WA

231 13 1
                                    

No bacot no debat.

Happy reading 💕💕

.

"Morning..."

"Morning, beautiful..."

"Najis."

"Lah, nama lo 'kan Cantik. Bahasa Inggris-nya cantik 'kan beautiful. Salah gue di mana, dong?!"

"Iye-iye. Terserah."

Calvin terbahak sambil mencabut kunci motor. Lalu menghampiri Cantika yang parkir di sebelahnya. "Pagi-pagi udah jutek aja!"

Cantika melengos, berjalan meninggalkan Calvin menuju ruang workshop yang sudah tiga hari ditempati.

Dengan bibir manyun, laki-laki ber-hoodie putih itu menyusul Cantika dan menarik rambutnya yang lagi-lagi dikuncir kuda. "Dasar cewek ponytail!" ejeknya.

Kesal, Cantika mencengkeram lengan Calvin lalu menarik laki-laki itu agar tak bisa kabur. Tangannya balas menjambak rambut Calvin keras hingga sang pemilik menjerit minta dilepaskan. "Jangan ngerusuhin gue sehari aja, bisa nggak sih, Vin?! Lo ngeselin banget, ya!" omelnya sambil terus menjambak dan menggeret Calvin.

"Itu namanya taktik caper. Cari perhatian. Biar lo keinget gue terus-terusan," jelas Calvin sembari berusaha melepaskan diri.

"Astaga, Calvin!"

Dua orang yang bertengkar di lorong itu menjadi pusat perhatian. Waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, sehingga belum banyak siswa pelatihan yang datang. Namun lorong itu adalah jalan utama dari parkiran menuju gedung workshop. Sehingga siapa pun yang baru datang pasti melihat kehebohan itu.

Roro dan Alice yang baru muncul bahkan langsung tertawa melihat keduanya. Calvin yang masih mengemis untuk dilepaskan dan Cantika yang masih setia menjambak sekaligus mencubit sambil terus mengomel.

"Menurut lo mereka bakalan jadi couple kelas FL nggak?"

Roro terkekeh. "Kalau mereka sampe jadi, udah deh habis kelas kita. Yang cewek nge-gas mulu, yang cowok bucin mulu!"

Keduanya tertawa sambil berlalu melewati dua orang itu.

"Namanya aja yang cantik. Kelakuan mah bar-bar, kayak kucing kebelet kawin!" gumam Calvin sambil membenarkan tatanan rambutnya.

"Sembarangan!" delik Cantika.

"Simbiringin," cibir Calvin.

"Bacot!"

"Gue bilangin abang gue lho..."

Cantika tertawa hingga matanya menyipit. "Kayak anak SD lo, Vin. Yang abis berantem pasti ngadu ke ortu atau abangnya!"

"Emang!"

"Dih!

Kini giliran Calvin yang tertawa. "Nggak jadi lah. Entar kalo gue ngadu, abang gue malah kepo. Bahaya! Mata doi keranjang banget soalnya."

Bola mata Cantika berputar. Ia kemudian mendahului Calvin dan masuk ke toilet perempuan. Pintu yang dibiarkan terbuka membuat Calvin menunggu sambil menyender. "Btw, lo emang anak ke berapa sih?" tanya Cantika sembari membasuh kedua tangan.

"Gue anak ketiga. Punya abang dua sama adek cowok satu. Jadi kita empat saudara berbatang."

Sembari mengeringkan tangan, Cantika menengok Calvin yang masih setia memperhatikannya. "Gue juga empat saudara, tapi cewek semua."

"Iya? Terus lo anak ke berapa?"

"Terakhir. Gue ini si bungsu yang katanya manja dan suka nggak tau diri."

OUR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang