A chance (3)

378 38 6
                                    

Srak, srak, srak...

Suara semilir angin yang menyisir bunga-bunga chrysanthemum memenuhi kedua telinga Bam. Suasana disekitarnya benar-benar tentram. Tak ada sedikitpun kebisingan yang menyakitkan telinganya, hanya suara merdu dari angin-angin yang bertiup.

Kakinya terus melangkah tanpa tujuan. Pikirannya penuh dengan hal-hal yang sudah ia rencanakan, namun tentunya hancur karna kecerobohannya sendiri. Ia terus menatap pocketnya yang menampakan empat digit angka di dalamnya.

1 jam telah berlalu, ia menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Bam kembali menghembuskan napasnya.

Bam menggertakan giginya, 'aku bodoh, kalau tau begini, seharusnya aku abaikan saja suara bising tadi '

Ia terus menggerutu kesal ketika mengingat kembali setiap kalimat hasutan yang entah dari mana asalnya itu. Ia menyilangkan lengannya di depan dadanya, melirik pria berjubah di belakangnya yang tengah sibuk bermain-main dengan bunga disekelilingnya.

Bam, 'tapi, satu yang pasti suara misterius itu jauh berbeda dengan suara pria ini '

Berbeda dengan suara misterius yang terdengan cukup berat, suara pria dibelakangnya terdengar jauh lebih lembut dan tenang. Setidaknya ia mengetahi 4 hal yang jelas dari pria aneh dibelakangnya ini

Pertama, pria dibelakangnya ini hanya akan terdiam ketika Bam bertanya mengenai pintu keluar ataupun tempat sekarang ia berada. 

Beberapa kali Bam mencoba untuk membuatnya jatuh ke perangkap percakapannya, namun tentunya pria itu dengan cerdik menghindari setiap jebakannya. 

Tak peduli berapa kali ia bertanya, jawaban yang ia dapatkan hanya seutas senyuman hangat yang hebatnya bisa membuat Bam terdiam seribu kalimat. 

Hal itu cukup membuat Bam frustrasi dan akhirnya terdiam berjalan kesana kemari tanpa arah. Tak mengindahkan kehadiran sang pria berjubah.

Kedua, fakta bahwa tempat ini merupakan tempat bebas dari shinsuu sementara itu pria berjubah dibelakangnya benar-benar lihai mengendalikan semua yang ada disekitarnya. 

Bahkan Bam sendiri tidak bisa memindahkan sehelai kelopak bunga. Tidak, jangankan memindahkannya, bahkan bergerak sesenti saja tidak.

Terlebih lagi, pria berjubah itu juga hanya tertawa melihat Bam yang berusaha keras.

Kesal? tentu saja, tapi ia tak punya pilihan lain selain mengepalkan kedua tangannya. Membuat dirinya semakin frustrasi terhadap pria tersebut.

Ketiga, Bam tak bisa melihat wajah pria tersebut. Tak peduli berapa banyak Bam menipis jarak diantara mereka, dia masih tetap tidak bisa melihatnya dengan jelas. Hanya helaian rambut perak bersih dan bibir tipis yang menawan.

Terakhir dan yang paling aneh adalah fakta bahwa pria berjubah ini...

"Bam! lihat ini! " teriak sang pria berjubah dengan senyum lebar dan untaian mahkota bunga chrysanthemum ditangannya.

...mengetahui nama Bam walaupun Bam sendiri tak pernah memperkenalkan dirinya. Tentunya hal tersebut membuatnya terus bertanya-tanya, tapi tetap saja sama seperti sebelumnya, dia hanya akan tersenyum tanpa sepatah kata apapun.

Bam menghela napasnya membiarkan pria di depannya mendekatinya. Pria di depannya tersenyum lebar, "menunduklah sedikit" ucapnya.

Bam terdiam sejenak lalu menuriti keingginan pria tersebut. Ia menundukan kepalanya, membiarkan pria di depannya meletakan mahkota bunga tersebut di atas kepalanya.

Pria tersebut meletakan mahkota bunganya perlahan lalu merapihkan beberapa bunga yang tersangkut dengan rambut Bam.

"selesai" ucapnya masih dengan senyum lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Lullaby Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang