bagian 21

3.6K 362 28
                                    


🌾Selamat membaca

Seminggu setelah kejadian sakitnya Bintang, anak itu setiap harinya slalu merengek dan meminta kepada Rafdan untuk kembali membawanya berlibur.

Rafdan yang tak habis pikir dengan adiknya itupun beberapa kali sudah menolak untuk membawa Bintang bepergian kemanapun. Tapi seperti yang kalian ketahui tentang bocah itu. Bintang takkan behenti sebelum keinginannya terpenuhi.

"Kak! Ayolah, liburan lagi." Bujuk Bintang pada Rafdan yang sedang meminum teh di depan televisi. "Ngga ada libur-liburan." Jawabnya pula dengan nada yang mendatar.

"Ih lo mah ngga seru. Yang deket aja deh, ngga perlu jauh kaya kemaren. Ya mau ya?" Bujuknya lagi kini dengan gaya bicara lebaynya. Rafdanpun yang melirik Bintang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia tetap melanjutkan kegiatan meminum tehnya itu dengan santai tanpa memperhatikan Bintang sedikitpun.

"Susah banget sih minta sama lo. Liburan doang kok." Sedikit ada ujaran kekecewaan di dalam sana. Tapi Bintang yakin, Rafdan takkan sepeka itu untuk tau. Terlihat dari sikap kakaknya sekarang yang masih tak bergeming itu.

"Kak!" Panggilnya karena belum mendapat jawaban dari Rafdan.

"Apa sih, Bin?" Tanya Rafdan dengan kesal. Bahkan gelas yang ada ditangannya tadi ia hentakkan ke meja kaca yang ada didepannya.

"Tuhkan, lo ngga dengerin gua ngomong dari tadi?" Raut kesal itu begitu kentara diwajahnya. Tapi ntah mengapa hal iulah yang Rafdan sukai. Dibanding menangis, ia lebih suka melihat Bintang yang kesal dan bawel seperti sekarang.

"Liburan gimana lagi sih? Kemarinkan udah." Jawab Rafdan dengan sargas.

"Yakali yang kemarin itu liburan. Kali ini gua mau liburan yang bener-bener liburan." Jawab Bintang pula dengan gaya menjelaskannya yang aneh. "Lo ngomong apaan sih? Belibet banget." Sarkas Rafdan.

"Pokoknya gua mau jalan-jalan lagi." Ungkap Bintang.

"Iya iya, lo mau kemana? Jangan jauh-jauh tapi, capek gua nyetirnya." Tanya Rafdan dengan pasrah. Seketika senyum lebar itu kembali terbit diwajah Bintang. Anak itu langsung duduk disebelah Rafdan lalu menatap kakaknya.

"Kita ke pantai aja gimana? Pasti seru ngeliat sunset." Tawar Bintang yang bersemangat itu.

"Ya terserah." Jawab Rafdan seadanya, karena disaat seperti ini keinginan anak itu harus terpenuhi. Bila tidak Bintang pasti akan memaksa seperti tadi.

"Yeeeessss! Fix ya, ke pantai?"

"Hmm."

Keesokan harinya...

Bintang memasukkan barang-barang yang mungkin akan diperlukan nanti. Tas berisikan baju beberapa helai itu juga sudah ia letakkan dibagasi mobil Rafdan. Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Bintang memasuki mobil itu lalu memasang seatbeltnya.

"Udah semuakan?" Tanya Rafdan yang baru masuk ke mobilnya dengan menenteng plastik berukuran sedang.

"Udah udah." Jawab Bintang dengan semangat. Rafdanpun mengangguk lalu mulai membawa mobilnya menjauh dari pekarangan rumahnya.

Sesekali Rafdan lirik Bintang yang belum juga memudarkan senyumnya sambil melihat ke arah luar. Sesederhana inikah kebahagiaan anak itu? Ntahlah, pikirannya tengah berkecamuk sekarang.

Perjalanan panjang itu akhirnya selesai. Rafdan memarkirkan mobilnya itu diparkiran yang sudah disiapkan pihak pantai. Setelah itu, ia lalu menatap Bintang yang sudah tertidur pulas disampingnya dengan kepala yang disandarkannya dikaca jendela mobil.

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang