Setelah tangisan Alicia mereda dan mulai tenang, Raka masih tetap berada di sisi gadis itu. Genggaman tangan keduanya belum juga terlepas. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.15. Sebentar lagi tengah malam.
"lo pulang aja gapapa" suara Alicia terdengar. Gadis itu melepaskan genggaman tangannya dengan Raka begitu sadar. Tangannya bergerak mengusap jejak air mata yang masih tersisa.
"lo juga harus pulang" jawab laki laki itu membuat Alicia terkejut.
"kok gue? gue harus disini, nemenin mama. Gue mau tunggu sampe mama sadar"
"iya gue tau, tapi untuk malam ini pulang dulu. Ini ICU cia, lo gabisa masuk sembarangan. Terus juga, Lo mau tidur dimana hm?"
"Gue bisa tidur disini" jawab Alicia menyenderkan kepalanya pada tembok.
"jangan keras kepala. kita pulang dulu, besok pagi kesini lagi. Lo juga harus bawa barang-barang mama lo kan. Bawa baju, perlengkapan lainnya"
Gadis itu terdiam memikirkan perkataan Raka. Lagipula dokter tadi juga mengatakan kalau dirinya bisa menemui mamanya besok pagi.
Raka bangkit dari posisi duduknya.
"Ayo, Bi Inah juga" ujarnya menatap Bi inah yang sedari tadi diam."Lo pulang aja, gue bisa pulang sendiri"
"gak, ini udah larut malem" laki-laki itu menolak perkataan Alicia. Gadis itu hanya mendengus.
Ketiganya kini berjalan menuju basement. Alicia dan bi Inah masuk kedalam mobil, sedangkan Raka mulai memasang helm full face nya. Mobil Alicia berjalan terlebih dahulu, diikuti motor Raka dari belakang.
Perjalanan menuju rumah Alicia sekitar 30 menit dari rumah sakit. Kini mobil Alicia juga motor Raka memasuki pekarangan rumah gadis itu.
"Makasih" Ujar Alicia menghampiri Raka yang baru turun dari motornya.
"gue masuk" lanjutnya lalu berjalan masuk kedalam rumah.Raka mengangguk, lalu berjalan mengikuti Alicia dari belakang. Alicia yang sadar kalau Raka mengikutinya kemudian berbalik.
"Lo? gak pulang?" tanya gadis itu bingung.
"gue tidur disini" ujar Raka dengan santainya.
"lah ngapainnn??"
"malem ini aja, buat mastiin lo baik baik aja" Perkataan Raka kali ini berhasil membuat hati Alicia berdesir hangat.
"udah ah masuk" ujar Raka beranjak mengajak Alicia untuk berjalan memasuki rumah.
Belum sempat Alicia akan menaiki tangga menuju kamarnya, tangannya sudah ditahan kembali oleh Raka.
"eitt, makan belum?" tanya laki laki itu menghentikan langkah Alicia. Gadis itu menggeleng. Tadi harusnya dirinya berniat menunggu mamanya untuk makan malam. Tapi belum sempat karena yang ia dengar adalah kabar kecelakaan dari rumah sakit.
"Makan dulu" kini Raka menarik tangan Alicia menuju meja makan, namun ditahan oleh gadis itu.
"gak ka, gue gak nafsu" Alicia berusaha menolak. Karena memang dirinya benar benar tidak merasa lapar sama sekali.
"jangan bandel" laki-laki itu tetap menarik tangan Alicia untuk duduk di meja makan, sedangkan dirinya berjalan menuju dapur.
Bi inah yang sudah berada di dapur kini tengah menyiapkan beberapa mi instan.
"Biar saya aja bi" ujar Raka tersenyum sopan.
"aduh den, gakpapa biar bibi saja" bi Inah menolak karena merasa tak enak hati.
"enggak, bibi juga pasti capek, banyak pikiran. Duduk aja sama cia" ujar laki-laki itu kekeuh menyuruh bi Inah duduk.
"Makasih den" melihat ketulusan dari mata Raka membuat Bu Inah luluh. Wania itu kini memutuskan untuk duduk di samping Alicia.
Alicia yang melihat semua perlakuan Raka hanya menatap kagum pada laki-laki itu. Sepertinya kali ini dirinya benar benar jatuh hati pada laki-laki dingin yang dulunya sangat ia hindari.
Pandangan Alicia masih tak lepas dari gerak gerik Raka. Sampai terlihat laki-laki itu selesai dengan pekerjaannya, dan berjalan menghampirinya membawa nampan berisi tiga mangkuk yang berisi mi instan.
"aduh bibi jadi ngerasa gaenak ngerepotin aden ganteng ini" celutuk bi Inah saat Raka mulai memberikan mangkuk kepadanya.
"Gapapa bi" balas Raka dengan senyuman sopan.
kini mereka mulai menyantap mi instan buatan Raka. Berbeda dengan Alicia yang melamun sambil mengaduk aduk mi yang ada di mangkuk. Gerak gerik itu tak luput dari pandangan Raka.
"dimakan cia.." tegur Raka dengan suara selembut mungkin. Berusaha tak menyinggung perasaan gadis itu.
Alicia menoleh, menatap Raka yang kini masih menatapnya. Mau tak mau gadis itu memasukkan sesuap ke mulutnya. Untuk saat ini dirinya tidak boleh egois. Tidak enak dengan Raka yang sudah repot-repot memasakkan makanan untuknya.
Setelah acara makan dadakan selesai. Tumpukan piring kotor dibawa Raka menuju wastafel. Namun saat tangannya hendak menyalakan kran air, tangannya ditahan oleh tangan bi Inah.
"Den, gausah.. Biar bibi saja"
"Gakpapa bi, saya bisa"
"Aduhhh aden ganteng ini. Udah kali ini kerjaan bibi, aden juga pasti capek" ujar bi Inah mengambil alih posisi Raka. Laki-laki itu tersenyum.
"Makasih bi, saya mau cek cia di kamar dulu" pamitnya beranjak dari dapur menuju kamar gadis itu.
Terlihat pintu masih terbuka. Raka mengintip sedikit, untuk melihat keberadaan Alicia. Namun yang ia lihat, tidak ada siapa-siapa di kamar itu. Karena bingung, Raka memutuskan untuk masuk mencari Alicia. matanya menyapu seluruh sudut kamar dengan cat warna tosca yang mendominasi. Saat pandangannya tertuju pada balkon, dirinya melihat keberadaan Alicia disana. Sedang duduk, dilantai tanpa alas apapun.
Raka melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu. lalu memutuskan duduk disampingnya.
"kenapa" kalimat Raka menyadarkan Alicia dari lamunannya.
"enggak" balasnya singkat, kemudian mengangkat kepala, memandang langit yang malam ini redup tidak ada bintang sama sekali.
Setelah itu hanya keheningan yang menyelimuti. Raka juga enggan untuk membuka obrolan. Karena rasanya yang Alicia butuhkan saat ini hanyalah ketenangan, bukan ocehan darinya atau motivasi sekalipun.
Terus seperti itu sampai Raka melihat kepala Alicia yang mulai menyandar pada bahunya, pertanda bahwa gadis itu sudah tertidur. Dengan sigap Raka mengangkat tubuh Alicia, dibawanya ke ranjang. Menyelimuti seluruh badannya hingga dagu. Setelah dirasa gadis itu benar benar lelap dalam tidurnya, Raka berjalan keluar kamar, tak lupa menutup pintunya.
Di depan pintu kamar Alicia dirinya berpapasan dengan bi Inah yang kini berjalan menghampirinya membawa gulungan selimut besar di tangannya.
"Aden, ini selimut buat Aden biar gak kedinginan" Ujar wanita tua itu memberikan gulungan selimut itu.
Raka tersenyum sopan lalu mengambil alih selimut itu ke tangannya.
"Makasih bi Inah, selamat malam" balas Raka lalu beranjak turun tangga menuju sofa ruang tamu untuk merebahkan tubuhnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay
Fiksi Remaja"Bukan kebahagiaan yang gak berpihak sama lo, tapi lo yang gak mau ada dipihaknya" "Pura-pura bahagia juga butuh tenaga. Jangan sok kuat" - Raka "Disaat gue mulai mau berpihak sama kebahagiaan, lalu kenapa lagi-lagi kehilangan yang gue temukan?" - A...