Chapter 17

1 0 0
                                    

Kaca mobil turun setengah. Angin membelai wajah itu lembut.

"Uhhuk.. Uhukk..."

Baru saja dia dibelai angin dia malah ditampar oleh debu yang bertebrangan.

"Turunin kacanya Han, banyak debu."

Gadis penyuka bau Vanilla itu menurunkan kaca mobilnya. Polusi udara seperti menjadi ciri khas kota.

Berlibur di Belanda selama seminggu membuatnya me-non-aktifkan seluruh sosial media dan nomornya. Dia hanya ingin menikmati libur tanpa diganggu.

Kecuali Risa, gadis itu seperti punya berbagai cara agar Jihan menghubunginya. Melalui nomer Mamanya, misalnya.

"Kok Papa yang jemput Jihan, Papa gak kerja?" Ruben mengacak rambut Jihan, "Apa sih yang enggak buat putri Papa. Mama sebenarnya mau ikut tapi ada seminar yang harus diisi."

"Padahal Jihan bisa pulang sendiri." Jihan memainkan kuku bercat hijau-kebiruan miliknya.

"Selagi Papa masih sanggup ya bakal Papa usahakan. Jangan gak enakan jadi orang nak, kamu kesusahan sendiri nantinya. Mikirin perasaan orang lain tapi kamunya gak mikirin perasaan sendiri. Lagipula deket lho kalau naik mobil ke bandara, gak bikin Papa sampe capek banget." Ruben hanya ingin Jihan lebih memperhatikan dirinya.

Gadis itu terlalu suka memikirkan orang lain. Apakah dia menyusahakan orang itu, apakah dia membuat mereka tersinggung, apakah sikapnya membuat orang tidak nyaman dan banyak lagi. Yang Jihan tidak sadari membuatnya selalu ingin berubah sesuai apa yang diinginkan orang lain padahal itu tidak baik bagi kesehatan mentalnya.

"Maafin Jihan bikin Papa susah."

Ruben tertawa, "Apa sih nak. Gak bikin Papa susah kok."

"Jihan beruntung punya kalian."

--

Raja duduk di depan kelas bareng anak lainnya. Dipangkuannya terdapat gitar yang dipetiknya.

"Rinduu... Rindu serindu rindunyaa haaaa.."

Wajah Raja terlihat nelangsa. Jihannya udah pergi dibawa orang.

"Ganti lagu dong Ja, lo dari tadi nyanyinya itu mulu."

Raja mendengus tidak suka namun tetap menuruti kemauan temannya.

"Neng toyib... Neng toyib... Kenapa tak pulang-pulang~~ pacarmu..  Pacarmu rindu ingin bertemu..."

Andika terbahak. Raja ada-ada saja tingkahnya.

"Sini gitarnya. Lo daritadi nyanyinya gak becus," Cowok bermata cokelat mengambil gitar yang dipangku Raja.

Sapta berdiri, dia menjadikan topinya sebagai tempat untuk menggalang dana.

"Yuk, gais dinonton live musicnya. Kali ini artis kita yang bernama kholik bakal membawakan lagu berjudul Sebuah Kisah Klasik-Sheila on7. Dua ribu ya gais," Sapta meminta pada orang yang lewat di depan kelas mereka.

Beberapa cewek menonton mereka sambil cekikikan. Cowok-cowok di kelas IPS 1 memang terkenal berisi cogan semua. Apalagi melihat Raja dan Rendy yang duduk berdampingan. Beuh, adem banget.

Visualnya kelas IPS ya doubel 'R' itu. Gantengnya gak main-main. Meski wajah Rendy kalah dari Raja tapi pesona cowok itu tidak bisa disepelekan. Dia terkenal kalem dan sopan. Benar-benar idaman.

Bersenang-senanglah

Karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tua.. Haaa.. Oohh..

Sampai jumpa kawanku

Smoga kita selalu

Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan~~

Raja menyenderkan bahunya di sandaran kursi. Harusnya mereka menyanyikan dia lagu galau, dasar manusia-manusia tidak peka.

Dia membuka galeri, ada satu foto yang dia beri judul 'Jj" yang hanya berisi dua foto. Dia mengusap foto itu menggunakan jempolnya.

"Request lagu apa lagi gais?"

"Lo kok nyimpen foto Jihan?" Tanya Rendy. Raja gelagapan, dia segera mematikan ponselnya.

Rendy tertawa pelan, "Lo suka Jihan ya."

"Lo ngomong apa sih? Bukan Jihan itu," Elaknya.

"Silakan Bapak Andika menyanyikan lagu Alamat palsu-Ayu Ting-ting."

"Jihan itu baik pantes aja lo suka dia,"

mata Raja memicing, "Tau darimana lo dia baik?"

"Gue satu SMP sama dia. Dulu, kelas satu kalau nggak salah dia itu primadona sekolah. Dia itu cantik dan ramah, gak banyak neko-neko juga. Cowok mana pun pasti suka dia,"

"Termasuk lo?"

Rendy tersenyum lebar, "Termasuk gue. Dari dulu sampai sekarang dia tetep cantik, meski lo tau 'kan kondisi wajahnya. Menurut gue dia tetep cantik dengan apa adanya dia." Raja mendengus tidak suka. Dari Pangeran hingga Rendy, nanti siapa lagi yang bakal bilang Jihan cantik. Ck, menyebalkan.

"Mau gue kasih foto sewaktu SD dan SMP Jihan gak?"

"Lo punya fotonya sewaktu SD? Stalker ya lo!" Tudingnya.

"Lo belum kenal aja sama temen gue yang fans berat Jihan banget. Dia kayak gila banget kalau tentang Jihan, dulu gue sampe takut Jihan kenapa-napa tapi untungnya dia udah pindah kota." Jelasnya.

Raja jadi teringat sesuatu. Ini tidak saling berhubungan 'kan?

"Kirimin lewat wa aja. Oh iya, foto temen lo yang stalker kirimin gue juga."

"Buat apa? Lo takut dia ganggu Jihan lagi? Dia udah tobat jadi aman."

Entahlah, Raja pikir itu tidak sesepele yang dia pikir awalnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Splendor KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang