bagian 2

6.1K 602 48
                                    


🌾Selamat membaca

Bintang mengaduh sakit saat badannya terpental ke lantai dingin itu. Padahal badannya benar benar lemas karena pulang dengan keadaan basah kuyup tadi. Namun tanpa rasa bersalah, rafdan mendorong kuat tubuhnya.

"MAU KENA LO HAH?!! JANGAN SOK SOK BERANI LO SAMA GUA!!" Bentaknya sambil menendang kaki bintang dengan cukup kuat.

"Hah... Kak, badan gua lagi ngga enak. Please.. Biarin Gua istirahat bentar aja." Jawabnya dengan teramat lirih pada rafdan. Tapi itu semua tak dianggap oleh kakaknya itu. Rafdan malah beranjak pergi meninggalkan bintang yang masih terduduk lesu dilantai dengan air mata yang sudah tumpah.

BRAK...

Setelah sang kakak pergi, barulah bintang mencoba bangkit dengan memegang nakas disampingnya. Walau sedikit kesusahan, ia mengusahakan dirinya agar tak tumbang. Namun ketika baru ingin berdiri, badannya malah oleng kembali. Tubuh bintang jatuh ke lantai diiringi mata yang mulai terpejam itu.

"Kakak..." Panggil bintang diakhir kesadarannya.

//


Setelah keluar dari kamar bintang, rafdan memutuskan untuk mengambil minuman dingin di kulkas lalu membawa minuman tersebut ke kamarnya. Emosinya sudah mulai terkendali walau raut wajah nandingin itu masih kentara di wajahnya. Ia meneguk habis air minera itu dan menyisakan botil kosong yang ia letakkan di atas nakasnya.

"Ga bisa apa sehari aja tuh anak ngga ngajak ribut?!" Kesalnya seorang diri di dapur, menyalahkan segalanya ke sang adik. Walau kadang ia tahu bahwa ini kesalahannya.

Rafdan lalu Mencoba mengistirahatkan tubuhnya yang sudah penat itu. Matanya ia coba pejamkan, berharap semua akan baik baik saja esok, namun suara yang cukup kuat memaksanya untuk sadar dari tidurnya. Suara itu berasal dari kamar sebelah, kamar bintang.

Rafdan kembali mendengus tak suka, inilah yang ia maksud. Bintang tak pernah membuat hidupnya tenang. Karena kesal, rafdan berjalan keluar dan membawa langkahnya ke kamar sang adik.

BRAK...

Rafdan mendobrak pintu kayu milik bintang. Namun pandangannya langsung mengarah ke sang adik yang terkulai lemas di lantai. Wajah rafdan seketika berubah. Ia terkekeh pelan, namun raut dingin masih ia tampilkan.

"JANGAN CAPER JADI ORANG!" Ujar rafdan tanpa menyadari bintang sudah tak sadarkan diri.
Rafdan lalu masuk dan mendekati bintang. Ia lalu menendang pelan kaki bintang.

"GUA MAU ISTIRAHAT ANJI*G! GANGGU BANGET!" Ujar rafdan kembali tanpa jawaban dari bintang.

"Dikacangin lagi gua. WOI!" rafdan yang bingung melihat bintang lalu duduk disampingnya. Memperhatikan wajah bintang yang tak berona lagi. Tangannya lalu mengguncang bahu sang adik seraya membangunkan bintang.

"BINTANG!" Sepi kembali menjawab teriakan rafdan. Bintang benar benar tak bergerak sedikitpun. Karena merasa ada yang tak beres, rafdan memutuskan untuk mengangkat tubuh bintang lalu menidurkannya kembali di atas kasur.

Saat itu ia sadar, bahwa bintang sedang demam. Suhu tubuh bintang sampai menyengat tangannya. Pantas saja ia berkata bahwa badannya tak enak. Rafdan lalu menyelimuti badan sang adik dengan selimut tebal.

"Setidaknya gua udah nolongin lo. Ngga usah berharap banyak." Ujar rafdan lalu meninggalkan bintang yang belum sadar tersebut.

**B I N T A N G**

05.33

Rafdan terbangun karena alaram yang membangunkannya. Ia lalu Mengambil handuknya dan beranjak ke kamar mandi. Sekitar 15 menit, rafdan akhirnya keluar, menampilkan rambutnya yang basah. Mengeluarkan seragam yang akan ia gunakan hari ini lalu memakainya.

Tak lama setelah itu ia mengambil tasnya lalu beranjak keluar dengan keadaan yang sudah lumayan rapi. Namun langkahnya terhenti saat berada di depan pintu kamar bintang yang masih setia tertutup mengingat ketidaksadaran bintang semalam.

Karena merasa ingin tau keadaan sang adik, ia lalu membuka pintu itu perlahan. Melihatkan kondisi bintang yang hampir sama dengan semalam. Ia lalu berjalan ke arah sang adik, mendekatkan tangannya ke kening bintang. Namun semua itu terhenti ketika mata bintang terbuka dan menatap rafdan bingung.

"Ngapain lo kak?" Tanya bintang dengan sedikit lemah. Sedangkan rafdan ia hanya diam tanpa menjawab pertanyaan bintang.

"Kak?" Panggil bintang lagi.

"G-g..gua... Gua mau ke berangkat sekolah dulu." Jawaban itu sontak membuat bintang bingung. Tak biasanya rafdan bersikap seperti ini, Mengingat kejadian semalam.

"Aduuhh... Pusing banget ni kepala." Ujar bintang sambil memijat keningnya yang dipenuhi peluh itu.

Karena sakit kepalanya yang tak kunjung hilang, bintang memutuskan untuk mencari paracetamol di kotak obat miliknya yang berada didapur. Ia hanya bisa menyanggakan tubuhnya di dinding agar tak jatuh. Sesampainya didapur bintang lalu mencari keberadaan kotak obat tersebut.

"Dimana ya? Perasaan disini deh kemarin." Ucap bintang sambil mencari disekitaran lemari. Namun barang yang ia cari tak kunjung jumpa.

"Apa kak rafdan bawa ke kamar ya? Liat dulu deh." Ia lalu kembali ke lantai atas tepatnya ke kamar sang kakak yang lumayan luas tersebut.

Ia meneliti setiap kotak yang ada di kamar kakaknya tersebut. Membuka lemari serta mengecek laci meja belajar rafdan dengan cepat karena pusing yang semakin mendera kepalanya.

"Awhhh..." Bintang jatuh terduduk di lantai kamar rafdan sambil memegang kepalanya yang berkunang kunang tersebut. Menyandarkan tubuhnya didinding agar tak kembali jatuh, lalu memejamkan matanya.

"Lo ngga pa-pa?" Suara berat itu tiba tiba terdengar tepat didepannya. Bintang yakin itu hanya halusinasinya saja. Namun sebuah tangan memegang bahunya membuat bintang sadar bahwa ada seseorang disini.

Bintang perlahan membuka matanya, dan ya, rafdan tengah duduk tepat berada didepannya sekarang.

"Kakak?"

"Lo kenapa di kamar gua?" Tanya rafdan dengan suara yang tak terlalu kuat.

"Gua mau cari kotak obat, gua pikir ada di sini." Jawabnya dengan lirih karena tenaganya yang terkuras habis.

"Balik ke kamar lo! Obatnya udah gua beliin." Ujar rafdan yang sukses membuat bintang terheran heran melihat tingkah kakaknya yang berbeda dari biasanya.

"Malah ngelamun lagi ni anak. BALIK KE KAMAR LO!" teriakan itu menyadarkan bintang. Ia lalu perlahan menegakkan tubuhnya walau sedikit kesusahan karena pusing yang belum juga hilang.

"Bisa ngga?" Tanya rafdan saat melihat bintang yang kesusahan untuk berdiri.

"Bisa, tenang aja." Jawab bintang dengan santai.

Rafdan mengikuti langkah bintang dari belakang. Bersiap bila tubuh sang adik kembali oleng. Sesampainya di kamar bintang, rafdan lantas mengeluarkan tiga macam obat dari plastik putih yang ada di atas nakas bintang. Ia juga mengeluarkan 1 bungkus bubur ayam lalu memberinya ke bintang.

"Makan ini dulu. Abis itu minum obat." Perintahnya ke bintang yang masih menatapnya aneh.

"Lo ngga sekolah kak?" Tanya bintang.

"Udah! Ngga usah banyak tanya. Habisin buburnya cepetan!" Bintang yang melihat kakaknya mulai kesal, langsung membuka bubur itu dan melahapnya hingga habis.

"Andai lo gini tiap hari." - Bintang.















[TBC]

alhamdulillah up cepet hehehe😉😅 gimana? Suka ngga sama part kali ini? Semoga aja suka yaa💜💜

Makasih yang udah baca sampe habis, udah vote dan ngomen juga😘💫 maap kalo ada typo ya😝

MAKASIH BANYAAAK💜💜💫

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang