Takdir yang telah tertulis memang harus diterima
sebab tidak ada penghapus yang dapat mengubah segalanya, kecuali
dirimu sendirilah yang menggantikan pena takdir itu dan merombaknya.-
“Zutta, Zutta,” samar-samar terdengar seberkas suara menembus gendang telingaku. Dalam setengah sadar aku mencoba membuka mata. Matahari bersinar begitu terik. Ku angkat tanganku untuk menghalangi cahaya tersebut menyilaukan mata.
Kesadaranku mulai utuh. Tampak Fleur mengamatiku dengan penuh kepanikan.
“Aku dimana, Fleur?” tanyaku mendesah dengan kepala yang sedikit pusing.
“Bangunlah terlebih dahulu. Pulihkan kesadaranmu!” pinta Fleur.
Aku berusaha bangun dengan tenaga seadanya. Kemudian duduk bersila dan memandang ke arah sekitar. Tampak bukit hijau membentang juga pepohonan yang rimbun. Pemandangan ini tak asing bagiku.
“Bukit Gevaudan?” tanyaku cepat setelah menyadarinya.
“Iya. Bagaimana kau bisa menghilang semalaman dan sampai di tempat ini?”
Aku mencoba memposisikan diri dengan baik. Mengingat-ingat suatu hal yang terjadi padaku.“Aku tidak tahu, Fleur. Tadi malam, di kamar mandi, lampu tiba-tiba mati. Kupikir kau mengerjaiku, ...”
“Tidak, aku tidak mengerjaimu,” Fleur menyangkal.
“Iya. Awalnya ku pikir memang kau mengerjaiku. Ternyata tidak. Kau tahu, Fleur? Saat lampu itu mati, tiba-tiba ada yang muncul dari dalam cermin di kamar mandi. Aku sangat terkejut. Ia tiba-tiba menyeretku begitu saja.”
“Muncul dari dalam cermin? Bagaimana bisa?”
“Aku melihatnya dengan sangat jelas. Ia begitu besar. Matanya sangat merah mengerikan. Dan kau tahu? Aku dibawa ke sebuah tempat yang sangat gelap dan dipenuhi oleh arwah-arwah dunia gaib.”
“Tunggu, Zutta. Apakah ini ada hubungannya lagi dengan monster Gevaudan?” tanya Fleur semakin penasaran.
“Sepertinya begitu, Fleur,” ucapku sedikit putus asa. “Kau perlu tahu, bahwa ketika aku di tempat tersebut rasanya benar-benar menakutkan. Aku sempat bertemu dengan sosok itu, sosok hitam besar bermata merah yang ternyata wujudnya serigala setengah anjing. Bukankah ini sangat jelas bahwa monster Gevaudan itu telah muncul? Dan ia telah berada di hadapanku, Fleur.” Aku menegaskan cerita terhadap Fleur diiringi dengan kepanikan dalam diriku sendiri.
“Lalu kita harus apa, Zutta?” Fleur tampaknya juga kehilangan asa.
“Aku tidak tahu Fleur. Bahkan kukira aku telah mati sebab saat aku bertemu monster itu ia menerkamku,” jelasku.
“Menerkam?”
“Iya. Akan tetapi, entah bagaimana aku bisa sampai di dunia ini kembali.”
“Aku juga heran. Tadi pagi aku telah mencarimu di sini, tetapi aku tidak menemukanmu. Dan siang ini ternyata aku menemukanmu. Ini sungguh aneh.” Fleur terheran.
“Hmm,” aku tertunduk memandang kedua garis tanganku. Berpikir mengenai hidupku yang seaneh ini –berbeda dari manusia lain.
Aku tertegun sejenak melihat pergelangan tanganku. “Fleur,” ucapku dengan sedikit terkejut.
“Ada apa, Zutta?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Departement de La Lozere [END]
Fantasy*Catatan : Jika kalian pernah mendengar potongan kisah mengenai monster gevaudan (La Bete du Gevaudan) yang telah memakan banyak korban di Lozere, Prancis sebelum tahun 1767, maka inilah salah satu cerita di balik segalanya. Bacalah dan tetap berhat...