Agreement (3)

445 71 7
                                    


"Jue Viole Grace, apa kau tau sebuah sejarah dari sejarah? "

Bam mengernyit, "aku harap kau bisa langsung ke intinya"

Garam tertawa pelan, "kau sangat tidak suka bertele-tele ya, baiklah kalau begitu" ucapnya.

Lalu tangannya mulai bergerak mengeluarkan sebuah pocket hitam dari balik jaketnya. "Seperti yang kau inginkan, aku akan langsung pada intinya"

Bam mengendus pelan, 'baiklah, ini dimulai lagi...'

Garam, "Mungkin kau sudah mendengar beberapa bagian dari cerita ini, tapi, percayalah, ini akan menarik"

Bam hanya mengangguk dan mulai menyimak ucapan demi ucapan yang dilontarkan oleh Garam. Bam perlahan melirik pocket hitam yang sudah melayang dengan beberapa tulisan di dalamnya.

Dulu ia memang sangat mempercayai bahwa Arlene merupakan ibu kandungnya. Hanya saja, semakin ia telusuri lebih dalam semakin ragu hatinya apakah dia benar-benar 'putra' Arlene.

Bam, 'apapun itu, aku tidak peduli ' Ia sudah muak untuk bermain teka-teki keluarga seperti ini.

Bam akhirnya memilih untuk kembali memasang wajah seolah fokus dan tertarik dengan apa yang diceritakan oleh Garam. Garam sendiri terlihat asik menceritakan mulai dari bagaimana terbentuknya lt. 43 ini juga kisah mengenai Arlene dan V.

Garam, "kau lihat bukan? Tak peduli seberapa susah payahnya Jahad menutupi dan menghilangkan semua ini, pada akhirnya semuanya juga berjalan seperti apa yang sudah ditentukan sejak awal. Karna semua ini...memanglah sudah 'takdir' 

kau memang sudah ditakdirkan untuk datang kesini" lanjutnya dengan senyum tipis.

Selesai mendengar cerita selama 30 menit lamanya, Bam menghembuskan napasnya lalu mengetuk-ngetuk jarinya. Garam yang berada di depannya juga masih terdiam menunggu reaksi yang akan di berikan oleh Bam.

Garam, 'semua yang aku ceritakan tadi sangat berhubungan dengannya, apa dia akan merasa bahagia mengetahui inilah takdirnya? atau hal lain? aku tidak akan terkejut melihat dia bahagia atau bersemangat, toh dia juga sudah menjadi seorang Calon Slayer dari FUG ' Ia menghembuskan napasnya lalu kembali menunggu Bam yang masih terdiam.

Bam, "Omong kosong" ucapnya dengan kepala tertunduk.

Garam sendiri sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Bam, menurutnya ini sedikit aneh. 'bukankah seharusnya dia menjadi bersemangat atau sebagainya, bagaimanapun juga ini sangat mendukung profesinya, apa sejak awal dia tidak ingin menjadi seorang Slayer? Lalu mengapa ia mengikuti FUG? '

Bam menarik napasnya dalam-dalam lalu menatap lampu-lampu kecil yang menggantung jauh diatasnya. 'benar, sejak awal cerita ini memang lah omong kosong, tak peduli berapa lama aku menggali semua kisah Arlene, semua itu tidaklah lebih dari sebuah dongeng dengan bukti buatan, ini menyebalkan! '

Garam, "kenapa? "

Bam, "huh? "

Garam mengigit bibir bawahnya, "kenapa kau menganggap semua itu hanyalah omong kosong? " tanyanya sekali lagi.

Kini Bam bisa melihatnya dengan jelas. Dahi yang sedikit mengkerut, pupil yang sedikit membesar, napas yang sedikit tertahan, ditambah dengan pertanyaan yang dilontarkannya. Tentunya, ini merupakan sebuah keterkejutan atas jawaban yang diluar dugaannya. 

Bam mendengus pelan, "apa maksudmu dengan kenapa? "

Garam, "a..apa? tidak, tunggu, apa pocket ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai bukti? kau seorang Calon Slayer bukan? Tidakkah para FUG itu menceritakan cerita ini juga padamu! atau setidaknya sebagian kecilnya? "

A Lullaby Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang