chapter 6

1K 197 38
                                    

Brakk

Sunghoon menutup pintu mobil sekuat tenaga. Niki yang baru akan masuk juga terkejut karenanya. Sepanjang jalan menuju parkiran tadi pun Sunghoon tidak mau menjawab semua pertanyaan darinya.

"Hoon, biar gue yang nyetir lah sini!" Niki berusaha membujuk Sunghoon agar lelaki itu tidak menyetir dalam suasana hati yang sedang kacau.

"Gue bisa, nik. Gapapa kok gue." Setelah mengatakan itu, Sunghoon segera menyalakan mobilnya. Dan apa yang sudah Niki duga sebelumnya benar-benar terjadi, Sunghoon menginjak pedal gas dengan kecepatan yang tinggi.

"Weeeyy bang! Jangan gila lo!"

Padahal mereka masih di area Hongdae, dimana masih ramai dengan orang berlalu lalang. Tapi Sunghoon tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang tinggi.

"PARK SUNGHOON-! BAHAYA ANJIRRR!"

Niki yang biasa menjalankan mobil lebih cepat dari ini pun berteriak ketakutan. Karena Niki tidak pernah ngebut jika jalanan terlihat ramai. Niki juga tidak berani menyetir sendiri jika ia merasa sedang tidak dalam keadaan baik.

"Gue peringatin lo, HEH PARK SUNGHOON! AWASSS!"

Bruk

Niki menoleh ke belakang saat melihat ada benda yang baru saja di tabrak oleh Sunghoon. Ternyata yang Sunghoon tabrak itu adalah traffic cone.

"Sunghoon gila! Berhenti gue bilang!"

Tapi sayang, Sunghoon tidak mendengarkan ucapan Niki sama sekali. Lelaki itu tetap menggila dengan emosinya yang semakin memuncak.

Niki sudah kehabisan akal sekarang. Ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak mau mati konyol karena manusia gila bernama Park Sunghoon ini.

Sampai pada akhirnya Niki melihat beberapa meter di depan mereka, ada dua orang yang tengah menyebrang jalan. Niki masih bisa melihat dengan jelas dari jarak jauh. Tapi bagaimana dengan Sunghoon, lelaki yang sekarang tengah kesetanan itu?

"SUNGHOOON STOOPPP DI DEPAN AWASSSSSSSS!!"

Ckit~

Seketika Sunghoon menginjak rem dengan sekaligus sampai mengakibatkan keduanya hampir terhantup ke dashboard mobil.

Segera Niki dan Sunghoon keluar dari mobil untuk melihat keadaan dua orang yang hampir tertabrak oleh mereka —hanya tersisa beberapa jengkal lagi. Niki langsung menghembuskan napasnya lega karena masih di berikan selamat.

"Kalian ga apa-apa?" tanya Niki pada seorang gadis yang tengah menutupi tubuh wanita tua renta dalam rengkuhannya. Mereka berdua tampak syok. Terlihat dari napas keduanya yang tersengal.

Mendengar itu, gadis tersebut menolehkan kepala.

"Kalian ga bisa nyetir hah?! KALIAN ITU GIL- Lo harus minta maaf sama nenek ini." Gadis itu tampak menahan amarahnya. Seakan mengontrol ucapannya agar tidak mengumpat di depan wanita tua di sampingnya.

Mendengar itu, Niki langsung membungkukan badannya 90°. "Kami minta maaf... mbak, nenek."

"Ga usah sama gue. Karena gue ga bakal maafin karena tindakan lo berdua itu udah keterlaluan. Lo ga liat jalan raya masih rame? Tapi lo berdua seenak jidatnya ngebut? Lo berdua mau gue laporin hah?!"

"M-maaf mbak, kita berdua ngaku salah. Sekali lagi maaf. Nenek, maaf ya? Ada yang luka ga, nek?" Niki kembali lagi membungkukan badannya.

"Enggak, nak. Tapi nenek kaget banget."

"Ya tuhan... Maafin ya, nek. Nenek mau kita gimana?"

"Nenek cuman mau kalian jangan ngebut lagi. Bahaya."

𝑺𝑻𝑨𝑵𝑫 𝑩𝒀 𝑴𝑬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang