Chapter 5

320 11 0
                                    

Silahkan saja bermimpi karena itu gratis, tapi jangan lupa kenyataan itu mahal.
-Start up.


Happy reading!

Dimasa pandemi seperti memang menyusahkan bagi semua orang, untuk mencari uang sekarang juga susah, tetapi kita bisa apa? selain berdoa kepada Tuhan.

Ini adalah ujian dari Tuhan untuk makhluk bumi, kita diberi ujian karena tuhan tahu kita mampu melewatinya.

Jika kita meyerah atas ujian dari Tuhan, dan Tuhan tidak mau mengambil ujian itu kembali tetap saja tidak bisa. jika tuhan Tidak mau ya tidak mau, tidak boleh ya tidak boleh.

Semua tergantung pada sang langit.

***
23.00

Irene berusaha untuk tidur tetapi susah, menghadap ke kanan ke kiri tetap saja tidak bisa.

Tiba-tiba saja ia kepikiran besok.

Ah, besok...

Jika tidak bisa tidur seperti ia selalu memikirkan masa depan---lebih tepatnya halu.

Terkadang ia heran, kenapa ia suka halu?

Awalnya memang menyenangkan dan manis bisa membayangkan masa depan, tapi jika kembali ke kenyataan rasanya benar-benar sakit dan pahit.

Tapi itu salah satu kebahagiaannya, jadi mau bagaimana lagi? Ia sudah bergantung pada kebahagiaan itu. jika dilepas begitu saja benar-benar susah.

***
06.15

Sang mentari mulai muncul ke jendela kamar milik gadis tersebut, membuat sang empu terganggu.

Irene mengerjapkan matanya karena sinar matahari yang seakan menusuk matanya.

Ia bangun dan berusaha mengumpulkan semua nyawanya.

Ah, iya hari ini...

Ia ingat hari ini adalah hari---

Tok! tok! tok!

Irene menoleh ke pintu kamarnya yang di ketuk oleh seseorang.

Dengan sigap ia berdiri lalu membuka pintu kamarnya dan...

"HAPPY BIRTHDAY IRENE!"

Irene benar-benar terkejut setelah melihat di depan matanya.

Kedua orang tuanya memberi kejutan ulang tahun untuknya.

Ia mengira kedua orang tuanya lupa ulang tahunnya

Irene melihat mamanya membawa kue ulang tahun yang diatasnya terdapat angka '17'.

Astaga!

"Sebelum niup bikin wish dulu dong." ucap Harry dengan senyuman.

Irene menutup matanya dan berdoa sebelum meniup lilin.

Lalu Irene meniup lilin dan membuat Kedua orang tuanya sumringah

"Papa sama mama inget?" tanya Irene

"Iya dong, mana ada orang tua yang gak inget ulang taun anaknya" jawab Harry sembari jalan ke ruang tamu.

Irene terkekeh pelan lalu beralih ke Stella yang sedang memotong dan membagi kuenya.

Saat semuanya berkumpul di ruang tamu dan memakan kue bersama, Irene membuka suara.

"Pa, ma ceritain dong dulu mama ngelahirin Irene gimana, Irene pingin denger cerita papa sama mama, semua temen Irene juga kadang cerita tentang mereka lahirnya dulu."

Hal itu membuat Harry dan Stella terkejut dan membatu.

Irene merasa aneh ketika melihat reaksi kedua orang tuanya.

Ada apa dengan mereka?

"H-hah? cerita dulu kamu lahir?" tanya Harry, sedangkan Stella berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Iya, salah ya Irene pingin cerita Irene dulu waktu kecil?" tanya Irene, tersirat nada sedih dibalik semua itu.

Dengan cepat Stella memeluk Irene "Nggak kok sayang, nggak salah kok" ucap Stella berusaha menenangkan.

"Aiya! papa sama mama punya hadiah kecil tapi mungkin berharga buat Irene!" seru Harry mengalihkan pembicaraan.

Harry mengeluarkan sesuatu dari belakang, dan di genggaman tangannya terdapat kotak memanjang berwarna biru dongker berhias tali pita berwarna silver dibagian tengah kotak tersebut.

Irene menutup mulutnya dengan tangannya.

"Ini hadiah kecil dari papa sama mama, maaf ya, Nak, papa sama mama masih belum bisa beliin yang lebih bagus." ucap Stella dengan pandangan sendu.

Irene menggeleng-nggelengkan kepalanya "Gapapa, Irene seneng banget, dengan cara papa sama inget ulang taun Irene, Irene seneng banget kok!." seru Irene lalu memeluk kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang.

Terdengar sedikit berlebihan tetapi itulah keluarga Irene, keluarganya benar-benar sederhana dalam hal apapun.

Dalam hal sekecil apapun itu Irene selalu senang, mungkin bagi orang lain kecil, tapi bagi Irene ini adalah kebahagiaan terbesarnya.

"Sekarang, coba buka hadiahnya," suruh Harry.

Irene membuka kotak tersebut lalu ia terkejut sekaligus senang.

Itu adalah kalung yang bermotif bulan.

Harry langsung memasangkan kalung tersebut di leher Irene.

"Kenapa motifnya bulan?" tanya Irene.

Stella tersenyum "soalnya bulan kalau malam hari itu selalu bersinar karena adanya matahari bukan? Nah, bulan itu papa, sedangkan matahari itu mama, artinya papa sama mama selalu ada di sisi Irene buat nemenin Irene." jawab Stella.

"Jadi kalau papa sama gak ada, kamu jangan sedih, soalnya papa sama mama selalu bersama Irene." sambung Harry.

Hal itu membuat Irene terharu sekaligus bahagia. lalu ia memeluk kedua orang tuanya.

"Irene usahain Irene bikin papa sama mama seneng ya, Irene janji nanti Irene pasti sukses." semangat Irene.

Stella dan Harry sangat bangga memiliki anak yang penuh semangat dan teguh pendiriannya. mereka berdua hanya menginginkan anaknya bahagia.

Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya bahagia?

Sesama manusia harus saling menyayangi, bukan?

***

Saat ini Stella sedang di dapur untuk menyiapkan makan siang. lalu Harry datang untuk minum.

"Anak kita udah besar aja ya, pa" ucap Stella sembari memotong bahan masakan.

"Iya, udah 17 taun aja, padahal dulu kecil banget, suka pencicilan."

Tiba-tiba pergerakan tangan Stella berhenti.

Lalu ia menoleh ke suaminya yang sedang minum di meja makan.

"Kapan waktu yang tepat buat beritau sebenarnya sama Irene, pa?" tanya Stella.

Harry menghela nafas. "Kita tunggu aja ya ma, papa sebenernya takut buat beritau yang sebenernya terjadi."

"Tapi semakin lama semakin rumit, pa." sambung Stella yang saat ini duduk berhadapan dengan Harry.

"Kenapa ini harus terjadi sama kita?" sendu Stella.

Harry berusaha menenangkan istrinya. "Baiklah, secepatnya kita beritau ke Irene."

"Beritau apa pa?"

To be Continued.


Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok kiri bawah yaa^^
See you next chapter!

COVID-19[END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang