bagian 15

3.9K 393 21
                                    



🌾Selamat membaca


Hari ini adalah hari pertama ujian di sekolah Bintang dan Rafdan. Semua tampak tegang dan sibuk dengan buku masing-masing. Sekolah tempat Bintang bejalar bisa dikatakan sekolah dengan nilai rata-rata siswa paling tinggi di kotanya. Itulah tujuan Bintang belajar mati-matian semalam, bisa-bisa ranking terkahirlah yang ia dapat nanti. Belum lagi amukan Rafdan bisa membuat badannya remuk lagi.

"Ini udah, apalagi ya? Oh Iya, tentang oksidasikan belom, haduuh gimana nih?" Kepanikan itu bertambah ketika guru yang mengawas pada kelasnya masuk dan segera memulai ujian saat itu.

"Masukkan semua buku yang ada dimeja lalu kumpulkan ke depan!" Tepat pula guru killerlah yang sedang berada di depannya kini. Bila sudah seperti ini, bagaimana caranya Bintang untuk mencontek. Dengan langkah pelan ia bawa buku tebal itu ke meja yang sudah disediakan disamping papan tulia lalu kembali ke tempat duduknya.

"Kayanya gua mesti siap-siap kena amuk Kak Rafdan lagi abis ini." Ujarnya dalam hati dengan pasrah.


//

12.00

Sekolah dipulangkan cepat seperti ujian pada umumnya. Masih dengan keadaan yang sama, Bintang kini tengah menunggu kehadiran Rafdan ditempat biasa ia menunggu kakaknya itu. Ia dapat melihat Rafdan yang tengah berbincang dengam wali kelasnya mengingat sang kakak adalah ketua dikelas tersebut.

"Lama lo." Ujar Bintang saat Rafdan sudah ada disampingnya. Rafdan yang mendengar itupun hanya diam sambil memberi 1 helmnya ke sang adik.

"Gua malas masak. Kita beli nasi bungkus aja." Ujar Rafdan dengan datar. Bintang tau, mood kakaknya itu tengah tak baik saat ini. "Ya udah, beli aja." Jawabnya dengan tenang pula.

Mereka berdua akhirnya berhenti di salah satu rumah makan yang lumayan besar di tepi jalan besar tersebut. Rafdan melepaskan helmnya dan membalikkan badannya menghadap Bintang.

"Lauknya mau apa?" Tanya Rafdan secara tiba-tiba.

"Gua mau ayam bakar deh. Sama teh es juga ya?" Jawabnya dengan semangat. Rafdan mengangguk lalu meninggalkan Bintang yang duduk di atas motornya itu.

Beberapa menit kemudian...

Rafdan akhirnya datang dengan menenteng 1 plastik berukuran sedang di tangannya. Mata Bintang berbinar melihat itu, sudah lama rasanya ia tak menyantap makanan lezat tersebut. Rafdan lalu kembali memasang helmnya, diikuti Bintang yang naik ke atas motor yang belum menyala itu.

"Teh esnya adakan?"

"Hmm." Jawaban yang menurut Bintang singkat, padat dan jelas.

Sesampainya di rumah, mereka berdua tak langsung ke kamar. Melainkan melenceng ke dapur dan membuka nasi yang sudah semerbak dengan aromanya itu. Bintang dan Rafdan langsung menyantapnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Anjir ayamnya enak bet." Ujar Bintang dengan senyuman yang terlukis di wajahnya. Rafdan melirik sejenak, memperhatikan Bintang yang makan dengam lahap.

"Jangan bicara kalau lagi makan, kebiasaan banget." Rafdan kembali berujar dengan nada datarnya.

"Oh ya, kan kemarin lo bilang kita liburan akhir tahun ini. Itu benerankan?" Rafdan kembali menatap Bintang lalu menganggukkan kepalanya pertanda iya. "Yesss, kemana?" Pertanyaan itu kembali Bintang layangkan ke sang kakak.

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang