bagian 4

4.9K 512 29
                                    

❗Sebelum baca part ini, baca dulu part sebelumnya yaa😉 mana tau lupa sama alurnya wkwk

🌾Selamat membaca

"BINTANG!!" Tanpa mengetuk pintu, rafdan menerobos masuk ke kamarnya dengan keadaan yang kembali kacau. Namun sosok yang ia cari sudah tak ada disana. Rafdan mencari bintang ke sekeliling kamarnya, hingga suara air menghentikan tubuhnya didepan kamar mandi kamarnya.

"BINTANG!! KELUAR!" Perintah rafdan dengan amarah yang sudah menggebu.

BRAK BRAK

Rafdan mengetuk pintu kamar mandi itu dengan kuat. Namun belum ada tanda tanda bila bintang akan membukakannya.

"BINTANG!"

Ceklek...

Decitan pintu itu akhirnya terdengar menampilkan sosok adiknya yang penuh dengan peluh. Rafdan terdiam cukup lama hingga suara lemah itu menyadarkannya kembali.

"Apa sih kak?" Tanya Bintang lirih seraya membuka pintu kamar mandi tersebut.

Rafdan yang khawatir melihat penampilan bintangpun mulai meneliti tubuh sang adik dari ujung kepala hingga kaki. Dahinya pun mengkerut saat menatap wajah bintang yang sudah pucat tersebut.

"Lo kenapa?" Tanya rafdan.

Belum sempat bintang menjawab, badannya sudah jatuh terduduk dilantai kamar mandi tersebut. Rafdan yang terkejut melihat itu mencoba menahan tubuh lemah itu.

"Lo kenapa hah?! KALAU SAKIT BILANG SAMA GUA!" Ujar rafdan sambil menyentak tubuh bintang.

"Pusing." Jawabnya seraya meletakkan kepalanya dibahu sang kakak, dan menutup matanya.

"Tiduran aja sini." Rafdan pun bangkit lalu membopong tubuh bintang ke kasurnya.

"Untung lo lagi sakit. Kalo ngga udah gua kunciin lo dikamar mandi." Ujar rafdan dalam hati seraya menyelimuti tubuh bintang.





//

19.30

Rafdan masih setia duduk disamping adiknya itu. Jujur keadaan bintang tadi sedikit membuatnya kewalahan. Keluar masuk WC karena perutnya yang mual membuat rafdan harus sigap. Ia memperhatikan wajah bintang sejenak. Semua rambutnya sudah basah akan keringat. Belum lagi tangannya yang juga masih menggenggam tangan rafdan dengan sedikit kencang membuatnya sadar bahwa sang adik sedang tak baik baik saja sekarang.

"Bin! Bintang! Woi bangun dulu!" Ujar rafdan sambil mengguncang pelan lengan Bintang.

"Hmm..." Jawab Bintang dengan lirih. Bintang juga menggeliat lalu membuka matanya perlahan.

"Gua mau keluar, beli makanan. Lo jangan kemana-mana. Denger?!" Ujar Rafdan dengan sedikit keras yang hanya diangguki oleh adiknya itu.

"Dikira gue mau kabur apa?" Jawab bintang dalam hati.

"Yaudah, gua pergi dulu. Kalau ada apa-apa telpon. Jangam diem aja!" Rafdan mulai melangkahkan keluar dari kamarnya itu dan berlalubegitu saja menyisakan Bintang disana.

"Yaallah pake haus lagi." Bintang baru teringat bahwa ia belum meminum setetes airpun setelah kejadian muntah tadi.

Tak ada pilihan lain, Iapun mendudukkan dirinya secara pelan-pelan lalu menurunkan kakinya ke lantai. Kepalanya masih menunduk, ntah mengapa pusingnya belum hilang hilang? padahal ia sudah meminum semua obat yang rafdan beri.

Dengan perlahan bintang langkahkan kakinya keluar dari kamar yang luas milik kakaknya itu dengan berpegangan di dinding-dinding yang ia lewati. Namun ketika sampai diluar, ia baru sadar bahwa ada tangga yang mengantarkannya ke lantai bawah yang sudah pasti tak akan bisa bintang lewati seorang diri tanpa bantuan kakaknya atau orang lain.

"Gimana turunnya ya? Bisa-bisa jatoh nih." Ungkapnya sambil memikirkan cara agar bisa sampai ke dapur. Namun karena tak mendapat cara lain, bintang putuskan untuk mencoba turun saja walau ia tau takkan sanggup untuk sampai ke bawah sana. "Coba aja kali ya?". Iapun mulai berpegangan dipenyangga tangga yang ada disampingnya dengan perlahan.

Namun belum sempat ia langkahkan kakinya, mata yang tadinya jernih kini mulai berbayang dan membuatnya terduduk dilantai dingin tersebut.

"Awh..." Lirihnya sambil mencengkram kuat kepalanya. Keringat dingin itu mulai keluar dari dahi serta lehernya.

Untungnya tepat saat itu, pintu besar rumahnya terbuka menampilkan sosok rafdan yang tengah berlari ke arahnya setelah melihat bintang yang terduduk dilantai saat itu.

"BINTANG!" Rafdan turut duduk disamping adiknya itu.

"Kak... Kepala gue." Lirihnya pada rafdan yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"GUA UDAH BILANG SAMA LO, JANGAN KELUAR! OTAK LO DIPAKAI APA NGGA SIH HAH?!" Bentaknya pada Bintang yang masih menundukkan kepalanya.

"MAKANYA KALAU DIBILANG TUH NURUT ANJI*G! GUA NGGA -"

"TOLONGIN GUE DULU! LO NGGA TAU KEPALA GUE MAU PECAH! Dan lo masih sempat-sempatnya bilang kayak begitu, Hati lo dimana sih kak..?" Ujar Bintang dengan suara yang sedikit bergetar. Tak lama setelah itu, Bintangpun mencoba untuk berdiri walau sedikit kesusahan dan mulai menjauh dari Rafdan yang masih mematung disana.

"Sorry, gua ngga maksud gitu."

"Kalau lo memang ngga maksud gitu, kenapa lo lakuin? Gua jadi ragu, lo abang kandung gua apa ngga?" Ujar Bintang lirih seakan tau yang kakaknya katakan, Bintang lalu menutup pintu kamarnya itu dengan keras dan tak lupa menguncinya.

//

19.30

Seharusnya sekarang adalah waktunya makan malam. Namun pemilik rumah besar tersebut belum juga memunculkan batang hidungnya.

Setelah kejadian tadi, baik Rafdan maupun Bintang tak ada yang mau keluar dari kamar pribadi mereka masing masing. Padahal kamar mereka berdua bersebelahan. Bintang yakin, Rafdan akan mendiaminya setelah bentakan yang ia beri ke sang kakak. Begitupun dengan Rafdan, ia berpikir Bintang akan semakin mengurung diri setelah kata kata kasar yang ia lontarkan ke sang adik.

"Huftt... Keluar apa ngga ya?" Ujar Rafdan yang tengah dilanda kebingungan yang tak berkesudahan. Tangannya sudah memegang gagang pintu. Tapi ia belum siap untuk bertemu Bintang setelah kejadian tadi.

*TING

Tiba-tiba handphonenya berbunyi menampilkan nama Agra di Lockscreen miliknya. Lantas tangan yang tadi memegang gagang pintu tersebut membuka pesan yang dikirim Agra padanya.

Agra Bangsat👿

Ke rumah gua buruan! Lagi sepi.

19.36

Tanpa menunggu lama lagi, Rafdanpun mengambil jaket kesayangannya dari dalam lemari lalu membuka puntu itu tanpa ragu lagi tanpa sadar bahwa sang adik tengah menunggu didepan kamarnya.

"Mau kemana?" Tanya Bintang dengan ekspresi muka yang jarang Rafdan lihat.

"Bukan urusan lo." Rafdanpun melenggang pergi meninggalkan Bintang yang masih menatap sendu punggung kakaknya itu.

"Lo beneran marah sama gua?" Tanya Bintang dalam hati.













[TBC]

Makasih banyak buat kalian yang masih setia nungguin nih cerita😉 Jujur alur ceritanya masih kacau bgt, cuma aku usahain bakal kasih yang beda insyaallah😌

Sorry kalo banyak typo atau ngga sesuai eskpetasi kalian😔

MAKASIH BANYAAAAK💜✨

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang