bagian 24

5.7K 307 30
                                    

🌾selamat membaca

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 3 hari untuk berlibur, Rafdan dan Bintang akhirnya memutuskan untuk pulang hari ini. Semua barang sudah terkemas di dalam tasnya masing-masing. Rafdan juga sudah memasukkan barang bawaannya ke dalam bagasi mobil.

Sedangkan Bintang, anak itu tengah asyik memainkan handphonenya. Ntah apa yang dilihatnya sampai tak sadar Rafdan tengah memperhatikannya sedari tadi.

"Apa sih yang ada dihandphone lo sampai serius gitu ngeliatnya?" Tanya Rafdan yang sudah ada disamping Bintang kini. Anak itu lalu menoleh ke arah sang kakak.

"Gua baru sadar kita belom ada foto sama sekali. Sekarang aja ya?" Bintangpun lantas membuka kamera handphonenya dan mengarahkannya ke wajah Rafdan dan dirinya.

Cekrek

"Nah, udah." Ujarnya dengan cengiran jahilnya sambil memperhatikan foto yang sudah diambilnya tadi.

Tak lama Rafdanpun menancapkan gasnya keluar dari area hotel. Hari ini bisa dibilang cukup mendung. Awan-awan dilangit beberapa terlihat gelap. Jalanan juga tampak sedikit sepi, mungkin orang-orang takut bila hujan mendadak turun.

Sama halnya juga dengan suasana mobil sekarang. Rafdan tengah sibuk menyetir sedangkan Bintang yang baru saja tertidur. Hening bersatu padu dengan lenguhan kecil Bintang yang terlelap tersebut. Namun hal yang memang sudah diperkirakanpun datang. Hujan mengguyur jalanan yang tadinya kering itu.

"Lah, udah tidur aja." Gumamnya seraya memperhatikan motor yang mulai menepi untuk berteduh.

Perjalanan itu tetap lanjut walau suasana yang begitu menyejukkan. Rafdan sesekali memperhatikan sang adik yang begitu lelap dalam mimpinya. Hingga setelah lama mengendarai mobil pribadinya, sampailah ia di sebuah restoran yang tampak begitu ramai.

"Bin! Bangun dulu." Ujar Rafdan sambil melepaskan sabuk pengaman yang dipakainya.

"Eungh... Apa?" Kini pertanyaan itu Bintang tanyakan dengan mata yang masih terpejam.

"Bangun buruan! Lo mau makan apa ngga? Gua tinggal nih." Seketika mata yang tadinya masih dilanda rasa kantuk itupun terbuka dengan pelan.

"Eh Iya iya."

Dengan gerakan lemasnya, Bintang lepaskan sabuk pengaman yang masih terlilit ditubuhnya. Setelah itu barulah ia berjalan ke arah dalam restoran yang sudah di dahului kakaknya.

"Mau mesen apa?" Tanya Rafdan.

"Emm, gue mau cumi pedas manis sama ayam bakar deh, Lagi kepengen." Jawab Bintang pula dengan kepala yang ia sanggakan dengan tangan kanannya.

Rafdan mengangguk dan segera memesan makanan yang tampak menggiurkan itu. Sembari menunggu, lelaki itu mengotak-atik handphonenya hingga mata tajam itu terpaku pada sebuah foto, menampilkan seorang perempuan yang begitu dibencinya. Ya, foto sang ibu terlihat jelas di layar handphone Rafdan.

Difoto itu, sang ibu tampak tersenyum lebar bersama seorang lelaki dan anak sebayanya. Bintang yang menyadari kakaknya yang sedari tadi terdiam memperhatikan telepon genggam tersebut.

"Kak!" Belum ada jawaban.

"Kak Rafdan!" Lamunan itu akhirnya berhasil menyadarkan Rafdan.

"Iya, kenapa?" Tanya-nya seraya mematikan handphonenya dengan sedikit terburu-buru. Takut bila Bintang akan sedih bila melihat foto itu.

B I N T A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang