LIMOLAS

274 12 2
                                    

Yaks jan lupa vote komeng n subret yaa zeyenk 😚

.

Satu.

Dua.

Tiga.

Mata bulat Cantika bertemu dengan mata tegas Revanio. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyum lebar. Berbeda dengan bibir Cantika yang menganga tidak percaya. Tiga detik setelah Revanio mengucapkan kalimat "Kita balikan, yuk" dengan entengnya, Cantika pikir dirinya masih belum menapak di bumi.

"Lo lagi nge-prank gue, ya?"

Cantika was-was. Takut jika Revanio beralih menjadi youtuber prank yang kebanyakan strip kuning di setiap video.

"Enggak. Aku serius." Revanio maju satu langkah dan berjongkok di depan Cantika. "Aku kangen kita yang dulu," tuturnya lembut.

Tubuh Cantika kaku. Tak percaya jika Revanio bisa berkata selembut itu. "Kayaknya lo kesambet, deh." Tujuh tahun bersama, Cantika tahu persis perangai seorang Revanio Lucas. Agak kasar dan bisa lembut kalau ada maunya.

Kepala Revanio menggeleng tegas. Ia meraih tangan Cantika dan menggengamnya erat. "Kamu pernah bilang, kalau suatu hari nanti, aku pasti nyesel pernah cuekin kamu." Jempolnya mengelus-elus punggung tangan Cantika, "Setelah kita break... aku baru sadar. Aku butuh kamu seperti aku butuh oksigen buat napas." Bibirnya mengulas senyum saat bertatapan dengan Cantika. "Nggak ada kamu di hidupku itu... menyesakkan."

"Dia gila!" jerit batin Cantika.

Sebelum menimpali, memori Cantika otomatis memutar banyak kenangan di masa lalu. Dari yang manis hingga yang paling pahit sekalipun. Revanio pernah memberi surprise party bersama beberapa teman-teman SMA Cantika saat ulang tahun ke-17. Pernah juga membelikannya stok coklat satu minggu karena Cantika bilang ingin makan coklat malam-malam. Ia juga beberapa kali membelikan baju edisi khusus kala Cantika bilang sedang ingin jadi Aremanita. Belum lagi bibir Revanio yang sungguh cipok-able. Dadanya pun pernah menjadi tempat ternyaman Cantika untuk bersandar. Lalu ada tangan-tangan Revanio yang sanggup membuatnya menjerit keenakan.

Ah, sialan! Kok malah mikirin yang jorok?!

Di balik sikap lembut Revanio kalau ada maunya, sosoknya juga amat menyebalkan. Telat lima menit dari waktu janjian, laki-laki itu tidak segan untuk pergi dan meninggalkan Cantika begitu saja. Belum lagi dengan sifat pemaksanya. Cantika dibuat tunduk agar terus-terusan manut pada kemauan Revanio. Laki-laki itu juga cemburuan akut. Pernah satu kali Cantika memasang status bersama seorang senior laki-laki di kampus, Revanio tidak membalas pesannya selama satu minggu. Sikapnya juga kadang-kadang dingin. Jarang mau berbagi cerita padahal kuping dan hati Cantika sudah siap sedia. Dan yang paling menyebalkan, umpatan dan makian serta kata-kata kasar sering Revanio lontarkan saat marah pada siapa pun.

Rasanya Cantika ingin menangis. Kenangan-kenangan laknat itu terus berseliweran. Mengadu domba Cantika untuk luluh dan kembali bersama. Sayang dengan waktu tujuh tahun mereka. Namun sisi lainnya juga mengingatkan, bahwa hidup Cantika akan lebih berwarna jika memutuskan untuk kenal dan bersama laki-laki lain. Bima, contohnya.

"Cantik..."

Panggilan Revanio memanggil jiwa Cantika untuk kembali. Rupanya ia sudah melamun cukup lama hingga tak sadar kalau sang mantan sudah duduk di sampingnya. Ini mengingatkannya pada masa-masa sekolah. Revanio kadang suka ngapel dan mereka duduk berdempelan di ayunan ini. Tentu saja saat tak ada kedua orangtua Cantika yang mengawasi.

"Re-van," panggil Cantika ragu.

"Ya?" balas Revanio seraya mendekatkan diri. Matanya fokus pada bibir Cantika. Ia rindu bibir merah yang menggodanya untuk segera mengecup. Ah, salah. Melumat dan memakannya hingga rasa rindunya berkurang.

"Lo ingat alasan kita putus, 'kan?"

"Kamu selingkuh."

"What?!"

"Aku baca chat dan lihat riwayat panggilan kamu sama senior kampret itu."

Dahi Cantika mengerut. Otaknya berpikir keras. Belum mampu menangkap ucapan Revanio. "Ma-maksudnya?" tanyanya sambil melirik takut-takut.

Revanio menghembuskan napas lelah. Punggung dan kepalanya disandarkan pada ayunan kayu itu sebelum berkata, "Aku tau kamu bosan dengan kita yang jalan di tempat. Belum lagi sama sifat-sifatku yang katamu bangsat. Dan banyak alasan-alasan klise lainnya. Sampai akhirnya aku coba untuk mengendurkan keposesifanku. Yang malah berakhir kamu dekat sama kampret itu."

"Tapi aku nggak selingkuh!" kekeh Cantika.

Perihal kedekatannya dengan salah satu seniornya dulu, itu hanyalah sebatas berbagi cerita. Sama-sama menjadi anak rantau dan sedang dilema pada problematika kehidupan. Lagipula mereka berada di bawah naungan organisasi yang sama. Jadi, Cantika menganggap wajar kedekatan mereka.

"Kamu bilang nggak selingkuh?"

"Iyalah!"

"Tapi kok makan berdua doang?"

Bibir Cantika mengatup. "Tahu dari mana?" cicitnya.

"Ada teman yang lihat."

"Ih, tapi 'kan cuma makan. Nggak ngapa-ngapain. Nggak aneh-aneh." Cantika tidak terima jika Revanio menyudutkannya. Padahal alasan mereka putus jelas bukan karena perselingkuhan.

"Jalan bareng cowok lain tanpa bilang ke aku. Oke, aku masih tahan. Chatting haha-hihi sama cowok lain, juga bisa ditoleransi. Tapi... kamu video call 2 jam di tengah malam?! Mana mungkin aku masih bisa berpikir positif?!"

Cantika terkejut. "Kamu pasti buka-buka Hp-ku tanpa ijin!"

"Ya. Untungnya aku buka itu sebelum kamu hapus. Jadi aku tau kalo kamu lagi bosan sama aku dan pengen main sama yang lainnya."

"Kamu gila!" teriak Cantika marah.

"Yang main di belakang itu kamu! Kenapa sebut aku yang gila?!" balas Revanio tak terima.

"Kamu gila karena melanggar privasi. Kamu gila karena berspekulasi. Dan kamu gila karena kamu tetap diam sampai akhirnya putusin aku!"

Revanio diam di tempat. Pelipisnya berdenyut, pusing mengajak balikan sang mantan dan berakhir dengan adu mulut. "Intinya aku mau kita balikan," tukasnya sambil memijat pelipis.

Cantika tak percaya mendengar balasan Revanio. "Kenapa harus balikan? Orang kamu yang bilang sendiri, aku selingkuh." Bibirnya mendumel, namun tangannya justru menepis tangan Revanio dan memijat pelipis laki-laki itu. Ia jadi ingat Revanio pernah bilang, pijatan Cantika itu terasa enak dan nyaman. Belum lagi dengan fasilitas "plus-plus-nya".

Sialan, pikiran jorok lagi!

"Gimana aku nggak ngajak balikan, kalo kamu masih seperhatian ini sama aku?"

Tbc..

Thanks ya dah mampir 💋

👋👋👋

OUR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang