bagian 12

4K 408 28
                                    


🌾Selamat membaca

Rafdan akhirnya pulang setelah hampir 10 jam berada disekolah yang memuakkan itu. Ia memutuskan untuk langsung pulang karena Bintang yang terus menelponnya daritadi. Dengan tergesa ia langkahkan kakinya menuju parkiran dan melajukan mobil miliknya itu.

Setelah kurang lebih 10 menit perjalanan, Rafdan akhirnya sampai dan langsung memarkirkan mobilnya digarasi samping rumahnya.

Ceklek...

Saat masuk, Pandangannya langsung terarah pada sosok tenang yang tengah tertidur disofa dengan televisi yang tampak masih menyala. Rafdan lalu perlahan menghampiri sang adik dan duduk disampingya. Bintang tak sama sekali terusik dengan kehadirannya. Anak itu benar-benar tampak terlelap.

Setelah puas memperhatikan sang adik, Rafdanpun mulai beranjak darisana untuk mengganti pakaiannya yang sudah basah akan keringat. Beberapa menit setelahnya iapun kembali turun untuk menyiapkan makanan. Saat itu Bintang sudah bangun, namun anak itu masih tampak tengah mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terisi.

"Lo mau makan apa sore ini? Jangan yang aneh-aneh. Duit gua udah mau abis." Tanya Rafdan sambil berdiri dihadapan Bintang. Namun sang adik tetap dia dan melamun dengan mata yang masih mengantuk tersebut. "Gau mau mie ayam." Jawab Bintang setelah lama diam. Rafdanpun mendengus kesal dengan jawaban Bintang barusan.

"Ngga sehat, yang lain aja." Ujar Rafdan dengan cepat. Bintang yang mendengar ujaran Rafdan tadi itupun menatap aneh ke sang kakak. "Sejak kapan lo merhatiin makanan gua? Geli anjir dengernya." Ucap Bintang dengan kekehan garingnya. Rafdanpun diam setengah mati. Ia benar-benar malu sekarang setelah mengucapkan hal itu.

"Buruan! Lo mau apa selain mie ayam!?" Tanya Rafdan sekali lagi dengan nada yang lebih terdengar sangar di telinga Bintang. "Martabak telor deh. Tapi jangan pedes." Jawab Bintang dengan semangat. Rafdan lalu menganggukkan kepalanya dan berlalu begitu saja meninggalkan Bintang disana yang tampak tersenyum lebar. Sudah lama rasanya ia tidak memakan makanan favoritnya itu.

//

Setelah menunggu kurang lebih 20 menit, pesanan Bintangpun tiba. Tampak 2 porsi martabak telur dengan bau yang menyerbak ke seluruh dapur itu. Bintang tampak tersenyum saat Rafdan membuka bungkusan makanan favoritnya tersebut.

"Ini apa kak?" Tanya Bintang saat melihat sang kakak mengeluarkan sebungkus makanan yang tak ia ketahui. "Kentang goreng, lo mau?" Tanya Rafdan balik tanpa memperhatikan Bintang. Dengan cepat anak itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar.

"Jangan banyak-banyak. Ini junk food, ngga baik." Peringat Rafdan dengan nada datarnya. Bintang tampak mengerucutkan bibirnya, tampak tak senang dengan atas apa yang kakaknya ucapkan barusan. "Belom juga dimakan." Jawab Bintang kesal.

"Obat lo masih adakan?" Rafdan mencoba mencairkan suasana saat itu dengan mengajak Bintang mengobrol. Bintang yang merasa ditanyaipun menoleh. "Ada, masih baru juga masa udah habis." Jawabnya dengan sewot. Rafdanpun hanya bisa menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makan yang tertahan tadi.

"Hmm, kak. Kan bentar lagi libur panjang, ngga ada gitu acara liburan apa gimana? Suntuk anjir dirumah mulu." Tanya Bintang dengan nada seriusnya. Namun Rafdan tak menjawab, kakaknya tampak santai memakan martabak telur yang tinggal beberapa potong lagi.

"Yaudah deh, Gua bareng temen sekelas aja perginya." Ucapannya itu berhasil membuat Rafdan yang tadi diam mulai menoleh ke arahnya. "Lo mau kemana sih? Banyak maunya nji*g!" Jawab Rafdan kesal lalu meninggalkan Bintang disana seorang diri.

"Kalau ngomong sama lo Serba salah emang." Kesal Bintang lalu kembali melanjutkan acara makan-makannya seorang diri.

20.55

Malamnya, Bintang menyusun buku yang akan ia bawa besok ke sekolah. Sudah terlalu bosan untuknya tinggal dirumah sendirian. Setelah dirasa semuanya sidah dimasukkan ia dudukkan dirinya diatas ranjang empuk miliknya.

Ceklek...

Rafdan tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetok pintu terlebih dahulu. Hal itu sontak membuat Bintang terkaget. Sang kakak lalu duduk disampingnya namun ia tak kunjung membuka topik pembicaraan. "Ngapain sih kak? Tumben ke kamar?" Tanya Bintang dengan berhati-hati, takut Rafdan kembali merah padanya.

"Lo mau liburan kemana?" Tanya Rafdan mendadak yang semakin membuat Bintang bingung. "Maksudnya? Liburan apaan sih?" Tanya Sang adik lagi sambil memperhatikan wajah Rafdan.

"Tapi lo bilang mau liburan, ngga usah sok-sok ngga inget deh." Jawab Rafdan seraya menjauhkan pandangannya dari Bintang.

"Ouh, yang tadi sore? Ya terserah. Gua mah nurut-nurut aja. Yang jelas gua mau liburan." Ujar Bintang sambil mengusap tangannya yang tiba-tiba dingin tersebut. "Kalau gua ajak Agra ngga pa-pakan?" Tanya Rafdan.

"Ya bagus dong, makin ramai makin seru." Jawabnya dengan seadanya.

"Yaudah, tidur buruan! Gua ngga mau besok telat." Rafdanpun pergi setelah mengucapkan hal itu. Bintang tampak tersenyum penuh kebahagiaan melihat tingkah kakaknya seperti ini.

//

Keesokan paginya...

Bintang tampak panik saat melihat mobil Rafdan yang sudah melaju meninggalkan dirinya. Yang benar, karena tak dapat tidur semalam, kini ia telat untuk berangkat ke sekolah. Ditambah lagi sang kakak yang sudah lebih dulu meninggalkan dirinya.

"Mampus, gimana ya? Ngga usah sekolah apa?" Tanya Bintang seorang diri yang masih terdiam diteras rumahnya.

Namun tiba-tiba sebuah mobil masuk ke halaman rumahnya, dan itu bukan mobil Rafdan. Bintang sedikit menyipitkan matanya saat melihat sang pengemudi keluar dari mobil berwarna Hitam itu.

"Dengan Tuan Bintang Adelilo Aarav?" Tanya laki-laki yang menggunakan jas serba hitam dan dasi merah tersebut. Raut wajahnya yang tak dapat Bintang mengerti membuatnya berpikir sejenak. "Apa benar?" Tanya laki-laki itu lagi.

"I-iya, s-saya sendiri." Jawabnya dengan gugup. Bintang terus memperhatikan orang misterius yang ada dihadapannya kini. Tak dapat ia pungkiri, ketakutan tengah menguasainya saat itu juga. Namun semuanya sirna, saat melihat mobil sang kakak datang dari arah depan dengan kencangnya.

"Kakak?" Ujarnya.

Rafdan keluar dari mobil pribadinya dan berlari ke arah sang adik. Menyembunyikan tubuh Bintang dibelakang badan tegapnya dan memegang lengan Bintang yang terasa bergetar itu. "Kalau kalian disuruh Mama buat ngambil Bintang, mending kalian pergi deh!" Ujar Rafdan dingin.

"Maaf tuan, ini perintah nyonya besar." Jawab Laki-laki itu dengan berani. Rafdan menatap tajam pria paruh baya itu dengan tatapan yang mematikan. "Bilang sama dia, kalo Bintang udah punya kehidupan yang layak, dibanding harus tinggal sama keluarga barunya." Jawab Rafdan pula dengan sirat kebencian yang begitu kentara diwajahnya.

Rafdan lalu menarik tangan Bintang untuk masuk ke dalam rumah. Bintang tampak bingung. Saat Rafdan melangkah menjauh darinya, tangan Bintang dengan sergap menangkap lengan sang kakak. "Ada apa sih ini sebenarnya, kak?" Tanya Bintang dengan suara rendahnya.

Rafdanpun membalikkan tubuhnya menghadap sang adik. Memegang erat kedua bahu Bintang sambil menatap intens sang adik. Sama halnya dengan Bintang, Ia ikut menatap mata tajam kakaknya yang selama ini berhasil membuatnya takut setengah mati itu.

"Mama mau ambil lo dari gua." Jawabnya singkat.

"Mama? Kenapa?" Bintang kembali bertanya.

"Ngga usah banyak tanya! Yang jelas kau lo ketemu orang kaya tadi, ngga usah diladenin. Kalau bisa kabur, Dengar?!" Perintah sang kakak yang tampak serius dengan ucapannya. Namun bukan Bintang namanya bila tak mendapat jawaban seperti ini.

"Tapi kenapa? Mama mau ngapain?"

"JANGAN BANYAK TANYA ANJI*G! IKUTI AJA APA YANG GUA BILANG!" Rafdanpun pergi meninggalkan Bintang seorang diri di ruang depan rumahnya itu.


































[TBC]

Hallo semuaaa! Ada orang ngga nih? Segitu dulu ya sayaaang😉

Makasih yang udah baca, vote dan komen jugaa😘

MAKASIH BANYAAAAAK💜💫

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang