WOLULAS

255 16 4
                                    

No bacot...

Happy reading ♥️

.

Ini sudah dua hari sejak Cantika dan Bima tidak saling berbalas pesan. Laki-laki yang katanya berusia dua puluh enam tahun itu tidak mengirim pesan apapun. Tidak ada pula tanda-tanda Cantika mengalah dan menyingirkan egonya. Perempuan itu memilih untuk ikut-ikutan diam dan asyik dengan kegiatannya. Yaitu kembali mencari info lowongan pekerjaan sambil terus berdoa kalau Bima memang jodohnya, laki-laki itu pasti kembali.

Tiba-tiba saja Rahayu duduk di samping Cantika. Membuat anak bungsunya itu menggeser tubuh hingga pojokan sofa. "Tadi lho ada anak bujangnya Bu Rahma ke sini." Cantika tidak menyahut, namun Rahayu kembali melanjutkan maksudnya sambil memencet remot, mengganti saluran berkali-kali.

"Bawa bandeng presto tiga kotak. Katanya oleh-oleh dari Semarang." Cantika masih diam. Namun bola matanya melirik-lirik ke arah meja makan. "Ibu lho baru tahu kalo kerjaan dia udah pergi ke mana-mana. Udah pegawai tetap lagi. Gajinya katanya lumayan buat modal ngelamar perempuan. Dia juga cerita kalo bisnis sepatunya udah lumayan sukses." Kini gantian Rahayu yang melirik anaknya. "Cantik nggak kepincut lagi sama anak bujangnya Bu Rahma?"

"Apasih, Bu..." desah Cantika malas.

"Dulu waktu masih minta duit ke orangtua, kalian dempel-dempelan terus. Udah disuruh pisah karna katanya dia jahat dan sering bikin kamu nangis, kamunya ngeyel. Nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba katanya udah bubar. Gimana Ibu nggak bingung? Padahal Ibu sama Bapak udah mengharap kalo nantinya dia datang ke sini baik-baik. Ngajak kamu ke jenjang yang lebih serius. Eh... malah sekarang kalian kaya gini."

"Bukan jodoh kali..." celetuk Cantika lirih.

"Jodoh memang nggak ada yang tahu, Cantik. Tapi kalo kamu minta petunjuk sama yang di atas, pasti kamu ketemu jawabannya."

"Cantik belum kerja, Bu. Mana ada pikiran buat nikah."

Rahayu mengangguk paham. "Ibu nggak buru-buru nambah cucu. Tapi kalo ada yang serius, ya, kenapa enggak?"

"Wong nggak ada yang ngajak serius," jawab Cantika.

"Kalo ada, kamu mau?"

Cantika menggeleng kemudian memutar tubuhnya agar berhadapan dengan sang ibu. "Ibu sama Bapak ada niatan mau jodohin Cantik kaya Mbak-mbak sebelumnya?" Entah itu tradisi atau kebetulan, ketiga kakak perempuan Cantika semuanya pernah dijodohkan. Namun yang berhasil hanya satu orang. Ibu dari Dedek Ze dan Kaka Yuki.

"Enggak." Rahayu mengecilkan volume TV. "Belum. Tapi kalo kamu bebal dan belum ada calon, nanti Ibu baru carikan jodoh."

"Ibuuuu..." rengek Cantika.

"Anak bujangnya Bu Rahma yang sekarang sudah lebih mapan. Jadi Ibu nggak khawatir lagi, kalo dia ngajak kamu makan. Pasti itu uang hasil kerja kerasnya, bukan lagi uang gaji bapaknya."

"Dia ngomong apa aja, sih? Kok Ibu sekarang malah pro ke dia? Cantik lho yang anak Ibu, bukan dia..."

Rahayu tersenyum sembari menggapai tangan anak bungsunya, lalu menepuknya pelan. "Katanya dia ngajak kamu balikan, tapi ditolak." Cantika mengangguk saja. "Ya udah, Ibu bilang aja kalo berani, ya ngelamar, jangan ajak pacaran lagi!"

"Astagfirullah, Ibuuuu...."

***

C.D:

Bang Bimaaakkkk!!!

Hati Cantika dibuat ketar-ketir setelah mengirimkan pesan. Sehari setelah berpikir keras dan mencoba menurunkan ego, ia memilih mengalah. Namun sudah lebih dari lima jam sejak pesan itu terkirim dan tidak ada tanda-tanda Bima membacanya. Cantika pun hanya bisa bersabar. Mengirim spam jelas akan membuat harga dirinya terluka. Mending kalau Bima meladeni, coba kalau sekadar dibaca? Bisa jatuh harga diri Cantika yang sudah diobral itu.

Di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah, Cantika menyempatkan diri mengecek ponsel. Namun belum ada balasan apa pun, bahkan hingga sore hari. Ia pun meneguhkan hati, jika memang Bima pada akhirnya akan menghilang. Masih ada Revanio yang menunggunya untuk kembali.

Hah, sok laku banget gue!

[PINE]

You have a new message.

Jantung Cantika rasanya ingin melompat saat bunyi itu masuk ke gendang telinga. Bibirnya merapalkan harapan, semoga bukan lagi notifikasi dari pesan grup atau akun official seperti yang sudah-sudah. Sembari menyedot es lilin sisaan dari Dedek Ze, pelan-pelan matanya mengintip ke layar ponsel.

Dan benar saja, pesan itu dari orang yang ditunggu-tunggunya sejak pagi. Bima Kesatria Siang Rinaldi akhirnya kembali muncul ke permukaan setelah tertelan inti bumi.

Bima KSR:

Miss me?

Cantika tertawa, tidak percaya pada dua kata yang sungguh sangat menyebalkan untuk saat ini. "Miss me?" decaknya kesal. "Enggak, tuh!"

C.D:

Iya ;) gmna dong?

Lain di hati, lain di jari. Oh, jari-jarinya itu memang suka berkhianat.

Bima KSR:

Hehe

"Udah gitu, doang?!" pekik Cantika sambil melempar bekas plastik es ke tempat sampah.

C.D:

Lagi sibuk ya bang?

Bima KSR:

Iya nih ;(

Habis ada workshop. Gue balik malem terus. Jadi jarang buka hp

"Oh, banyak gawe. Gue pikir lagi sibuk kuda-kudaan sama lonte." Itu hanyalah nyinyiran Cantika. Karena tak ingin menyulut api dan gagal merencanakan masa depan, Cantika membalas pesan dengan kalimat-kalimat positif.

C.D:

Semangat ya abang-nya eneng ;)

Bima KSR:

Kirim pap dong buat penyemangat

Cantika salah tingkah. Jika sebelumnya ia amat pelit untuk memamerkan wajah ayunya, kini bahkan tanpa berlama-lama, Cantika sudah menjepret sebuah foto untuk dikirim ke Bima.

C.D:

Jangan sange!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan sange!

Dan tanpa Cantika sadari, itu adalah waktu terakhirnya bersama Bima. Karena hari berikutnya, room chat antara mereka sudah tidak berfungsi.

[Empty Chat]

09.45 A.M

Unknown left the chat.

Tbc...

Ada yang bunyi kretek kretek kretek gitu nggak si?🙃

OUR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang