TELULAS

293 11 17
                                    

😚😚😚

Happy reading 😬

.

"Cantik naik ya, Pak?"

"Udah ngantuk?"

Cantika menggeleng. "Belum, sih. Tapi pengen rebahan di kasur," ujarnya sambil meluruskan punggung. Sudah hampir dua jam dirinya menemani sang ayah bermain catur. Dari lima kali bermain, empat diantaranya dimenangkan oleh Rahmat, Ayah Cantika.

"Yowes sana," usir Rahmat sambil membereskan papan catur.

Tersenyum lebar, Cantika meninggalkan Rahmat menuju lantai dua. Sebelum masuk ke kamar, ia sempatkan untuk membersihkan diri. Buang air kecil, mencuci wajah, menyikat gigi, dan mencuci kaki.

Selang lima belas menit, ia berpindah ke meja rias untuk memakai krim malam. Di sela-sela kegiatannya, ponsel yang di charge dalam keadaan mati di atas meja rias menarik atensinya.

Cantika teringat, jika terakhir dirinya bertukar pesan dengan Bima adalah tiga jam yang lalu. Karena setelahnya, ia turun untuk makan malam. Dilanjut menonton televisi dengan kedua orangtuanya dan berakhir dengan papan catur yang dibawa Rahmat.

Memasang lagu sepelan mungkin agar tak mendapat protes dari sang ibu, Cantika kemudian meregangkan tubuhnya di atas ranjang. Menggerakannya ke kanan dan kiri hingga mengeluarkan bunyi-bunyian tulang bergerak. Setelah memastikan posisi rebahannya adalah yang terbaik, ia pun membuka pesan Bima yang belum dibaca.

Bima KSR:
Abang lagi keluar beli rokok. Eneng lagi ngapain?

C.D:

Eneng baru main catur sm bapak. Sori bang baru buka hp nih 😬

Bima KSR:
Oalah pantesan nggak bales. Terus sekarang lagi apa?

C.D:

Rebahan aja nih. Abang?

Bima KSR:
Lagi nyebat dungs 🤘

C.D:

Sebat teros sampe mampos! 🙃

Bima KSR:
Sindir terosss 🙄

C.D:

WKWKWK


Bima KSR:
Fix! Kehabisan topik pembicaraan.

C.D:

Iya ;(

Bima KSR:
Cari topik yang vulgar ah 😚😚😚

C.D:

Astaghfirullah abang ;) Eneng suka! HAHA

Bima KSR:
Kan! Btw, eneng tau fetish nggk?

C.D:

OUR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang