Begitu sampai di rumah Jihan disuguhkan dengan tatapan tajam Mamanya dan raut khawatir dari dari Papanya dan juga Revino.
"Jihan pulang," Salamnya pelan.
Mama Jihan menghampiri gadis itu lalu memukulnya pelan sambil memeluknya.
"Dasar anak nakal," Suara Mayang bergetar menahan tangis. Tangannya terus memukul belakang Jihan diiringi tetesan air mata.
Jihan yang tidak mengira Mamanya bakal bereaksi seperti ini malah ikut menangis seperti bayi. Dirinya menyesal karena membuat keluarganya khawatir.
"Mama sampai pikir kamu hiks pingsan di jalan karena laper." Jihan memeluk Mamanya erat. Dia selalu emosional jika menyangkut keluarga.
Papanya mengerut keningnya. Dia melakukan itu agar tidak terlihat menangis. Bagaimana pun mereka menjadi saksi jatuh-bangunnya Jihan dari dulu. Sejak SMP Jihannya yang periang menjadi pemurung dan pendiam. Gadis itu riang hanya topeng agar orang-orang tidak mengkhawatirkannya.
Revino bahkan meminta temannya menggantikan shiftnya di bandara begitu mendengar bahwa Jihan tidak pulang sejak jam sekolah berakhir.
Begitu selesai menangis mereka semua duduk dalam diam. Dalam keadaan duduk pun Mayang tetap memeluk tubuh kurus Jihan. Dia takut terjadi apa-apa dengan anaknya.
Mayang menyingkirkan anak rambut Jihan yang menghalangi wajah. Betapa cantiknya anaknya. Sejak di kandungan, Mayang selalu mengatakan bahwa janinnya adalah segalanya hingga Jihan dewasa pun dia selalu mengatakan itu.
Ruben menarik napasnya, "Kalau Jihan mau pindah sekolah bilang sama Papa. Atau Jihan mau sekolah di luar negeri, Papa izinin." Jihan menunduk.
Pernahkah dia setidaknya bersyukur punya keluarga seperti mereka? Jihan rasa dia jarang bersyukur hingga membuat hidupnya susah begini. Dia hanya merasa dirinya paling terluka dan selalu mengabaikan orang yang mengkhawatirkannya. Egois kah dirinya?
"Jii-Jihan mau sekolah di Korea Pah, mau jadi Arsitek kayak Papa." Cicitnya.
"Papa dukung. Apa pun yang Jihan mau selagi itu baik Papa bakalan dukung Jihan, besok Papa urusin surat pindah Jihan." Putusnya.
--
Risa menguap tanpa menutup mulutnya. Dirinya bosan tanpa Jihan. Gadis itu sudah tiga hari tidak masuk sekolah.
"Bu, izin toilet." Risa merenggangkan badannya sambil berjalan menuju toilet. Belajar itu membosankan!
Di perjalanan Risa bisa melihat Raja yang berjalan sambil mengacak rambutnya.
"Duh, jodohnya orang ganteng banget." Risa meski punya pacar tetap saja kagum liat cowok ganteng apalagi modelan Raja.
Raja yang sadar diliatin memfokuskan matanya. Dia bisa melihat Risa yang malu-malu kucing melihatnya.
Dia berlari kecil menuju Risa.
'Dia nyamperin gue? OMG! MIMPI APA GUE?! Ya Allah deg deg-an' Batinnya berteriak histeris.
"Lo tau kenapa Jihan gak masuk sekolah?" Tanyanya cepat.
Risa menggerutu dalam hati, dia kira ada alasan lain Raja menghampirinya.
Tangannya bersidekap, "Ngapain lo nanya sama gue?" Sinisnya.
Raja kembali mengacak rambut lebatnya. Kalau bukan sama Risa siapa lagi? Kemarin dia pikir Jihan sudah datang ternyata belum dan juga nomor serta medsosnya tidak aktif.
"Nomernya gak aktif, rumahnya juga gak ada orang. Lo temennya pasti tau."
"Lo gak tau kalau Jihan udah pindah? Dia gak bilang sama lo?"
Raja bertolak pinggang, sebelah tangannya ia gunakan untuk memegang kepala.
"Dia gak bilang apa-apa sama gue. Tiga hari yang lalu gue chat cuma di-read sama dia," Suaranya melemah.
Duh, Risa jadi kasihan pengen peluk. Eh?
"Dia pindah ke Belanda bareng keluarganya."
Raja pergi tanpa berkata apa pun. Badannya pun tidak setegak biasanya.
Apakah dia harus menyusul Jihan? Tapi Belanda tidak sebesar daun kelor. Raja jadi pusing sendiri. Menyesal juga mendekati Jihan dengan agresif. Cewek itu jadi pergi meninggalkannya.
Kalau Pangeran tau dia bakal dimampus-mampusin. Salahkan dia yang tidak berpengalaman ngejar cewek soalnya dia biasa dikejar.
"HAAHHH!" Teriaknya putus asa.
"Jangan berisik!" Teriakan garang itu berasal dari guru kedisiplinan yang badannya kayak titan.
Raja ngacir takut dijadikan pepes.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Splendor King
Teen FictionCerita tentang Raja yang bertemu kemegahan. "Raja dan kemegahan tidak bisa dipisahkan itulah mengapa kamu tercipta untuk aku. Selamanya Raja akan selalu bersama Kemegahannya." -Braga Raja Mahardika. --- "Kemegahan akan selalu bersama Raja. Kalau...