"Caaannntiiikk..."
"Iyaaa!"
"Eh, udah bangun? Biasanya kamu baru bangun kalau Ibu udah siap-siap bawa gayung," ujar wanita berkerudung hitam dengan gamis abu-abu yang membalut tubuh suburnya.
Di hari libur, anaknya itu memiliki kebiasaan bangun di kala matahari sudah meninggi. Maka dari itu, saat melihat sang anak sudah membuka mata padahal matahari masih malu-malu kucing untuk muncul, ibu empat anak itu terheran-heran.
"Kemarin Rafi maksa buat pergi ke CFD, Bu. Aku sih aslinya mager, tapi ya daripada anak itu ngambek dan ujung-ujungnya aku dimarahin Ibu atau Tante Mel," jelas Cantika sambil merapikan tempat tidurnya. "Ibu mau ke mana? Kok kaya mau layat gitu?"
"Iya, itu RW sebelah ada yang meninggal. Nanti 'kan Ibu mau pergi ke tempat Uti kamu, jadi mau layat dulu ini. Bapak juga lagi siap-siap," terang sang ibu.
"Ya udah, aku titip salam ya, Bu."
"Sembarangan! Orang udah meninggal, kok dititipin salam," seru sang ibu sambil mendelik.
"Maksudnya itu buat cowok-cowok ganteng yang ada di sana. Bilangin, si Cantika lagi cari jodoh!"
Sang ibu terkekeh. "Udah putus kamu sama anak bujangnya Bu Rahma?"
Cantika mendengus. "Nggak tahu!" Ia kemudian bergegas ke kamar mandi. Membersihkan diri lebih baik daripada diingatkan dengan si anak bujang-nya Bu Rahma. Apalagi kalau dirinya masih ileran, padahal sang sepupu sudah bertengger di atas sepedanya dengan outfit-nya yang bisa membuat orang sakit mata. Alih-alih pergi ke CFD, mungkin Cantika harus antri di bagian THT untuk periksa telinga. Omelan Rafian selalu berpotensi membuat telinga si pendengar menjadi berdarah-darah.
C.D add a new story:
CFD with my annoying cousin
today 6.30 AMBima Kesatria reply to your story:
Eh cfd juga neng? Abang juga lho haha 😆🤣
today 6.50 AM"Aneh," gumam Cantika saat membaca pesan dari teman barunya di aplikasi [PINE]. Ia hendak mengetikkan balasan, saat Rafian menggeretnya ke tenda biru bergerobak bubur ayam "Mang Udin".
"Mang, bubur ayam spesialnya dua, ya!" teriak remaja laki-laki itu pada sang penjual.
"Siap! Minumnya apa, nih?" tanya sang penjual sambil bersiap meracik pesanan.
"Teh anget dua," jawab Cantika. Ia kemudian mengerling pada sang sepupu. "Baru juga lima puteran, Fi, masa udah mangkal ke warung bubur, sih!"
Perempuan berkaus putih itu heran dengan kebiasaan sang sepupu atau pun orang-orang di sekitarnya. Katanya mau olahraga, mau bakar lemak, mau jaga tubuh. Tapi, alih-alih membuang kalori, mereka justru menumpuk kalori. Berlari atau bersepeda hingga menghasilkan peluh adalah ekspetasi. Karena realitanya, menikmati semangkuk bubur atau soto penuh santan di pagi hari adalah kenikmatan yang sukar untuk ditinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORIES
General Fiction🔞 [PINE] 🔞 Bima Kesatria sent you a friend request. ❌REFUSE ✔️ ACCEPT ✔️ ACCEPT You have a new friend. . Selamat datang di [PINE]. Selamat untuk kamu yang sudah menemukan dan menggunakan aplikasi ini. Cobalah untuk menemukan banyak teman hingga...