Chapter 5

2 0 0
                                    

Jihan menepikan Vespanya saat melihat cowok yang menendang ban motornya. Sepertinya bocor.

"Motor kamu kenapa?" Cowok itu menoleh. Mulut Jihan terbuka saat mengenali wajah itu.

Ia. Orang yang hampir membuatnya jatuh dari motor karena dikejutkan. Dia ingat, cowok ini.

"Oh, Si muka unik. Untung ada lo." Raja mencabut kunci motornya setelah mengunci leher.

Jihan mengerjapkan matanya, "Aku kenapa?"

"Gue nebeng sama lo." Ucapnya tanpa beban. Raja mendudukkan pantatnya di jok penumpang dan memegang erat seragam kebesaran Jihan.

"Eh? Aku belum ijinin kamu lho," Dia melirik pada Raja yang memakai helm fullfacenya.

Raja membuka kaca helmnya dan berkata, "Gue udah ijinin diri gue sendiri. Yok, jalan," Dia menepuk pundak Jihan.

Tak mau membuang waktu Jihan melajukan motornya. Tak sedikit orang menertawai mereka, ya aneh aja cowok dibonceng cewek mana cowoknya pake helm fullface lagi.

"Pulangnya gue nebeng lo lagi," Teriaknya karena suara angin begitu kencang.

Jihan yang tidak mendengar ikut berteriak juga, "HA? APA? KAMU BILANG APA?!"

Raja memajukan badannya, "Gue nebeng lo lagi pulangnya."

"Hehe, iya lucu banget." Jihan tertawa canggung.

Raja memilih diam. Apa coba, mereka bicara gak nyambung.

Tangan Jihan bergetar begitu motornya memasuki parkiran motor. Dia tidak suka menarik perhatian tapi karena cowok di belakangnya orang-orang pada menatapnya terang-terangan.

Jihan membuka helmnya ragu. Sementara Raja merenggangkan badannya. Enak juga dibonceng.

"Gue nebeng lagi pulangnya,"

"Eh kok gitu?"

"Ya, emang gitu."

"Aku gak mau." Tolaknya.

"Harus mau kalo gitu. Nanti gue tunggu lo disini, okey."

"Nih, tangkep." Raja melempar helmnya pada Jihan.

Jihan menangkap helm Raja lalu menyimpannya di rak tempat helm.

Kok dia mau-maunya mengikuti perintah Raja.

--

Jihan dan Risa duduk di kantin paling pojok. Karena Jihan yang selalu malu kalau diperhatikan. Belum lagi wajahnya yang--ah sudahlah.

"Itu Sotonya dimakan buk," Tegur Risa.

"Ris, kok kamu gak jijik sama aku?" Jihan memperbaiki letak kacamatanya.

Risa menggigit ayamnya, lalu berucap "Jijik kenapa? Lo gak bau dan juga gak menjijikkan." Balasnya santai.

"Wajah aku gak bikin--

"Duh, Jihan sayang wajah lo udah agak bagus lo dari dulu. Gak ada yang salah sama wajah lo. Salahnya mulut mereka yang kotor."

Jihan tersenyum sedih.

"Eh, lo tadi pagi bareng Raja? Kok bisa? Ceritain coba sama gue!" Risa begitu antusias.

"Ketemu di jalan terus ya gitu,"

"Ya, gitu gimana Jihan!" Gemas Risa.

Jihan menceritakan semuanya pada Risa.

"Padahal waktu gue bicara sama dia cuma dibales seadanya doang."

Splendor KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang