SEMBILAN

251 14 18
                                    

Hepi reading ciwi-ciwikuu 💕💕

.

"Rekomendasi magang di Hotel Del Luna udah di-acc belom, sih?"

Pertanyaan Calvin yang tiba-tiba datang saat Cantika menelan makan siang berlauk ayam bakar bagian dada itu seketika tersedak. Perempuan itu terbatuk-batuk hingga matanya melotot pada laki-laki berwajah tampan di depannya itu. Untungnya Calvin sigap menyodorkan botol minuman Cantika yang sudah terbuka.

"Lo makan nggak bismillah, sih! Keselek, 'kan!" omel Calvin.

"Sembarangan!" balas Cantika dengan delikan tajam.

Calvin terkekeh. Tangan kanannya mengambil pisang dari kotak makan Cantika lalu melahapnya tanpa permisi. Mengunyah cepat sambil memperhatikan perempuan bercepol tinggi itu menghabiskan jatah makan siangnya.

"Vin..."

Panggilan dari Baskoro yang duduk di pojokan membuat laki-laki itu menoleh. Dagunya terangkat, memberi sinyal jawaban dengan gestur tersebut. "Kenapa pisang punya Cantika, pasti lo terus yang makan, sih? Emangnya Cantika nggak doyan?"

Pertanyaan itu sontak mengundang tawa. Memang agak ambigu. "Nice question, bro!" ujar Calvin sambil mengacungkan jempol.

"Cepet jawab! Gue kepo banget, serius."

"So-"

"Soalnya gue doyannya pisang punya Abangnya Calvin, Mas Bas!" sela Cantika santai."

"Bangsat!"

Cantika tertawa keras melihat ekspresi kaget teman-temannya. "Nggak usah sok polos gitu lah!"

"Kita emang masih polos tau, Mbak..." seru Gian, perempuan yang memang baru lulus SMA tahun lalu.

Cantika meringis sambil melambaikan tangan. "Sorry..."

Dua hari yang lalu, tepatnya saat mereka ramai-ramai datang ke rumah Calvin, munculnya sosok Bima Kesatria di antara keriuhan ajang perjodohan Cantika dan Calvin langsung membuat kehebohan. Pria berwajah tampan yang nyatanya sudah menaklukan hati Cantika itu tanpa tedeng aling-aling menggenggam tangan perempuan itu lalu mengajaknya naik ke lantai dua. Usut punya usut, satu sesi cuddle yang berlangsung selama sepuluh menit itu langsung membuat teman-teman Cantika menginterogasinya sampai ke akar-akar. Alhasil, Cantika pun jujur jika dirinya memang ada hubungan khusus dengan Bima, kakak kedua Calvin yang digadang-gadang akan menjadi kekasih Cantika.

"Nggak dapet adeknya, eh malah dapet abangnya!" celetuk Baskoro saat itu.

Calvin pun hanya bisa pasrah dengan keadaan. Walaupun dirinya pun sudah mewanti-wanti. "Saat lo udah siap punya hubungan sama abang gue, itu artinya lo juga harus siap sakit hati." Dan Cantika pun sangat paham akan hal itu. Menjalin hubungan dengan sosok tampan yang sialnya amat brengsek itu memang penuh akan resiko.

"Pertanyaan gue yang tadi belom dijawab lho," ujar Calvin setelah menempatkan bokongnya di kursi sebelah kiri Cantika.

"Oh, iya. Tadi gue dapet WA dari Mbak Rani. Katanya kita disuruh ke sana secepetnya," kata Cantika sembari menutup kotak makan siangnya lalu menumpuknya bersama kotak kosong lainnya di meja sebelah.

"Oh udah ada kabar?" Cantika mengangguk. "Ya udah entar kita ijin aja buat ke sana," lanjut Calvin. Tangan Cantika membentuk tanda oke sambil berlalu keluar ruangan.

***

Pukul 15.00 WIB di depan Hotel Del Luna.

Cantika tengah menunggu Bima sembari menyeruput segelas kopi dingin. Ditemani Calvin yang memainkan ponselnya dengan posisi miring alias sibuk main game. Sepuluh menit sebelumnya, Bima mengatakan akan menjemput sekaligus mengantarnya pulang. Laki-laki itu agak sensitif jika ada Calvin di sisinya. Katanya, tikungan paling tajam dalam sebuah hubungan itu ada dari orang-orang terdekat. Dan Calvin adalah tikungan tertajam untuk saat ini.

OUR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang