Jihan memasuki toko kecantikan, dia sudah berhenti menggunakan krim dokter. Wajahnya juga sudah agak membaik dari sebelumnya.
Dia bersyukur setidaknya wajahnya tidak separah dulu. Sedikit demi sedikit jerawatnya hilang dan meninggalkan bekas.
"Nyari apa mbak?" Pramuniaga menghampirinya.
Jihan tersenyum di balik maskernya, "Mau nyari skincare khusus acne Mbak." Si Mbak pramuniaga mengantarkan Jihan dan bilang kalau butuh sesuatu bisa panggil dia. Dan Jihan iyakan.
Gadis itu sempat mencari skincare yang cocok untuk pejuang acne. Dia banyak menonton beauty vlogger yang menyarankan skincare bagus.
Ditangannya sudah ada keranjang yang berisi micellar water dan lumayan banyak sheet mask.
Saat membaca kandungan dari pencuci muka dia dikejutkan dengan seorang cewek yang menepuk bahunya.
"Lo... Jihan?"
Jihan mencoba mengingat-ingat wajah di depannya. Ah, ternyata.
"Beneran Jihan 'kan? Ya ampun udah lama banget kita nggak ketemu." Cewek itu memeluknya erat.
"Kamu sekolah dimana San?" Tanyanya. Dia membuka setengah maskernya.
Gadis di depannya seperti terkejut namun berusaha ditutupi dengan senyuman.
"Aku sekolah di Bandung. Denger-denger kamu sekolah di Platinum ya?" Jihan mengangguk, dia memasukkan facial foam dalam keranjang.
"Wajah lo emm, kenapa?"
"Waktu itu beli krim abal-abal jadi breakout gini."
"Lo mau beli krim gue gak, yang waktu itu gue tawarkan sama lo. Bukannya di muka lo bagus? Gue masih jual lho." Wajah itu terlihat semangat.
Jihan menggeleng sambil tersenyum canggung, "Aku lagi pake produk lain takutnya kalau digabung nanti malah makin parah." Tolaknya secara halus.
"Yaudah, semangat ya Jihan. Minta nomer lo dong biar kita bisa kontekkan terus." Jihan memberi nomernya. Sepeninggal gadis itu dia termenung.
"Padahal krim yang bikin wajah aku begini dari kamu San." Gumamnya.
--
"Ja, muka lo asem banget."
Raja menghela napas kasar, "Enak banget kopi buatan Mak lo Za."
Sapta menoyor kepala Raja.
"Gak nyambung goblok,"Firza yang lagi membersihkan meja tertawa melihat wajah nelangsa Raja.
"Masalah apa lagi lo?" Tanya Desta.
"Za, minjem korek."
Raja menjatuhkan kepalanya di atas meja. Kalau dia cerita nanti malah diketawain sama mereka. Duh, Raja jadi bimbang.
"Soal cewek ya?" Tebak Mario.
"Firza gue pesen pisang goreng sama bakwan." Lagi. Bukannya menjawab Raja malah mengalihkan pembicaraan.
Firza pergi ke belakang untuk mengambil pesanan Raja. Selain di basecamp mereka memang sering ngumpul di warung kopi milik Emaknya Firza. Hitung-hitung membantu habiskan jualan.
"Lo jarang ngumpul bareng sekalinya ngumpul mukanya kek tai kering," Sindir Mario.
Andika menyeruput kopinya sebelum berbicara, "Ada hubungannya sama Jihan nih pasti." Tebaknya.
"Jihan siapa?" Timpal Bang Ganas. Atau nama aslinya Rion.
"Bang, tolong sadarin Raja. Dia udah kerasukan cintanya Jihan." Celetuk Sapta. Dia menunjuk Raja yang terkulai lemas.
"Jihan pacarnya?"
Andika dan Sapta menggeleng serentak.
"Oh Ttm?"
"Ttm apa Bang?" Firza datang sambil membawa sepiring gorengan.
"Teman tapi mesra. Eaa," Mario bersorak. Yongki menepuk punggung Raja iba.
Raja bangun lalu memakan bakwannya datar. Punya teman laknat ya begini.
"Kalo lo gak gercep bisa dicuri orang nantinya."
Desta menaikkan satu kakinya di atas bangku. Mulutnya menghisap nikotin.
"Doi nggak peka anjir!" Ucap Raja putus asa.
Warung Maknya Firza sontak terisi suara tertawa. Mereka menertawakan Raja.
"Udah, daripada galau mending lo nonton bokep. Gue baru aja donlod nih," Yongki memperlihatkan video hot.
Melupakan sejenak masalahnya, dia ikut nobar bareng Yongki dan lainnya.
Cowok tidak jauh dari rokok dan bokep. Kalau nongkrong yang dibahas ya pasti cewek dan bokep. Atau game.
Valid no debat ya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Splendor King
Teen FictionCerita tentang Raja yang bertemu kemegahan. "Raja dan kemegahan tidak bisa dipisahkan itulah mengapa kamu tercipta untuk aku. Selamanya Raja akan selalu bersama Kemegahannya." -Braga Raja Mahardika. --- "Kemegahan akan selalu bersama Raja. Kalau...