Chapter 2

1K 22 2
                                    

Aku tahu ini berat untukmu, tapi tidak apa-apa, kau bekerja dengan baik hari ini
-18 again


                      Happy Reading!

Matahari sudah muncul dari persembunyiannya sejak tadi, bahkan sudah menyusup masuk dari jendela kamar seorang gadis berusia 16 Tahun yang masih di bawah alam mimpinya.

Cklek!

"Nak, sudah jam 7 kurang lho,ayo sarapan" Stella membangunkan anaknya yang masih bergulung selimut

"Nak, ayo sekolah online, nanti kamu terlambat masuk zoom lho."Ucap Stella sambil mengguncang-ngguncangkan tubuh Irene pelan.

Irene menggeliat lalu mengerjap-ngerjap matanya karena sinar matahari yang seakan menusuk matanya.

Setelah sepenuhnya sadar Irene melihat mamanya yang di depannya "Eh jam berapa ini, Ma?" tanya Irene kepada Stella dengan muka bantalnya

"Haduhh ini jam 7 kurang Irene cepetan bangunnn, jangan nyepelein kalau kamu sekolah online!" Stella memberi peringatan kepada anaknya.

"Iya iya, Ma" Irene mendengus pelan saat melihat Stella keluar kamarnya dan ia bangkit dari kasur lalu merapikannya dan pergi ke kamar mandi.

                               ***

"Pagi Pa, Ma" Sapa Irene kepada kedua orang tuanya yang sedang sarapan.

"Pagi, Sayang" Balas kedua orang tuanya serempak sambil tersenyum.

Saat sarapan berlangsung, keadaan sunyi, hanya suara dentuman sendok yang menggelar.

Saat semua sudah selesai sarapan. Harry bersuara

"Nak, selama pandemi ini, kamu tetap di rumah ya, biar Papa sama Mama yang keluar, biasanya kan kamu sering ke supermarket beli cemilan, sekarang biar papa dan mama yang gantiin, kamu pokoknya di rumah terus aja ya" Harry berkata seperti itu karena Virus Corona yang semakin lama semakin menjadi-jadi.

"Hmm, iya, Pa, tapi Irene bosen banget Paa, masa Irene di rumah terus" Irene murung, tentu saja. ia benar-benar jenuh jika hari-harinya di rumah terus.

"Nak, ini demi kebaikan dirimu sendiri, Papa sama Mama takut kamu kenapa-kenapa" ucap Harry sambil mengelus pelan rambut Irene yang duduk disampingnya.

"Ck, tapi ada syaratnya Pa, Ma" ujar Irene sambil tersenyum.

"Apa? Papa usahain nuruti permintaan tuan putrinya Papa sama Mama" Ucap Harry sambil tersenyum yang diangguki oleh Stella.

"Kapan-kapan papa harus ngajak Irene ke OK School!" ucap Irene dengan senyuman yang sumringah.

"Hmmm, Okey deh papa kapan-kapan ajak Irene ke tempat kerja Papa" Ucap Harry sambil tersenyum ke anaknya.

OK School adalah tempat bekerja Harry. dulu sebelum Stella hamil, juga bekerja di OK School.
OK School tempatnya seperti sekolah, akan tetapi khusus anak yang berkebutuhan khusus.

                                ***

Saat ini Irene sedang sekolah online, yang mulai jam 7 hingga jam 11 siang.
Irene lebih suka belajar di rumah ketimbang sekolah di sekolah, katanya 'kalau belajar di sekolah bagi Irene gak seru, Irene dibilang cungkring mulu' tetapi memang kenyataannya seperti itu, tubuh Irene sangatlah kurus, tapi makannya banyak dan tidak bisa gemuk.

Di sekolah, Irene sering dijadikan bahan hinaan oleh teman-temannya---ralat, bukan temannya, tapi anak-anak lain yang di sekolah. jika di tanya apakah Irene di sekolah banyak temannya? jawabannya jelas tidak. karena Irene adalah tipikal orang yang antisosial, jarang bergaul, ia lebih suka sendiri jika di sekolah, ia tidak suka keramaian, jadi Irene sering pergi ke taman belakang sekolah sambil mendengarkan musik K-pop.

Banyak orang lain bilang bahwa seorang yang suka K-pop tidak akan pernah bosen jika di rumah terus.
tapi, Irene juga manusia yang bisa bosan kapan saja. walaupun ia sering menonton Drama Korea, ia tetap saja bosan.

                                ***

Irene menutup laptop-nya sembari menghembuskan nafas yang panjang. ia memikirkan masa depan, bagaimana jika Corona tidak hilang? apakah ia akan di rumah terus? hingga ia menikah? Ah, memikirkan hal itu membuat Irene tambah pusing, ditambah banyak tugas, jika sekolah di rumah, akan semakin menumpuk tugasnya.

Pandangan mata Irene tertuju pada jam dinding yang menempel di dinding kamarnya. ia sangat bosan, kedua orang tuanya saat ini tidak ada di rumah, papanya sedang kerja, dan mamanya yang sedang ke supermarket.

"Ngapain yaa enaknya..."gumam Irene dengan gaya tampak berpikir. lalu, kata-kata 'menulis' tiba-tiba terlintas di pikirannya. ia pun tahu apa yang ia lakukan untuk mengisi waktu luang nya selain menonton drama korea dan nge-fangirl.

Irene langsung pergi ke arah lemari kayu yang pintunya ia hiasi oleh foto-foto bias-nya. ia membuka lemari kayu tersebut lalu mengambil sebuah buku kecil bermotif bunga-bunga yang menggabungkan warna putih dan pink. ia tersenyum saat melihat buku tersebut lalu ia lari kecil kearah meja belajarnya.

Irene menulis tentang keseharian-hariannya di buku tersebut, ia berpikir untuk kenangan di masa depan nya nanti. ia menulis dengan teliti

hingga aktifitas nya berhenti ketika mendengar ada yang datang di rumahnya. ia pun langsung keluar kamar, lalu ia melihat ternyata mamanya yang mengenakan masker di mulutnya dan sarung tangan

Stella melihat anaknya yang baru keluar kamar, lalu ia pun langsung melemparkan senyuman manisnya kearah anaknya dan dibalas oleh Irene.

"Mama sudah cuci tangankan?" tanya Irene yang di angguki oleh Stella.

Sejak ada Corona, di depan rumahnya sudah di sediakan tempat cuci tangan minimalis yang terbuat dari bekas cat dan dikasih kran, dan sabun, lalu di depan pintu utama di rumahnya disediakan hand sanitizer.

orang-orang selalu mengeluh karena Corona ini, karena katanya ini terlalu 'merepotkan', padahal ini adalah salah satu ujian dari Tuhan. Huh.

"Mama denger, suaminya bu Eka, postif virus corona, dan kamu tau kan, Nak, rumah bu Eka dekat dari rumah kita." Stella menghela nafasnya. ia takut sekaligus gelisah

"Mama bener-bener takut, Nak, mama jadi parno." imbuhnya.

Irene yang melihat ekspresi Mamanya juga ikut sedih. bohong jika Irene tidak takut, ia juga takut, bu Eka rumahnya hanya selisih 5 rumah dari rumahnya.
memikirkannya membuat ia jengah.

"Mama gak usah terlalu mikirin, Ma, yang penting kita harus jaga diri kita masing-masing." Irene tersenyum lalu mendekat kearah mamanya memegang tangan mamanya seakan memberinya kekuatan agar tetap tenang, meskipun Irene juga takut.

                    To be Continued

Jangan lupa tekan tombol bintang dipojok kiri bawah yaa^^
See you next chapter!

COVID-19[END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang