[Gerbang istana Grand de Jah]"Huft..." Bam menghembuskan napasnya ketika melihat banyaknya sulur-sulur dedaunan yang menjalar ke bawah.
Ia menatap lekat sulur tersebut lalu beralih pada sebuah lingkaran besi raksasa dangan beberapa ornamen lampu jingga.
'tempat ini...benar-benar memuakan, mau bagaimana lagi, salah satu jarum Enryu berada di sini '
Tanpa disadari, ia tertawa pelan ketika mengingat beberapa memorimya dengan Rachel di sini. Entah sudah berapa kali ia menyesali kebodohannya yang terus jatuh pada lubang yang sama. Ia sudah tidak mengerti lagi dengan teman lamanya itu. Tidak, ia sudah tidak bisa dipanggil sebagai teman lagi.
Dulu, baik dirinya maupun Rachel, keduanya saling menyalahkan satu sama lain. Tanpa alasan pasti, semuanya hanya didasari oleh kebencian.
Bam menghembuskan kembali napasnya, 'jalang itu, kakinya sudah kupatahkan kan? Apa dia akan mengikuti egonya untuk tetap turun? Kuharap dia tidak melakukannya, tapi...'
"Dia masih punya satu kartu lagi kan? " Ia mendecih dan mengacak-acak poninya yang panjang.
'si bodoh itu...Yura! dia pasti akan membantu Rachel, haruskah kubunuh dulu dan membiarkan Rachel sendirian? tunggu, kalau begitu...itu hanya akan menguntungkan Rachel, berhubung dia selalu berpura-pura baik dan tidak bersalah, dan... mungkin saja dia bisa menarik perhatian salah satu petinggi FUG atau bahkan...10 kepala keluarga, bagaimanapun dia juga seorang Irregular bukan? '
"tch, sial" gerutunya.
'sepertinya memang sulit untuk menjatuhkannya '
Bam akhirnya pasrah dan kembali mengacak-acak rambutnya, 'akan kupikirkan nanti saja '
Selesai dengan pemikirannya mengenai Rachel, ia membenarkan haorinya ketika angin tiba-tiba saja bertiup. 'omong-omong, aku tidak tau haori ini sangat berguna, ini benar-benar tahan di segala suhu '
Ya itu tidak aneh, berhubung Luslec lah yang membuatkannya. Bam menghembuskan napasnya dan kembali berjalan mendekati sulur-sulur di depannya. Ia menatap sejenak lorong gelap di depannya, lalu membuat piringan shinsunya.
"BAM! "
Degh!
Mendengar panggilan tersebut, tangannya segera berhenti dan bergetar. Jantungnya berdegup kencang akan ketakutan. Mendapat kesadarannya kembali, ia dengan cepat berusaha bertindak seperti biasa dan hanya melanjutkan membuat piringan shinsu tersebut.
Bam, 'benar, aku harus cepat-cepat pergi '
Tapi, bahkan sebelum Bam menyelesaikan piringan shinsu tersebut dirinya sudah dipeluk erat oleh pemuda biru di belakangnya.
Khun mengeratkan pelukannya lalu membuka mulutnya yang bergetar, "Bam...kau Bam kan? Kau benar-benar...Bam, benar kan? Kau-"
Sebelum Khun menyelesaikan ucapannya, Bam segera melepas pelukan tersebut dan dengan terpaksa melemparnya dengan kencang.
Khun terlempar jauh, terjatuh diantara tumpukan salju putih yang tebal dengan tubuh yang sedikit bergetar. Matanya bergetar tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya dan akhirnya hanya membatu di tempat.
"B..bam? " gumamnya pelan. Ia sekuat mungkin menahan air matanya untuk terjatuh, kembali menatap lekat sahabat di depannya.
Surai brunette gelap nan panjang dengan netra emas yang bersinar, menatapnya dengan pandangan rumit namun juga menyedihkan. Sesaat melihat wajah tersebut, Khun merasakan hatinya berdenyut sakit yang bahkan lebih sakit dibandingkan saat ditinggal oleh Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lullaby Just For You
FanfictionSetelah melewati banyak rintangan selama menaiki menara, akhirnya bam di pertemukan oleh Jahad yang membuatnya kehilangan seluruh teman-temanya. Namun siapa sangka, ia kembali ke masa lalu dimana ia masih berlatih dengan FUG. Kini ia bertekad untuk...