Tipe Calon Mantu Idaman Bunda

380 41 5
                                    

"Calon Imam"
'iiranaSR

✨✨

Terlepas dari semua hal yang pernah terjadi. Antara kedekatanku dengan siapapun, yang mungkin lebih tepatnya dekat dengan Fano saat ini.

Aku tidak mengartikan kedekatan yang lebih, apalagi sampai berharap yang lebih-lebih. Yang lebih-lebih itu seperti apa? Ya, mungkin kalian juga pasti sudah paham.

Bagiku, untuk saat ini dan seterusnya aku harus lebih berhati-hati. Berhati-hati untuk menjalin kedekatan dengan laki-laki. Jangan sampai aku dengan mudah menjatuhkan hati, terlepas dari semua hal yang pernah terjadi, dengan dikecewakannya hati sampai dua kali dengan cara yang yang begitu sakit bertubi-tubi. Sangat sakit. Dan mulai saat ini, aku akan menjaga. Menjaga diri dan hati, agar jangan tersakiti lagi.

Hari ini, hari weekend. Kalian tahu siapa yang akan datang ke rumahku?

Fano.

Dia bilang bosan jika hanya berdiam di hotel sendirian, maka dari itu aku mengundangnya datang ke rumah. Daripada dia di hotel sendirian 'kan? Lagi pula sepertinya teman dekat Fano yang ada di kota ini tidak banyak, juga sebab jauhnya jarak mereka. Dan untuk bersilaturahmi, sekalian dirinya masih ada di kota ini. Tidak ada maksud lebih, ini murni hanya ajakan biasa dan aku pun sudah menganggapnya seperti teman dekat. Walau tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya dengan pertemanan ini. Bisa jadi ... jadi cinta. Begitu bukan? Eh!

Pertama aku meminta izin dulu pada bunda. Tentu dengan senang hati bunda mengijinkan, malah katanya akan mengajak makan siang bareng.

Dan beginilah sekarang, Fano sudah berada di kediamanku dan bunda.

"Nak Fano ini gak usah repot-repot, pake bawain kue segala," kata bunda yang tengah duduk di kursi ruang tamu bersama Fano.

"Nggak pa-pa, Tante. Justru saya malu kalau gak bawa apa-apa," balas Fano dengan senyuman ramah.

Dan aku? Hanya nyimak kedua obrolan orang di depanku.

"Manda, ini bawa ke dapur, terus jamu taro di sini."

Aku mengangguk, kemudian mengambil kue yang bunda serahkan padaku. Menit-menit berikutnya aku pun kembali dari dapur, lalu menyimpan kue di atas meja.

"Ayo dimakan kuenya, enak nih kayaknya," kata bunda.

"Aduh, jadi gak enak saya, Tante. Masa kue yang saya bawa terus di jamu lagi untuk saya," kata Fano sembari terkekeh kecil. Begitulah Fano, sudah kubilang dia itu humoris.

"Nggak pa-pa, deh. Justru Bunda yang malu, masa ada tamu tapi gak nyiapin jamuan apa-apa."

Fano tersenyum mendengar ucapan bunda. Ah entahlah, mungkin antara malu dan bingung harus membalas apa.

"Ohiya, kamu dari berapa bersaudara?" tanya bunda.

Oke, sepertinya ke-kepoan bunda bakalan dimulai.

Dan aku?

Hanya bisa nyimak.

"Saya dari dua bersaudara, Tante. Punya satu adik perempuan. Tapi dia sudah menikah dan Alhamdulillah sekarang dia lagi hamil."

Bunda mengangguk mendengar jawaban itu. "Eh sebentar ya, Nak Fano. Bunda mau ke kamar dulu."

Fano mengangguk ramah. Kemudian berucap, "iyah, Tante."

Dan bunda pun berlalu pergi.

"Nama adiknya siapa?" kali ini aku yang bertanya. Kepo dikit gak pa-pa 'kan? Daripada canggung, diem-dieman aja dari tadi.

Calon Imam √ || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang