55. Penenang

505 42 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen

🍂🍂🍂

Perlahan namun pasti, kedua mata yang hampir seminggu ini selalu terpejam namun kini kembali terbuka dengan pelan. Amel membuka matanya namun sedikit sulit dan terganggu akan cahaya pada ruangan ini. Namun, akhirnya beberapa detik kemudian ia pun kembali menguasai penglihatannya yang kini semakin jelas.

Dengan perban yang melilit di kepalanya, infusan pada punggung tangannya, serta selang yang masuk di kedua lubang hidungnya, kini akhirnya Amel pun tersadar setelah melewati mimpi panjang itu. Mimpi indah namun terasa menakutkan.

Kedua mata yang sudah sepenuhnya terbuka, kini mengedarkan penglihatannya ke seluruh penjuru ruangan ini, sehingga akhirnya matanya terfokus pada botol infusan yang menggantung dengan selang yang tersambung pada tangan kirinya.

Ruangan ini sepi, tidak ada seorang pun selain dirinya di sini. Namun beberapa saat kemudian, pintu ruangan itu pun terbuka dan menampakkan lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu.

"Ayah," Ucap Amel bergumam pelan memanggil Ayah nya yang kini terkejut melihat putri kesayangannya sudah membuka mata.

Ando berjalan cepat menghampiri brankar tempat putri nya terbaring, dan tak terasa setetes air mata penanda kelegaan dalam hatinya terjatuh.

"Amel, kamu sudah sadar, Sayang?" Ando langsung mengecup kening putri nya yang tertutup perban itu dengan sayang.

Amel tersenyum melihat kedatangan Ayah nya, ia ingin mengusap air mata itu namun langsung tertahan karna tangannya langsung digenggam oleh Ando.

"Alhamdulillah, putri ayah sudah sadar." Ujar Ando mengucapkan rasa syukur akan kesadaran putri satu-satunya.

"A-ayah," Amel kembali membuka suaranya untuk memanggil sang Ayah.

Aldo mengangguk cepat. "Iya Sayang, Ayah di sini. Kenapa? Apa ada yang sakit? Bilang sama Ayah sekarang." Ujar Ando cepat, khawatir jika putri nya merasakan sakit.

Amel menggeleng pelan. "Amel takut gak bisa lihat Ayah lagi."

Aldo langsung menenangkan putri nya. "Hustt.. Ayah di sini, Sayang, selamanya di samping Amel."

Amel mengangguk dan tersenyum lega. Ia selalu percaya akan perkataan Ayah nya, karna Ayah nya adalah satu-satunya laki-laki yang tidak pernah mengecewakannya.

Merasa sudah tenang akan keterkejutan serta kebahagiannya, Aldo pun segera memencet tombol untuk memanggilkan dokter ke ruangan putri nya ini, dan beberapa menit kemudian pun satu dokter serta dua suster datang untuk mengecek keadaan Amel.

🍂🍂🍂

Setelah setengah jam mendapat kabar jika Amel sudah siuman, kini ruangan dimana Amel dirawat pun sudah ramai dengan orang-orang yang sangat menantikan hari ini tiba.

Dian berjalan cepat menghampiri Amel setelah baru saja sampai. Ia sedang mengantar Mamahnya ke tempat arisan, namun ketika mendapat pesan dari Lisa yang mengatakan jika Amel sudah sadar, ia pun segera kabur dari perkumpulan ibu-ibu itu. Dian langsung menghubungi Dimas meminta dijemput karna ia tidak mungkin membawa mobil Mamahnya itu, bisa-bisa Dian kena amuk jika nekat melakukan itu. Dan yang untungnya saat itu Dimas sedang tidak sibuk di hari liburnya, sehingga langsung menyetujui ajakan kekasihnya itu.

Dian yang semula senyum, namun ketika sudah tepat berada di samping brankar Amel langsung menangis sejadi-jadinya, ingin memeluk Amel namun ia urungkan karna takut Amel merasakan sakit karna tertimpa badannya.

ALEXAMEL (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang