bagian 13

3.8K 399 43
                                    


🌾Selamat membaca


Bintang akhirnya dibiarkan bersekolah hari ini. Ia kini tengah sibuk menyantap sarapan pagi yang kakaknya siapkan. Dengan lahap Bintang santap nasi goreng ala Rafdan tersebut sambil memperhatikan sang kakak yang tampak diam. Bintang yang melihat itupun merasa bingung.

"Lo kenapa kak? Sakit? Apa kemasukan setan?" Tanya Bintang secara tiba-tiba. Hal itu membuat Rafdan yang sibuk memakan nasi gorengnya itu mulai menatap sang adik. "Ngga ada apa-apa. Buruan habisin. Gua tinggalin kalau lo lama." Ancam Rafdan yang tampak sudah menyudahi sarapannya tersebut.

"Eh iya iya. Tungguin!" Dengan sergap Bintang menyuap nasi goreng yang tersisa itu dengan cepat. Rafdan sudah siap dengan setelan putih abu-abunya, tas yang sudah ia sandang dan kaus kaki yang sudah terpasang.

"Buruan! Gua ngga mau telat." Ujarnya pada sang adik.

"Ih anjir, iya. Gua ambil tas dulu di kamar." Bintang berlari ke lantai atas. Mulutnya tampak masih mengunyah nasi goreng tersebut. Tapi daripada ia ditinggal lagi, Bintangpun hanya menurut pada perkataan Rafdan barusan.

"Udah, ayo!" Ujar Bintang sambil berlari ke rak sepatu dan mengambil sepasang sepatu bermerk adid*s itu.

Rafdanpun beralih ke garasi rumahnya lalu mengeluarkan motor kesayangannya tersebut. Tak lama Bintangpun datang lalu mulai menaiki motor sang kakak. "Jangan ngebut!" Ujar Bintang.

"Hmm." Jawab Rafdan singkat.

//


Sekolah akhirnya dipulangkan sekitar 12 menit yang lalu. Kini Bintang tengah menunggu Rafdan, kakaknya itu memang selalu pulang paling terakhir mengingat jabatannya sebagai ketua kelas. Bintabg dudukkan badannya diatas motor Rafdan sambil beberapa kali menyeka peluh yang bercucuran.

Ia melihat teman-temannya yang sudah mulai menyusut hingga pandangannya terkunci pada sosok wanita yang tengah tersenyum ke arah Bintang.

"Mama?" Bintangpun turun dari motor Rafdan dan berlari ke arah sang ibu yang sedang berdiri di depan pagar sekolahnya. Tak lupa ia juga menyalami tangan sang ibu sambil tersenyum manis.

"Gimana sekolah kamu sayang?" Tanya wanita tersebut dengan belaian tangannya yang mengusap pipi Bintang lembut. "Alhamdulillah semuanya baik kok, ma." Jawab Bintang dengan semangat. Anak itu tampak senang dengan kedatangan wanita dengan lipstik peach itu.

"Sebenarnya ada yang mau mama bicarakan sama kamu, Bintang. Makanya mama datang ke sekolah kamu." Ujarnya dengan lembut. Bintangpun menatap sang ibu. "Mama mau bicara apa?" Tanya Bintang singkat.

"Hmm, tapi kayanya ngga disini. Kita cari tempat lain aja ya?" Bintangpun hanya menurut. Sudah lama rasanya tak bepergian dengan sang ibu seperti ini. Dengan sergap wanita itu menggenggam tangan Bintang lalu membawanya ke arah mobil yang ia parkirkan tak jauh dari sekolah sang anak.

Disisi lain...

Rafdan baru saja selesai dengan urusannya. Kini remaja berparas tampan itu melangkahkan kakinya ke arah parkiran sekolah. Namun langkahnya terhenti saat ia tak melihat sosok sang adik di sana. Rafdan lantas berlari ke arah motor yang terparkir itu lalu melihat sekelilingnya.

"Bintang!" Panggilnya. Namun tak ada jawaban sama sekali.

Rafdanpun lalu membuka handphonenya. Dan yang benar saja, Bintang mengirimkan pesan kepadanya. Seketika amarah bercampur rasa lelah itu menyatu saat melihat isi pesan yang Bintang kirimkan.

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang