Karena insiden perkelahian mereka, ketiganya diskors selama tiga hari. Jihan cukup bersyukur karena dia bisa ke dokter dulu untuk memantau perkembangan anak-anaknya. Jerawat maksudnya.
"Jihan gak mau treatment ke Korea aja? Wajahnya jadi rusak gini karena dicakar lho." Mayang mengusap rambut Jihan. Dirinya iba melihat wajah Jihan yang makin rusak.
Jihan menatap langit-langit kamar yang bergambar awan berwarna ungu. Dia tersenyum, konsep kamarnya begitu random dan unik.
"Nanti setiap liburan Jihan ke Korea bareng Mama. Papa juga udah setuju, kasian banget mukanya Jihan. Pasti gatal ya nak?" Jihan mengangguk. Setiap kali wajahnya terasa gatal, dia selalu menahan diri agar tidak menggaruknya.
"Ma, Jihan mau sekolah di Korea nanti. Mama bolehin gak?"
Mayang mengecup kepala Jihan, "Boleh. Apa pun yang jadi keinginan Jihan, Mama dan Papa pasti dukung."
"Makasih Ma. Tanpa kalian Jihan mungkin udah jadi tulang." Air mata menetes dari wajah Mayang. Mental anaknya pasti terkikis karena ejekan dari orang-orang. Dia tidak bisa membela Jihan sepenuhnya karena mereka tak selalu bersama.
Mayang harap Jihan bertahan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
--
"Lho, Den Raja gak ke sekolah?" Raja menyugar rambutnya yang bak singa.
Dia membuka kulkas lalu menegak air dingin. Setelahnya baru dia duduk di meja bar.
"Sakit kepala Bi. Di sekolah membosankan banget," Keluhnya.
Bi Surti hanya mengangguk lalu izin pergi. Tangan Raja mengambil buah apel, menggosoknya pada baju lalu digigitnya.
Raja menonton stori Ig saking gabutnya. Tidak terlalu banyak yang ia follow namun sangat banyak yang memfollownya.
Tangannya menekan layar lama ketika user jihanri_ memposting foto berwarna hitam. Sepertinya gadis itu berada di dokter.
"Dia udah accept gue?" Dia selanjutnya menstalk akun Ig itu.
Tidak terlalu banyak foto, hanya beberapa foto pemandangan dan foto siluet seorang gadis duduk di pasir berlatar pantai dan sunset.
Tuan Takur is calling...
"Halo? Kenapa nih tuan takur nelpon rakyat jelata? Apakah akan dibagikan harta warisan?" Sapaan yang sangat sopan dari Raja.
Si penelpon terbatuk pelan, "Mau beritahu sekiranya rakyat jelata siap untuk di coret dari kartu keluarga."
Raja mendengus kesal.
"Papi kenapa nelpon? Raja lagi belajar di kelas.""Halah belajar kok bisa ngangkat telepon Papi! Kris bilang kamu gak sekolah, mau tipu Papi?!"
Raja menggerutu, dasar Kris tidak tau diri. Dia sudah mengatakan bahwa jangan beritahu Tuan Takur kalau dirinya tidak masuk sekolah. Malah di cepu'in.
"Nggih, Tuan."
"Mami lupa bawa ponselnya. Kamu bawa di tempat praktek Mami. Nyampenya harus lima menit,"
"Tuan Takur yang terhormat. Jalan untuk keluar gerbang aja butuh waktu lima menit ah sepuluh menit. Bikin rumah kok besar-besar!" Kesalnya. Gedung rumahnya dengan gerbang memang membutuhkan waktu yang sangat lama. Belum lagi dia mengganti pakaian dan menuju pintu rumahnya. Setiap hari rasanya dia berolahraga.
"Jangan ngomel kamu! Sudah Papi tutup teleponnya. Bye anak pungut,"
"Punya keluarga otaknya separuh semua. Kutukan macam apa ini Tuhan?!" Sepanjang jalan menuju parkiran, omelan terus keluar dari bibirnya. Raja yang memang cerewet dari lahir kata Mami Mala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Splendor King
Fiksi RemajaCerita tentang Raja yang bertemu kemegahan. "Raja dan kemegahan tidak bisa dipisahkan itulah mengapa kamu tercipta untuk aku. Selamanya Raja akan selalu bersama Kemegahannya." -Braga Raja Mahardika. --- "Kemegahan akan selalu bersama Raja. Kalau...