chapter 17

956 166 56
                                    

Jake saat ini tengah melihat-lihat blazer di salah satu toko brand pakaian langganannya. Ia mengelilingi satu demi satu rak seraya mencari yang sekiranya cocok untuk sahabatnya, Sunghoon. Ia hendak membelikan pemuda Park itu sebagai hadiah ulang tahunnya nanti.

Sampai akhirnya kedua mata Jake terkunci pada salah satu barang, lalu segera tangannya bergerak untuk mengambil. Akan tetapi begitu tangannya baru saja menyentuh, sebuah tangan lain secara bersamaan ikut menyentuh barang tersebut.

Jake segera menoleh ke samping, dimana di sana sudah ada seorang gadis yang juga menatap kearahnya.

"Eh, Jake?" seru gadis itu terkejut. Ternyata Jake mengenalinya, dia adalah Monday.

Jake langsung memasang wajah yang tak kalah terkejut, "oh! Moday?"

Monday tersenyum kearah Jake. "Belanja?"

Jake tampak menggaruk tengkuknya. Gurat bahagia tidak bisa di sembunyikan dari wajah pemuda itu. "Oh itu... Gue lagi mau nyari kado buat sahabat gue."

Monday mengangguk paham. Gadis itu lalu mengambil blazer yang keduanya inginkan, "ah... Jadi ini buat sahabat lo?"

"Tadinya. Tapi kalau lo mau ambil, ambil aja! Biar gue cari yang lain." Jake akhirnya merelakan blazer itu untuk di ambil oleh Monday. Meskipun ia sangat suka dengan barang tersebut dan yakin kalau Sunghoon akan menyukainya juga karena selera mereka hampir sama.

Tanpa di sangka, Monday menggelengkan kepala. Kemudian memberikan blazer tersebut kepada Jake. "Enggak. Buat lo aja. Lagian lo yang nyentuh duluan, kok."

"Beneran?" ucap Jake menyakinkan.

"Hm," Monday menganggukan kepala.

"Ya udah, thanks."

Monday tersenyum manis. Kemudian gadis itu merogoh tas selempangnya dan lalu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam sana.

"Oh ya, Jake. Minta nomor lo, dong! Siapa tau kedepannya kita bakal butuh satu sama lain." Monday lalu menyodorkan ponselnya kepada Jake. Meminta pemuda itu untuk memasukan nomornya disana.

"Oh, oke."

Setelah Jake memberikan nomornya, keduanya lantas berjalan bersama mengelilingi toko tersebut.

"Oh, ya. Rencananya lo mau beli blazer tadi buat siapa? Ga mungkin buat lo kan?" tanya Jake penasaran.

"Oh, itu... Buat ja-," tiba-tiba Monday menjeda ucapannya. Ia baru ingat kalau Jake adalah sahabat dekat Jay juga. Tidak mungkin dia memberitahukan yang sebenarnya kalau blazer itu rencananya akan ia berikan untuk Jay. "-jadi hadiah juga buat temen gue."

Jake mengernyit kecil. Ia seperti tidak yakin dengan jawaban Monday. Apa gadis itu sedang menutupi sesuatu, pikir Jake.

"Oh, terus gimana dong? Gue jadi ga enak."

Monday segera menggelengkan kepala, "eh... Ga, Jake. Santai aja. Gue bisa cari di tempat lain."

"Ya udah... Ayo, gue temenin!" Jake langsung menawarkan diri.

"Ga usah, Jake." Monday lalu melihat jam di tangannya, "aduh... Sorry, Jake. Kayanya gue harus pulang. Ibu gue pasti udah nunggu. Tadi gue dari kampus langsung kesini soalnya."

"Lo bawa kendaraan?" tanya Jake yang entah kenapa ia sedikit merasa cemas.

Monday tersenyum, "bawa. Bye, Jake..."

"Oke, hati-hati. Jangan lupa chat gue, ya!"

Jake menghembuskan napasnya panjang setelah Monday mulai meninggalkannya sendiri. Pemuda itu terus memandangi punggung yang semakin menjauh dengan perasaan senang.

𝑺𝑻𝑨𝑵𝑫 𝑩𝒀 𝑴𝑬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang