45. Persetujuan PDKT

644 59 24
                                    

Halooooo, selamat weekend..

Btw, sebelum kalian baca cerita ini, aku mau minta maaf dulu karna telat update yang harus nya malem minggu, malah jadi ke hari minggu wkwk. Gpp ya, kan masih sama sama minggu hehee

Oke, kalian baca nya pelan-pelan aja ya biar feelnya lebih dapet, karna part ini agak panjang (menurut aku)

Dan sebelum baca lagiiii, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYAAAA, karna aku gak mau bosen-bosen bilang kalo komen kalian itu semangat akuuuu untuk selalu update part baru.

Yaudah yuk, langsung aja
-

-

-

HAPPY READING❤

Pagi ini cuaca sangat mendung, terlihat dari jendela kamar Amel yang menampakkan awan abu yang menghiasi langit pagi ini. Hari ini orang rumah sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti dirinya yang sedang bersiap untuk ke sekolah sambil sesekali melihat ke arah kalender kecil yang ada di nakas samping meja riasnya.

Di sana, di angka yang terhitung tujuh hari lagi dari deretan angka yang tertera di kalender, Amel membulatkan angka tersebut dengan tulisan di bawahnya 'my birthday 17' yang artinya tepat seminggu lagi adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun.

Dulu, ketika Amel masih mengejar-ngejar Alex, ia selalu memimpikan dan mengharapkan bisa bersama dengan Alex di tahun ini agar ketika tepat ulang tahunnya ia bisa merayakan dengan seseorang yang menurutnya spesial, seseorang yang akan mendapatkan potongan bolu ke dua setelah ke dua orang tuanya, suapan ketiga setelah Ayah dan Bundanya. Amel benar-benar mengharapkan itu dan ketika salah satu harapan itu terkabul, tapi dengan bodohnya ia melepaskannya.

Lamunan Amel terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar nya yang ternyata dari Bundanya.

"Sayang, yuk turun, kita sarapan dulu." Itu suara Bundanya yang memintanya untuk sarapan bersama seperti biasanya.

Amel menghembuskan nafas panjangnya, sebelum tangannya meraih sweater rajut berwarna soft pink untuk ia kenakan karna pagi ini cuaca sedang tidak bersahabat.

Amel membuka pintu kamar nya dan langsung menampakkan Bundanya yang masih menunggu nya keluar.

"Yuk sarapan." Ajak Tari pada Amel.

"Bunda masak apa?" Tanya Amel basa-basi sambil menuruni tangga menuju ruang makan yang ada di lantai bawah.

"Kalau untuk sarapan Bunda bikin nasi goreng udang, tapi kalau untuk makan siang Bunda masak opor ayam dan perkedel kentang. Kenapa? Amel mau bawa bekal?" Tanya Tari sambil menarik kursi untuk putrinya.

Amel tidak langsung menjawab, ia berpikir sebentar untuk menjawabnya, lalu sedetik kemudian ia pun mengangguk.

"Boleh. Sekalian mau bawa susu juga deh, Amel males ke kantin." Jawab Amel sambil menyodorkan piringnya menerima nasi goreng yang Tari berikan.

"Yaudah, nanti Bunda minta Bibi untuk siapkan."

Amel mengangguk sambil tersenyum manis.

"Terimakasih Bunda Amel." Ucap Amel tulus sebelum memakan sarapannya.

"Sama-sama sayang."

🍂🍂🍂

Di tengah perjalanan menuju sekolahnya, Amel hanya diam memperhatikan jalan yang sedikit macet karna di depan memang sedang lampu merah. Kepalanya ia sandarkan pada kursi lalu menoleh sebentar ke arah Aldo- Ayah nya yang sedang asik menyanyikan lagu kanak-kanak yang Amel tahu judulnya adalah Hujan Rintik-Rintik.

ALEXAMEL (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang