelumnya, kini ia akan tetap berada di FUG dan menjadi boneka mereka.
'Setidaknya dengan begini, mereka akan baik-baik saja '
.
.
.
[ Lantai 30 Archimedes, penginapan tim Asam-Manis ]
Seorang pemuda bersurai biru berdiri diam di pinggir balkon penginapannya. Netra cobaltnya menatap dalam-dalam langit malam yang terbuat dari shinsu di atasnya. Ia menghembuskan napasnya lalu memejamkan matanya. 'Bam...'
Pikirannya kembali mengingat bagaimana bocah brunettenya tersenyum manis padanya. Ia merindukannya, mata emasnya yang berkilau, rambutnya yang halus, sifat lucunya...ia merindukan segala hal tentang brunette nya.
"khun... kau tidak ingin tidur? " Tanya seorang pemuda plontos di belakangnya.
Khun berbalik lalu tersenyum tipis, "isu... tenanglah sebentar lagi aku juga akan tidur" ucapnya.
Shibisu menghembuskan napasnya lelah. Ia tahu betul apa yang sedang dipikirkan temannya yang satu itu. Sudah hampir 7 tahun semenjak kematian Bam dan Khun masih belum bisa melupakan sahabatnya yang satu itu. Rak juga awalnya hampir setiap hari mengoceh tidak percaya bahwa Bam sudah pergi, namun waktu terus berlalu dan Rak perlahan menjadi diam, sangat pendiam dari biasanya. Mengetahui bahwa Rachel lah yang membunuh Bam, membuat keduanya semakin bergemuruh untuk tak sabar menghajar gadis tersebut.
Shibisu kembali menghembuskan napasnya lalu ia berjalan mendekati Khun di depannya, ia menepuk pundak Khun lalu tersenyum hangat. "Dia akan baik-baik saja, orang sebaik dia juga pasti akan mendapatkan kebahagiaan di alam sana" ucapnya.
Khun hanya terdiam tak memandang Shibisu, matanya masih terpaku pada langit di atasnya. Tak mendapat jawaban apapun Shibisu akhirnya kembali berjalan masuk, meninggalkan Khun di belakangnya.
'Apa benar, Bam akan tenang setelah mengetahui yang membunuhnya adalah orang yang paling dicintainya? '
--
"Dia akan baik-baik saja, orang sebaik dia juga pasti akan mendapatkan kebahagiaan di alam sana"
--
Kalimat yang baru saja Shibisu lontarkan membuatnya kembali berpikir. ' ya...mungkin saja itu benar '. Khun menghembuskan napasnya lalu pandangannya beralih pada sebuah kapal putih berukuran besar tak jauh dari penginapannya. "Bam..kau tenanglah disana, aku pasti akan menghabisi si jalang yang membunuhmu itu" ucapnya dengan seringai di wajahnya.
'pasti...aku akan membuatmu lebih tenang di sana '
Kali ini khun tersenyum kecil. Tangannya terulur mengeluarkan sebuah pengikat kepala berwarna hitam dari dalam kantung celananya. Ia mengelus lembut pengikat kepala tersebut, mengingat hanya barang inilah satu-satunya peninggalan dari Bam.
"Bam..."
.
.
------1---
Heyhooo para readers...Aku harap kalian enjoy sama rilisan pertamaku ini. Juga jangan lupa buat Vote and Coment ;)
MOCHIBOLL will be back next week :)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lullaby Just For You
FanfictionSetelah melewati banyak rintangan selama menaiki menara, akhirnya bam di pertemukan oleh Jahad yang membuatnya kehilangan seluruh teman-temanya. Namun siapa sangka, ia kembali ke masa lalu dimana ia masih berlatih dengan FUG. Kini ia bertekad untuk...