Chapter 11

170 9 0
                                    

Menghindari ini tidak akan mengubah apa pun, kau harus kuat.
-Moon lovers: scarlet heart

Happy reading!

"Irene"

Irene menoleh ke arah pintu kamarnya, dengan. cepat ia memasukkan obatnya di laci miliknya dan membuka pintu kamarnya.

Ia melihat Mamanya yang membawa susu di atas nampan.

"Oh? kenapa, Ma?"

"Ini Mama bawain susu buat kamu." ucap Stella dengan masuk kamar, lalu meletakkan susu di meja belajar Irene.

"Eh!? kamu kok pucet, Sayang?" Stella menghampiri anaknya yang mukanya terlihat pucat.

"E-enggak papa kok, ini aku deg-deg an nanti ada kuis online nanti, hehe." jawab Irene bohong.

"Yaudah, sana belajar biar nanti gampang jawab pertanyaannya." suruh Stella.

Irene menggangguk-anggukkan kepalanya.

"Yaudah mama keluar ya, susunya jangan lupa diminum biar nggak pucet lagi." lembut Stella sambil mengelus kepala Irene.

Irene mengantar Mamanya lalu ia mengunci kamarnya.

Ia merosotkan badannya, ia menyeka keringat yang ada di dahinya.

Bajunya yang mulai lembab dan basah akibat keringat, padahal pagi ini cukup dingin di kotanya.

Hal ini adalah salah satu gejala penyakit jantung, yang selalu berkeringat. mukanya pucat ditambah ia sangat pusing.

Irene berdiri lalu mengambil kembali obat yang ada di lacinya lalu duduk di dekat meja belajar miliknya dan meminum 4 butir obat sekaligus.

Ia meneguk air putih yang sudah ia ambil.

Ia bersandar lemas Irene merasa badannya seperti hanya kulit saja tidak ada tulangnya, karena benar-benar lemas.

                                ***

Irene menutup lemas laptopnya, ia baru saja selesai online class. selama pelajaran tadi Irene tidak fokus dengan pembelajarannya, sebenarnya ia ingin izin tidak ikut kelas online, cuma ia sudah terlanjur berbohong kepada Mamanya, jadi mau bagaimana lagi?

Irene terus menatap ke bawah meja, ia terus menatap kakinya, tak lama ia meneteskan air matanya, badannya gemetar, saat ini ia diliputi ketakutan.

Daritadi ia tidak tenang bukan hanya karena badannya lemas, tetapi ia takut, ia takut di masa depan nanti.

Entah lah, ia hanya merasa ketakutan hingga menangis.

"A-aku harus gimana..." tangis Irene semakin pecah, tetapi ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara yang keras, takut orang tuanya mendengarkan.

Ia takut berjuang sendiri, tapi ia bingung berjuang sendiri tanpa merepotkan orang lain.

Benar-benar repot, bukan?

Coba bayangkan, jika kalian ada di posisi Irene saat ini, bagaimana perasaan kalian?

Yang di diagnosis penyakit jantung, lalu ia menyimpan hal itu sendiri, belum fakta ia dulu di buang oleh kedua orang tua kandungnya.

COVID-19[END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang