"Tuhan itu, tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan manusia."
-Sweet homeHappy reading!
"Sebenarnya, angka tesnya tidak terlihat bagus, tadi kami memonitor angka BMP-nya, dan semakin sering jantung bekerja, semakin naik angkanya."
Irene menutup mulutnya dengan tangannya.
Apakah artinya ia akan---
"Jadi, jika angka BMP-nya semakin lagi, anda harus di operasi." ucap dokter.
Irene terkejut, benar-benar terkejut.
Operasi?
What the hell!?
"A-apa tidak ada cara lain dok?" pinta Irene, bersamaan dengan itu air matanya jatuh.
Dokter menggeleng pasrah.
Irene merasa tertohok dan muak dengan semua ini.
Lamunan Irene buyar seketika saat dokter berbicara yang membuatnya kebingungan.
"Jika di operasi harus ada persetujuan pihak pasien dan wali pasien, apakah Anda sudah memberitau orang tua anda?" tanya dokter.
Irene tergagap, apa yang harus ia jawab?
Ia ke rumah sakit saja diam-diam.
"E-eh iya tau dok, nanti saya beritau orang tua saya kalau saya harus ada persetujuan pihak wali." jawab Irene pasrah.
Dokter mengangguk Baik, nanti ini ada penambahan obat ya, saya tulis resepnya dan silahkan diambil di tempat pengambilan obat."
"Baik dok, saya permisi." pamit Irene, lalu ia keluar dari ruangan tersebut.
Saat hendak duduk di kursi antrian, Irene merasa mual dan ia langsung pergi ke toilet rumah sakit.
Saat Irene masuk, beruntungnya toilet tidak ada satu pun orang, Irene membuka masker lalu memuntahkan semua di WC toilet, yang keluar hanya cairan bening seperti biasanya.
Jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang dan tidak ke kontrol, pusing lagi-lagi menyerangnya dan keringat mulai berkeluaran.
"A-akh! t-tolong" rintih Irene, ia tidak kuat berbicara dengan lantang.
Irene mengatur nafasnya dengan perlahan, membuat jantungnya sedikit ke kontrol.
Irene menghela nafas lega saat jantungnya sudah tidak separah tadi.
Irene menyandarkan badannya di balik bilik toilet, sedikit sesak di dadanya tetapi ia bisa menahannya.
Irene menangis, ia merasa tak kuat, baik fisik maupun hati.
Ia menumpahkan semuanya, ia membenturkan kepala di pintu toilet.
"Kenapa..." Irene tak habis pikir dengan dirinya.
Ia juga ingin hidup seperti orang lain pada umumnya, bebas ke sana kemari.
Tapi ia sadar, bahwa manusia juga bisa menyembunyikan sesuatu kepada orang lain, seperti dirinya.
Artinya, setiap orang mempunyai topeng masing-masing untuk terlihat baik-baik saja kepada dunia.
Dengan sekuat tenaga, Irene berdiri dan keluar dari bilik toilet, dan mendapati seorang wanita muda di depan cermin wastafel yang terbatuk-batuk tanpa memakai masker.
Irene tak sadar dengan hal itu, ia juga lupa memakai masker, saat ini ia tak pedulikan sekitar, pikirannya kosong.
Irene tersadar saat wanita tersebut bersin dan batuknya semakin parah, dengan cepat ia memakai masker, lalu ia ingin mencuci muka di sebelah wastafel yang di tempati wanita tersebut.
Saat memutar kran ternyata airnya tidak keluar.
Kayaknya rusak.
Mau tak mau ia menunggu wanita tersebut.
Sejujurnya Irene kesal dengan wanita tersebut, ia tidak mencuci tangan atau tidak melakukan apapun di wastafel tersebut, ia ingin menegur tetapi seakan mulutnya tak mau berbicara.
Dan akhirnya ia menepuk pundak wanita tersebut yang membuat wanita itu menoleh ke arah Irene.
"O-oh iya bentar." ucap wanita itu, lalu ia mencuci tangan.
Irene menelisik wanita tersebut dari bawah hingga atas, wanita tersebut memakai pakaian pasien, rambut yang acak-acakan dan di tangannya terdapat selang infus yang hampir terlepas dan ada bekas darah yang membuat Irene merasa ngilu sendiri.
Wanita tersebut keluar toilet, dan Irene lihat wanita tersebut seperti sembunyi-sembunyi, sebelum keluar ia meligat sekitar yang membuat Irene mengernyit heran, Irene hanya bepikir itu adalah yang hal aneh.
Nggak pake masker, batuk lagi.
Irene hanya geleng-geleng kepala, ia hanya berpikir itu hanya pasien biasa.
Irene menyalakan kran lalu membasuh mukanya, ntah kenapa firasatnya buruk dengan wanita tadi.
Irene menggeleng-nggelengkan kepalanya, kenapa ia memikirkan orang lain sedangkan dirinya juga sakit?
Lalu ia mengikat rambut panjang halusnya dengan asal-asalan lalu mengambil tisu dan memakai masker.
Saat keluar dari toilet, ia melihat suster berlarian ke sana kemari dan seorang dokter yang sepertinya wanita mencari seseorang.
Irene melihat seorang suster datang dan menanyainya.
"Permisi, apa anda melihat seorang wanita yang tingginya seperti anda dan wanita itu memiliki bekas luka di tangannya?" tanya suster tersebut.
Pikiran Irene langsung tertuju pada wanita yang di toilet tadi, ia sempat melihat bekas luka di atas infus.
"Iya, tadi dia dari toilet, emang kenapa ya?" jawab dan tanya Irene sedikit ragu.
"Tadi dia keluar ke arah mana?"
"Tadi ke arah kanan saya liatnya." jawab Irene seadanya.
"Baik! terimakasih." lalu suster tersebut berlalu dari sana meninggalkan Irene yang penuh tanda tanya.
Irene mengangkat bahunya tak peduli lalu ia mengambil nomor antrian obat.
Irene sedikit terkejut saat mengambil nomor antrian, di tengah malam seperti ini, masih ramai orang ke rumah sakit.
Saat Irene sedang mengantri di tempat pengambilan obat, tepat di belakangnya ada sepasang wanita yang terlihat sedikit tua.
"Eh katanya tadi itu ada pasien covid kabur lho."
To Be Continued.
Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok bawah kiri yaa^^
Jika ada kesalahan tolong komen biar saya revisi.
See you next chapter!
-🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
COVID-19[END)
Short StoryJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA! [PROSES REVISI] ( SELESAI ) Cerita ini, tentang gadis berusia 17 tahun yang terkena virus bernama Virus Corona atau bisa disebut Covid-19. Sejak dinyatakan positif corona, hidupnya penuh dengan penyesalan dan rasa k...