chapter 9

1.1K 187 62
                                    

Jay membuka pintu perpuskaan yang ada di kampusnya dengan hati-hati. Mengingat ini adalah ruang perpustakaan, sikapnya yang biasa grasak-grusuk kali ini harus di tahan. Ia datang ke tempat ini tentunya bukan tanpa alasan. Ia menuruti langkah kaki dan juga hatinya menuju ruangan dingin ini.

Lelaki dengan setelan rock chic itu menyusuri rak demi rak. Sesekali tangannya menyentuh buku namun berakhir dengan melewatkannya.

Ya, ada yang sedang ia cari sekarang ini. Ia berharap bisa menemukannya disini.

Sudut bibir Jay tertarik keatas saat tiba-tiba di salah satu jejeran rak ada seorang gadis yang sedang berjinjit berusaha meraih buku yang letaknya cukup tinggi. Jay yang mengenali gadis tersebut segera menghampiri lalu berdiri di belakang gadis itu dan meraih buku tersebut. Membuat sang gadis terkejut dan segera berbalik badan.

Gadis itu mengerjap saat wajahnya langsung berhadapan dengan dada bidang milik Jay.

"Jayaaa?" sapa gadis tersebut.

Jay menatap gadis itu pasrah, saat gadis tersebut memanggilnya dengan nama itu —lagi. "Jangan panggil gue Jaya di bilang!"

Gadis bersurai sepundak itu terkekeh, "ih kenapa sih emang? Kan gemas?"

"Gemas-gemas pipi lo gembil." Jay lalu menaruh buku yang sudah ada di tangannya ke atas kepala gadis itu. "Nih... Makanya tumbuh itu keatas. Bukan ke pipi!"

Gadis itu merebut buku di kepalanya, "ih- apaan sih, Jay?"

Mereka berdua pun akhirnya berjalan menuju tempat duduk yang ada di sudut ruangan. Mereka duduk saling berhadapan satu sama lain.

Gadis itu adalah Jiyoon. Dan sesuatu yang Jay cari di tempat ini adalah gadis itu.

"Jangan bilang kamu cuman pengen ngadem lagi disini?" Jiyoon menatap Jay penuh selidik.

"Iya." Jay mengangguk pasti. Kemudian ia menopang dagunya sambil menatap Jiyoon yang mulai membuka halaman buku di tas meja.

"Kebiasaan deh,"

"Emang kenapa? Ga ada yang larang juga kan?"

Jiyoon mendelik sinis, "terserah dirimu aja deh. Udah ya... Jangan ganggu! Aku mau baca buku. Kamu tidur aja! Tapi maaf ya.. Aku ga bakal bangunin kamu. Biarin aja sampai sekuriti kampus dateng..."

Jay berdesis pelan, "ish- tega banget."

Jiyoon tidak menjawab. Gadis itu lalu mulai membaca buku dengan serius. Bahkan gangguan dari Jay —dari mulai mengetuk-ngetuk meja, berhuming, sampai menumpuk buku sampai tinggi, pun tidak di hiraukan oleh Jiyoon.

Bruk

Sampai buku yang tertumpuk itu jatuh dan menimbulkan suara di perpustakaan yang hening ini.

"Jay~ bisa diam tidak?" tegur Jiyoon.

"Hehe... Maaf."

"Lagian tumben banget ke perpustakaan sendiran. Jake mana?" tanya Jiyoon penuh harap. Ya, biasanya hanya Jake yang berani menyumpal mulut Jay jika Jay menyebabkan masalah di perpustakaan.

Jay kemudian melihat jam di tangannya. "Harusnya dia udah dateng sih.. Tadi dia bilang mau nyusul."

Jiyoon menganggukan kepalanya mengerti. Tapi sesaat kemudian, seseorang yang baru saja mereka bicarakan pun muncul. Jake datang sembari tersenyum lebar —seperti biasa.

"Seru banget sih? Lagi pada ngomongin apa lo berdua?"

"Kita lagi-"

"Kita lagi debatin kalau pantat itu satu atau dua?" potong Jay. Padahal mereka sama sekali tidak ada membicarakan hal itu.

𝑺𝑻𝑨𝑵𝑫 𝑩𝒀 𝑴𝑬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang