A chance

283 46 0
                                    

Bam terdiam menatap lorong gelap dibawahnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang ada di depannya itu nyata. 

'sebenarnya, seberapa luas tempat sialan ini?! ' batinnya.

Ia penasaran bukan main tapi juga ragu untuk turun melihat apa yang ada di dalamnya.

"Tuan, masuklah"

Bam meneguk ludahnya, "mengapa aku harus mengikuti ucapanmu?"

"karna kau tidak bisa kembali dengan keadaan remuk"

Bam tertegun dengan kelancangan ucapan tersebut, namun ia tak bisa menyangkal ucapan itu. Mengingat betapa hebatnya tekanan menuju labirin tadi. Bam terdiam tak bergeming sedikitpun.

Sejujurnya, ia merasa takut. Rasa takut yang ia rasakan bukanlah takut akan kematian, melainkan rasa takut akan perasaan asing yang ia rasakan. Tapi hanya berdiam di tempat juga tak akan memberikan hasil apapun.

Bam membuka mulutnya, "baiklah tunggu sebentar"

Ia berbalik mendekati lorong, mengulurkan tangan kanannya me depan. Bam menarik napasnya, mengumpulkan shinsuu pada telapak tangannya.

"Tuan apa yang ingin kau lakukan? "

Bam hanya melirik lorong tangga dibelakangnya tak memberikan jawaban apapun. Perlahan kumpulan shinsuu yang ia kumpulkan mulai membesar dan bersinar terang hampir menyinari seluruh ruangan. Merasa siap, Bam melepas tembakan shinsuunya hingga membuat ledakan besar dengan hembusan angin yang kuat. Ledakan tersebut menciptakan asam tebal hingga menyelimuti seluruh tubuh Bam.

BLEDAM!!

"TUAN"

Tak ada jawaban apapun dari sang Brunette. Seluruh ruangan hanya teriisi dengan desisan asap tebal dan debu-debu batu yang berjatuhan. Perlahan-lahan, asap tebal yang sebelumnya memenuhi ruangan berubah menjadi tipis dan akhirnya menghilang. Menampakkan sosok pemuda brunette yang tengah berdiri berkacak pinggang.

Bam, yang membuat kekacauan tersebut, terlihat baik-baik saja berdiri diam tanpa goyah. Dirinya sudah mengatur tekanan shinsuu disekeliling tubuhnya, sehingga tak ada sedikitpun goresan ataupun debu yang menempel di tubuhnya.

Bam menatap datar pemandangan di depannya, 'oh, ternyata tidak bisa' batinnya kecewa.

Ya, bagaimana tidak. Tembok batu besar yang baru saja ia tembak tak bergerak sedikitpun. Yang ada segelintir debu dari atap ruangan saja yang berjatuhan.

"TUAN APA YANG ANDA LAKUKAN?!"

Bam berbalik sambil mengibaskan tabgannya, "tidak ada"

"Apa maksud anda dengan tidak ada? Anda baru saja hampir membunuh diri anda sendiri!"

Bam mengangkat kedua alisnya, "kau yakin? Bahkan tembok yang menjadi sasaranku saja tak bergerak sedikitpun"

"Ah... Ya... Tapi itu tetap berbahaya! Lagipula apa yang ingin anda LAKUKAN?"

Bam, "ooh... Tadi, aku hanya ingin mengecek saja" ucapnya santai.

"..."

Bam, "..."

Keduanya terdiam beberapa menit membuat Bam tak tahan dengan kesunyian aneh tersebut.

Bam, "apa? Kau ingin aku-"

"Tidak, saya akan berpura-pura tidak melihat apa-apa"

Bam kembali tertegun membuatnya menahan napasnya beberapa detik, "itu... Ide yang bagus, tapi aku tidak suka bagaimana cara kau memotong pembicaraanmu itu"

A Lullaby Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang