Baikan

467 47 4
                                    

"Calon Imam"
'iiranaSR

✨✨

Aku bergeming, menatap dokter Altas sebentar kemudian dengan cepat pula membuang pandangan. Kini, aku harus menjawab dengan kata-kata apa?

Tidak salah dengar kah? Apa benar dia mencintaiku?

Hatiku jadi tidak karuan. Sungguh ini benar-benar nyata gak sih? Serius gak sih dia ngungkapin perasaannya padaku? Jangan sampai ini hanya mimpi, aku diterbangkan sampai melayang-layang jauh, kemudian dengan cepat pula dijatuhkan. Rasannya pasti sungguh pasti sangat sakit.

Kuatkan hati ...

Jangan mudah percaya begitu saja. Bisa saja 'kan dia ngungkapin rasa cintanya gak pake hati? Alias cuma ingin aku memaafkan kesalahannya.

Kutarik nafas, kemudian hembuskan secara perlahan. "Banyak orang bisa memberikan emotikon senyum di saat hatinya sedang rapuh, dan begitu pun sebaliknya," ucapku. "Jadi, bisa saja saat ini kamu mengatakan cinta di bibir, tapi lain di hati." Setelah mengakhiri ucapan aku menolah padanya, kemudian dengan cepat membuang pandangan.

Dokter Altas bergeming. Apa sangkaanku memang benar?

"Lihat mata saya, Manda. Apa mata ini terlihat sedang berbohong?" tanyanya, aku tidak menolah sedikit pun.

"Lihat saya," ucapnya lagi terdengar  tulus.

Sekarang, jadi aku yang terdiam. Diam tanpa mau melihat pada matanya. Sebab, sejujurnya tanpa aku melihat matanya pun, hati kecilku seakan berkata kalau dokter Altas memang sedang tidak berbohong.

"Apa saya terlihat sedang berbohong, Manda?" tanyanya lagi dengan pelan. Sungguh mendengar nada bicaranya yang terdengar sangat tulus begitu membuat hatiku jadi tidak karuan.

Sekarang aku harus jawab apa?

"Amanda ...," panggilnya dengan pelan. Aku menolah tanpa menjawab.

"Apa kamu mau membalas perasaan saya?" tanyanya tanpa ada keraguan sedikit pun.

"Saya ...." Kok sekarang jadi aku yang ragu menjawab ya?

"Katakan iyah jika iyah. Dan katakan tidak jika tidak. Saya tidak akan memaksa kamu untuk membalas perasaan saya." Matanya sungguh teduh, ucapannya terdengar begitu tulus. Aku mesti menjawab apa?

Berucap jujur gengsiku masih selaut, tapi kalau nggak jujur ...?
Tapi, masiyah aku harus jujur? Ini 'kan cerita awalnya aku lagi marah, lagi kecewa. Dan kalau aku jawab dia itu artinya aku gak bakalan marah lagi dong sama dia. Masaiyah secepat ini berubah dari marah jadi gak marah?

Tapi ... aku tidak boleh egois. Baiklah ini bukan saatnya untuk lebih mengedepankan kegengsian. "Saya ... saya juga suka sama kamu," ucapku pelan. Jujur sangat malu aku berucap seperti itu. Dosa gak saling ngungkapin perasaan.

"Hanya suka?" tanyanya dengan kekehan kecil.

"Juga cinta!" jawabku malu-malu. Duh bunda! DNA anak cucumu sudah ternodai. Bener-bener malu sampai ke DNA ini! Apalagi pipiku rasanya sekarang sedang memanas.

Dokter Altas tersenyum. "Jadi, kita udah baikan?"

Aku mengangguk.

"Jadi, kita udah saling cinta?"

Aku mengangguk.

"Jadi, kapan kita mau nikah?"

Allahu Robbi ...
Bunda! Ini aku gak salah denger?! Baper sendiri gueee ...

Ya Allah ... aku malu! Aku baper! Ini orang lagi serius apa becanda sih?! Please jauhkan aku dari spesies-spesies orang yang kerjaannya hanya bisa ngebaperin kemudian pergi ninggalin.

Calon Imam √ || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang