Baper!

355 76 4
                                    

"Calon Imam"
iiranaSR

✨✨

Hingga akhirnya sekarang aku sudah berada di dapur rumah ini. Duh mampus aku! Masak nasi pake penanak aja nggak bisa. Ini apalagi harus goreng ikan.

Bundaa ... rasanya aku mau nangis kejer aja.

Hiks ...

"Ngapain melamun? Nih goreng ikannya?"

Dokter Altas menyerahkan wadah yang isinya ikan mas yang sudah dibumbui. Kuterima itu dengan ragu-ragu.

"Ini tinggal digoreng aja. Nih goreng!" perintah ia dengan songong.

Aku berjalan ke arah tempat penggorengan, menumpahkan minyak ke dalam wajan kemudian menyalakan api gas. Ya, paling tidak ini bisa aku kerjakan.

Deg-degan duh, sumpah!

Ini aku harus bagaimana? Pengen nangis. Niatnya pencitraan doang, tapi malah serasa senjata makan tuan!

Kumasukan secara perlahan ikan itu ke dalam wajan minyak yang sudah dipanaskan. Suara menggelegar minyak panas ke campur air membuatku sedikit takut. Tapi tenang, aku harus rileks, pura-pura pandai.

Sedang dokter Altas hanya memperhatikan aktivitasku, seperti biasanya dia mah, mau berdiri atau pun berbicara gayanya itu songong.

Kemudian menit-menit berikutnya dia menyerahkan spatula kepadaku. "Nih ambil, balikan ikannya biar nggak gosong."

Aku menatap itu dengan ragu, tiba-tiba ...

"E-eh Bunda Bunda Bunda Bunda Bunda ...." Sontak aku berucap latah dengan cepat setelah mendengar ikan yang digoreng memuncratkan minyak.

Buru-buru aku berjalan cepat ke belakang punggung si dokter.

"Makanya apinya kecilin!" katanya sembari memutar gas ke arah mengecilkan api.

"Nih ambil!" Ia kembali menyerahkan spatula kepadaku.

"Aku nggak mau," tolakku dengan cepat.

"Loh kenapa nggak mau? Ambil nih itu ikannya keburu gosong."

Aku menggeleng takut-takut.

"Kenapa? Kamu nggak bisa masak?"

Harus jawab apa aku sekarang. Sembari berpikir dalam diam, ah aku jawab aja, "aku tuh suka gatal-gatal, Dok. Kalau pegang yang beginian." Aku menunjuk spatula yang ada di tangan dokter Altas.

Ia menaikan satu alis, menatapku dengan heran. Duh salah nggak ya alasanku?

Kemudian dia berucap, "hallahh! Mana ada orang pegang beginian jadi gatal-gatal."

Tuh 'kan, aku salah memberi alasan.

"Ya, tapi 'kan faktanya aku ada."

"Halah ngeles aja kamu!"

Salah lagi kayaknya aku ini.

"Tapi kan ...."

"Mau beri alasan apa lagi kamu?!" Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, udah dia potong aja.

Mau tidak mau aku pun kembali berjalan ke tempat semula, mengambil spatula kemudian mulai membalikan ikan dalam wajan secara perlahan.

Sedang si dokter dia malah cengengesan senyum-senyum gak jelas sembari memperhatikan aktivitasku. Mulai gila kali ya dia. Mesem-mesem sendiri!

"Ngapain tuh senyum-senyum gak jelas. Bukannya bantuin!" Aku menyindir.

"Siapa juga yang senyum-senyum." Dih malah mengelak, udah jelas-jelas tadi keliatan banget kalau dia senyum-senyum.

Calon Imam √ || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang