39

35.3K 2.6K 478
                                    

Bibir tebal itu terus saja berusaha merayu bibir merah muda mempesona milik Jennie. Ciuman tersebut begitu pelan, begitu lembut dan seringan bulu membuat gadis yang kini berada dibawah kendalinya itu terhanyut dan terbuai dengan gerakan bibirnya yang menggoda. Ciuman yang Lisa berikan hanya sebuah ciuman-ciuman ringan dengan kecupan-kecupan kecil sebagai pemanis, tapi efek yang diberikan membuat Jennie benar-benar terlena.

Namun di saat Jennie tengah menikmati ciuman yang memabukkan itu, tiba-tiba saja Lisa menghentikan ciumannya membuat kedua mata Jennie kembali terbuka. Ia memandang Lisa bingung dengan kening yang mengkerut.

Apa Lisa kecewa karena aku tidak membalas ciumannya?

Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan negatif yang mampir dalam pikirannya. Bukan, bukan tidak. Lebih tepatnya Jennie hanya belum sempat membalas ciuman itu. Ia terlalu menikmati setiap sentuhan lembut bibir Lisa. Ia berencana membalasnya, sungguh. Hanya saja Lisa lebih dulu menyudahi ciuman tersebut sebelum ia sempat melakukan keinginannya.

"Kenapa?"tanya Jennie lemah.

Lisa hanya diam sembari menatap lurus pada wajah Jennie yang memandang Lisa cemas. Tatapan itu tak terbaca bahkan Jennie tak berani untuk sekedar menduga-duga. Dan segala ketakutan yang sempat bersarang di hatinya sirna begitu saja ketika seulas senyum terukir di wajah Lisa yang mempesona. Terlebih saat Lisa kembali mendekatkan wajahnya pada Jennie membuat Jennie merona dan menunduk malu.

"Manis. Bibirmu manis sekali"bisik Lisa tepat di telinga Jennie sedangkan kedua tangannya berada dipinggang Jennie merengkuhnya erat.

"Are you ready for this, sayang?" tanya Lisa seraya menggigit daun telinga Jennie menggoda. Tanpa sadar Jennie mendesah pelan akibat ulah Lisa tersebut.

"So sexy". Lisa terdengar menggeram tertahan.

Rahang Lisa mengetat kuat menahan gejolak besar di dalam dirinya yang terus mendesak. Sejak tadi pandangan mata Lisa tak lepas dari leher Jennie, ia sudah tak sabar ingin membelai leher jenjang yang menggoda itu,, putih,,, mulus,,, bersih dan wangi. SEMPURNA!

Dengan jari telunjuknya, Lisa menjelajahi leher Jennie dengan menurunkan jemari panjangnya secara perlahan dengan gerakan seduktif. Jennie yang tak kuasa menahan setiap kenikmatan yang Lisa berikan memilih untuk memejamkan kedua matanya. Tanpa sadar Jennie mengangkat dagunya, mempersilahkan Lisa melakukan hal yang lebih pada leher jenjangnya.

"Please" cicitnya parau.

Lisa terkekeh pelan mendengar Jennie berkata dengan lirih dan memohon padanya. Lisa kembali mengulang gerakan yang sama hingga Jennie kembali mendesah pelan. Lisa sangat menyukai suara desahan yang keluar dari bibir Jennie, terdengar menggairahkan.

"Kau menyukainya?"tanya Lisa.

Jennie mengangguk cepat. "Iya"jawabnya dengan mata yang masih terpejam rapat.

Satu hal yang Lisa ketahui adalah istrinya ini masih merasakan ketegangan atas sentuhannya. Wajar saja, Lisa tidak sama sekali menyalahkan Jennie dengan respon tubuh yang Jennie berikan atas perlakuannya ini. Lisa paham betul jika Jennie belum sepenuhnya sembuh atas trauma yang dimilikinya.

Rengkuhan Lisa pada pinggang Jennie merenggang dan keheningan terjadi beberapa saat membuat Jennie kembali dilanda rasa cemas. Buru-buru ia membuka kedua matanya dan menatap Lisa sayu.

"Apa mengecewakan?"tanya Jennie khawatir.

Lisa menggeleng pelan dan menerbitkan sedikit senyuman di bibirnya. Dengan begitu Jennie dapat merasakan kelegaan melingkupi dirinya. Lisa beralih menautkan kedua tangannya pada tangan Jennie yang sejak awal terus saja menggengggam erat seprei hingga menimbulkan bekas remasan disana.

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang