TU

556 17 2
                                    

Hayoook jangan lupa vote komen dan follow 😆😆😆

Hepi reding 😘

.

"Mbak Cantik... I am coming!"

Cantika mendengus saat teriakan dari depan kamarnya menembus gendang telinga. Di depan laptop lawasnya, perempuan itu tengah menelusuri beberapa situs lowongan pekerjaan. Sembari saling berbalas pesan dengan Bima yang tengah bekerja dari kantornya.

Bima KSR:
Tiba2 Abang kangen sama kota jogja neng 😩

C.D:

Kenapose bang?

Lagi rindu sama mantan?
Apa sama kenangan?

Bima KSR:
Waduh! Kok jadi bawa2 mantan haha 😅

C.D:

Rindu itu selalu tentang dua hal. Antara mantan yang udah bahagia sama yang lain, atau kenangan laknat yang suka bikin kita ingin mengumpat

"Please, open the door!"

"Gue nggak denger. Gue nggak denger," gumam Cantika malas. Berusaha menulikan indra pendengarnya saat ini adalah keputusan terbaik. Pikirannya sedang mumet dengan gelarnya sebagai pengangguran.

"Gue tau lo lagi pura-pura budeg ya, Mbak!"

Bima KSR:
Ih bisa aja si eneng! Tapi abang lg kangen masa2 bisa jadi cowok badung sih kayaknya haha

C.D:

Hmm... emang abang dulu sebadung apa sih?🤔

"Mbak Cantik!"

"Apa?!" sahut Cantika kesal.

"Buka pintunya!"

"Jangan masuk dulu, goblok!"

"Kasar, ya! Gue bilangin ke Budhe Rahayu, nih!" ancam Rafian.

"Gue lagi coli, Fi. Tunggu satu jam lagi masuknya!" balas Cantika ngawur.

Brak brak brak!

Terdengar gedoran-gedoran heboh dari pintu kamar Cantika. Si pelaku, remaja laki-laki bertubuh bongsor yang masih memakai seragam sekolahnya itu menggedor pintu sambil berteriak, "Gue mau ikutan, dong! Hahaha... Mbak Cantik, buka! Woy! Buka!"

"Gue bilang satu jam lagi! Belum nge-crot!" balas Cantika tak kalah keras. Ia pun beranjak dari kursinya, berjalan ke arah pintu kamar.

Rafian bergidik, lalu kembali membalas, "Taik! Diajak ngewe Bang Re aja nangis-nangis!"

Cantika terkekeh sambil membuka pintu. "Ah, lo ganggu momen coli gue aja, Fi!"

"Jijik, Mbak..." dengus Rafian dengan wajah datar.

[PINE]

You have a new message.

"Nah, baru juga masuk udah disambut!" seru Rafian sambil melirik ponsel di atas meja komputer. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, setelah menyambar benda pipih itu dan membuka pesan dari si pengirim.

OUR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang