bagian 6

4.8K 498 41
                                    


🌾Selamat membaca

Bintang menyusuri jalanan yang masih terlihat sepi itu. Bagaimana tidak, ini masih sekitar 6 pagi. Setelah kejadian semalam, ntah mengapa perasaannya mengatakan untuk menghindar dari kakaknya. Walau ia tau masalah takkan selesai bila begitu. Namun ia perlu menenangkan diri terlebih dahulu.

Tin tin

Suara klakson itu berasal dari arah belakangnya. Dan yang benar saja, Rafdan menghampirinya yang masih setia berjalan tanpa menghiraukan suara berisik itu. Bahkan Bintang berlari dan mencoba menghindar dari Rafdan. Tapi itu semua percuma. Rafdan sudah menahannya terlwbih dahulu.

"Lepasin!" Ujar Bintang dingin pada Rafdan yang tengah memegang lengan Bintang erat. Namun perkataan Bintang itu tak ia lakukan. Ia menarik Bintang dan mendekat ke sang adik.

"Jangan kayak anak kecil. Sadar diri, lo itu udah gede!" Ujar Rafdan tanpa berperasaan sedikitpun. Bahkan terlihat dari gurat matanya Rafdan terlihat jengah melihat tingkah Bintang yang slalu membuat masalah seperti ini.

"Lepasin gua mau ke sekolah." Perkataan Bintang masih terdengar tenang walau hatinya tengah memberontak agar cepat pergi dari sana. Namun tetap saja, Rafdan tak melakukan apa yang Bintang ucapkan.

"Pengecut lo!" Perkataan Rafdan sukses membuat Bintang terdiam. Tangan yang tadinya menggenggam erat lengannya pun sudah terlepas pertanda Rafdan membiarkannya pergi dari hadapannya.

"Gue? Pengecut? Hah bukannya lo yang pengecut?" Ujar Bintang remeh yang memancing emosi Rafdan hingga kepalan tangan itu sukses ia hadiahi ke sang adik hingga Bintang terjatuh di jalanan yang sepi itu.

Bugh

"Gua bilang juga apa. Pengecut tetap bakal jadi pengecut sama kayak lo." Bintang kembali berujar remeh dihadapan Rafdan yang sudah seperti ingin memangsanya saat itu. "Kenapa? Baru nyadar kalau lo -"

Tiba tiba Rafdan menarik kerah baju Bintang dan menyeretnya ke sisi jalan yang dipenuhi pohon rumbun itu. Bintang pun tak menolak ,bukan karena takut melainkan tak kuat. Jujur saja pukulan yang kakaknya beri sangat keras. Ntah kemana Rafdan akan membawanya. Yang jelas, ia takkan pulang dengan bersih hari ini. Kakaknya pasti akan menghajarnya habis-habisan sebentar lagi.

"Lo mau bawa gue kemana hah?!" Bintang yang mulai lelah itu mencoba melepaskan tangan Rafdan yang masih menarik kerahnya. Hingga dorongan kuat membuatnya terjerembab jatuh disebuah gubuk tua ditengah hutan itu. Bintang memperhatikan sekelilingnya. Ia benar benar tak tau tempat apa ini.

"Kenapa lo bawa gue kesini? KENAPA LO BAWA GUE KESINI BRENG -"

"Nyali lo udah besar ya sekarang? Boleh juga." Ucapan Bintang terpotong oelh Rafdan yang sedang menatapnya tak suka, smirk milik kakaknya itu benar-benar mematikan. Bintang semakin yakin akan ada sesuatu yang akan terjadi.

Bintang yang saat itu terduduk pun mulai bangkit lalu mencoba keluar dari gubuk tua itu. Namun dengan cepat Rafdan kembali mendorong tubuh lemah Bintang hingga adiknya kembali jatuh. Bintangpun meringis karena punggungnya yang menghantam lemari kayu tua di belakangnya.

"Mau lo apa sih hah?! Minggir! Gua mau ke sekolah." Bintang kembali bangkit dan melangkahkan kakinya keluar. Tapi Rafdan takkan membiarkannya begitu saja, ia kembali mendorong tubuh itu lebih kuat hingga kembali jatuh.

"Lo pikir gua bakal bebasin lo gitu aja." Rafdan mendekat ke Bintang yang mulai memundurkan tubuhnya ke belakang, tapi Rafdan justru semakin memdekat.

"Lo mau apa? LO MAU APA HAH?!"

"BANYAK TANYA LO!" Rafdan menendang kuat Dada Bintang hingga anak itu terbatuk hebat. Bintang juga tampak kesusahan bernafas. Tapi itu semua tak membuat Rafdan berhenti.

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang