Chapter 8

214 9 4
                                    

Aku terus berjuang dalam hidupku, namun sebenarnya aku tak pernah merasa nyaman satu hari pun.
-Itaewon class.

                    Happy reading!

Saat ini Irene dan kedua orang tuanya berkumpul di ruang tengah.

Di selimuti suasana yang sangat tegang dan mencekam yang dapat dirasakan, semua tenggelam dipikiran masing-masing.

"Memang benar, kamu bukan anak kandung kami berdua, fakta itu emang benar." ucap Harry to the point.

"Papa sama mama disini mau ceritakan baik-baik sama kamu, biar kamu gak salah paham lagi." jeda Harry.

"Siapa yang sal--"

"Papa ngomong jangan dipotong." ucap Harry tajam yang membuat Irene bungkam.

"Dulu, mama Stella, gak bisa hamil, karena kata dokter ada masalah sama rahimnya." ucap Harry mulai menceritakan.

Irene terkejut akan hal itu, membuatnya tambah merasa bersalah.

Flashback on.

Kedua orang itu sedang bersiap-siap untuk pergi keluar kota, dimana ia akan membawa pulang seseorang yang mereka inginkan.

Harry dan Stella memasuki mobil dan langsung menancap gas.

Hingga 1 jam menempuh perjalanan, mereka sampai dan memasuki bangunan yang sedikit kuno, di depan bangunan tersebut ada tulisan 'GOLDEN KIDS' itu adalah panti asuhan yang cukup terkenal.

Harry dan Stella berbincang banyak dengan penjaga panti asuhan tersebut.

Di hadapan Stella dan Harry ada 3 bayi yang sedang terlelap tidur dengan nyaman, mereka akan mengambil dan mengadopsi salah satu bayi tersebut.

Harry dan Stella memilih bayi perempuan berada di tengah.

Setelah mengurus segala kebutuhan mereka berdua langsung pulang membawa bayi tersebut.

"Irene, nanti kalau besar harus jadi anak baik ya." ucap Harry kepada Irene saat masih bayi di gendongan Stella.

Stella yang melihat adegan tersebut menangis haru dan merasa bersalah kepada suaminya, karena ia tidak bisa memberi keturunan asli dari rahimnya.

Awalnya, saat mereka berdua tau bahwa Stella tidak bisa memiliki anak, Stella dengan mudahnya bilang kepada suaminya bahwa menyuruh meninggalkannya dengan tanda tangan surat cerai agar suaminya bisa menikah dengan wanita yang bisa memberikan keturunan.

Hal itu membuat Harry marah dan menolak mentah-mentah.

Mereka semua sama-sama merasa bersalah.

Tetapi tuhan tidak mengizinkan mereka berdua berpisah.

Flashback off.

"Jadi gitu, papa sama mama cuma sayang sama Irene, jadi Irene jangan pergi ya, Nak." ucap Harry dengan sendu.

"Alasan mama sama papa gak beritau Irene karena takut. takut Irene pergi dari papa sama mama." ucap Stella kepada Irene yang sedang menundukkan kepalanya.

"Maafin kita berdua, ya, Nak." sambung Harry.

Setelah mendengar cerita tersebut. Irene merasa di hatinya ada yang mengganjal.

"Kemana orang tua asli Irene?" tanya Irene lalu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang di depannya.

Irene lihat keduanya terlihat terkejut.

"Jawab Irene Pa, Ma." ucap Irene dengan tidak sabar, karena kedua orang tuanya tidak menjawab.

"Orang tua kandung kamu... meninggal." ucap Harry dengan berat hati.

Stella hanya diam menahan tangisannya, ia tak bisa bayangkan fakta yang baru saja suaminya katakan kepada Irene.

Irene terkejut hingga menutup mulutnya dengan tangannya.

"K-kenapa?"

"Papa mau ungkapin semuanya, sebenernya orang tua kandungmu dulu..." jeda Harry.

"Kenapa Pa!? cepet jawab!" marah Irene hingga ia berdiri.

"Dulu kamu dibuang sama orang tua kandungmu, terus kamu ditemuin di depan panti asuhan, Jadi, kamu langsung di rawat panti asuhan itu." final Harry dengan nada sedih.

Irene menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

Dibuang?

Anak buangan?

Apa maksudnya?

"Papa jangan bohong deh." ucap Irene diselingi oleh kekehan.

"Papa denger cerita ini dari penjaga panti Irene, warga yang nemuin kamu di tempat pembuangan sampah." pasrah Harry.

Stella hanya menangis dan menenangkan putrinya yang saat ini diam mematung.

Irene langsung lari ke kamar tanpa mendengar panggilan kedua orang tuanya.

Ia menutup pintu dengan keras lalu merosot kebawah belakang pintu, hatinya merasa habis di cabik-cabik oleh kenyataan.

Setelah tau fakta bukan orang tuanya dan sekarang ia tau dulu kedua orang tuanya membuangnya? di tempat sampah?

Oh, miris sekali hidupnya.

Perasaan Irene saat ini sudah tidak bisa disimpulkan lagi.

Benar-benar hancur sudah.

Apakah disini ada yang berbaik hati untuk menata dan memasang hati Irene?

Pikirannya saat ini melayang kemana-mana, di saat seperti ini apa yang harus ia lakukan?

Bunuh diri? tidak, itu sama saja lari dari masalah.

Jika kita lari dari masalah, masalah tersebut tidak akan selesai, bukan?

Tiba-tiba dada Irene sesak, dia memegangi dadanya dan menahan rasa sesak tersebut dengan sekuat tenaga.

Pandangannya tiba-tiba kabur.

"T-tolong." ia merangkak ke kasur dengan merintih.

Saat di kasur, kepalanya benar-benar pusing dan semuanya gelap.

                     To Be Continued.

Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok kiri bawah yaa^^
Jika ada kesalahan mohon komen biar saya revisi.
See you next chapter!

COVID-19[END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang