****
Malam semakin larut. Suasana area balap semakin ricuh. Saat waktunya tiba, seorang wanita dengan pakaian sangat minim hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya berdiri diantara Raka dan lawannya dengan membawa serbet kain. Para penonton bersorak riuh saat tahu pertandingan akan segera dimulai. Suara deruman motor keduanya semakin keras bersahut-sahutan.
Wanita itu mulai menghitung mundur, memberi aba-aba bahwa pertandingan benar akan dimulai. Tepat saat kain yang dibawa wanita itu jatuh Raka dan lawannya mulai menancap gas dengan kecepatan di atas rata rata. Tepuk tangan dan teriakan penonton mengiringi kepergian keduanya. Semakin diibuat penasaran dengan hasil akhir. Walaupun mereka tau Raka memang sangat ahli di bidang ini, tapi tak bisa dipungkiri bahwa lawannya juga sangat mahir, juga licik.
Sekarang, dua remaja itu sedang berlomba-lomba untuk mencapai garis finish paling awal. Raka yang sangat serius memperhatikan jalan dan lawannya yang sepertinya tampak terburu-buru. Tentunya ingin mengalahkan Raka. Kali ini motor Raka memimpin paling depan, jarak antara keduanya lumayan jauh. Tak mau kalah, akhirnya motor lawannya menambahkan laju kecepatan hingga kini sejajar dengan posisi Raka. Jalanan yang dilintasi sangat sepi, karena memang ini sudah larut malam dan ini adalah kawasan yang sepi kendaraan.
Garis finish sudah di depan mata. Keduanya semakin meningkatkan kecepatan. Saat ini motor Raka berada dibelakang lawannya. Tapi dengan cepat, dalam satu tarikan gas Raka berhasil melewati garis finish terlebih dahulu. Suara penonton semakin bersorak ramai. Sang juara bertahan kembali memenangkan pertandingan.
Raka segera menghentikan motornya dan melepas helm. Disambut teman-temannya yang menghampiri, memberi selamat pada Raka. Pemuda itu tersenyum tipis merasa puas dengan kemenangannya.
Sedangkan lawannya menatap tajam pada Raka yang dikerumuni banyak orang. Dirinya segera turun dari motor dan menghampiri kerumunan itu. Nafasnya memburu. Sorot matanya mengisyaratkan kemarahan. Tidak terima. Saat sampai di hadapan Raka, dirinya memberikan amplop coklat berisi uang seperti taruhannya di awal. Matanya bertemu dengan mata Raka. Raka yang di tatap seperti itu hanya tersenyum miring. Tangannya bergerak meninju pelan pundak lawannya.
"Terima kenyataan lo... Haikal" ucap Raka tenang, namun mampu menyulut kemarahan pemuda bernama Haikal tersebut.
"Tunggu balasan dari gue!" ujar Haikal dengan kilat amarah yang memuncak. Kemudian berbalik pergi meninggalkan area balap.
"Wohoo masih songong aja dia" seru teman teman Raka.
"Itu duit kayaknya tebel banget ka, bisalah makan makan. Laper nihh teriak Mulu" timpal Bams dengan wajah sok memelas.
"Najis muka lo" celutuk Nino membuat semuanya tertawa.
"Yeee salahin tu congor gabisa diem. Mangap Mulu dari tadi" sahut Aldan membekap mulut Bams.
Raka yang melihat tingkah teman temannya hanya terkekeh. "Bolehlah" jawab Raka menyetujui permintaan Bambang.
Semuanya berteriak histeris karena senang. Makan gratis, siapa yang tak mau. Apalagi teriakan Bams alias Bambang yang super duper keras. Cempreng pula. Untung anak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay
Ficção Adolescente"Bukan kebahagiaan yang gak berpihak sama lo, tapi lo yang gak mau ada dipihaknya" "Pura-pura bahagia juga butuh tenaga. Jangan sok kuat" - Raka "Disaat gue mulai mau berpihak sama kebahagiaan, lalu kenapa lagi-lagi kehilangan yang gue temukan?" - A...