Epilog 1

13.4K 1.2K 72
                                    

Suara langkah kaki yang terasa begitu terburu-buru masuk kedalam rumah, sedikit menyentak Jennie yang tengah berada di dapur. Ditambah suara lengkingan lainnya yang cukup menggemakan rumah besar tersebut.

"Sayang, dimana Jiwoo?" teriak Lisa.

Matanya mencari keberadaan putri kecilnya ke sekeliling rumah besar yang telah ia dan Jennie tempati beberapa tahun ini setelah kepulangannya dari Paris. Ia tak menemukan keberadaan si kecil, hingga Jennie muncul dari arah dapur menuju ke arahnya dengan wajah masam.

"Ada apa? Aku mendengarmu, kau tidak perlu berteriak" dengus Jennie sebal.

"Dimana Jiwoo? Mommy membawanya lagi?" tanya Lisa curiga.

Jennie mengganguk acuh sembari duduk di sofa ruang tamu. Pertanyaan seperti ini sudah sering kali Lisa lontarkan, hingga membuatnya bosan.

Lisa berdecak kesal.

"Ini." Lisa mengulurkan sesuatu ditangannya pada Jennie. Jennie melirik sedikit, sebuah majalah fashion. "Mommy membawa Jiwoo pemotretan lagi".

Jennie mengambil majalah itu, benar, ada wajah putrinya di halaman depan majalah tersebut. Gadis kecil itu terlihat cantik dengan balutan pakaian hitam, dipadukan dengan sepatu boots dan tumpukan kalung yang menghiasi lehernya, rambutnya yang dikuncir dua, serta wajahnya yang dihiasi makeup. Pose yang Jiwoo tampilkan membuat cover majalah tersebut semakin apik.

Jennie terkekeh gemas melihat kepiawaian putrinya. Ini sudah majalah kesekian yang ditunjukkan Lisa padanya. Dan Jennie akui, Sungryung benar, Jiwoo memiliki bakat itu.

"Mini me" ujar Jennie terkekeh geli.

Ya, Sungryung adalah orang yang begitu keras kepala untuk membuat Jiwoo menjadi seorang model cilik, dan mengabaikan larangan Lisa begitu saja. Seruan itu awalnya ia lontarkan ketika Jiwoo berusia 4 tahun, namun baru dapat ia wujudkan 6 bulan terakhir ini. Dan tentu saja, tanpa sepengetahuan dari Lisa.

Lisa yang masih kesal turut duduk di sebelah Jennie, merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Mommy benar-benar tidak pernah menyerah!" Sungutnya.

Jennie mengusap lengan Lisa yang masih kesal pada ibu mertuanya. Sebenarnya, keberatan Lisa ini sudah sering Lisa sampaikan padanya, tentang alasan ia tidak setuju Jiwoo terjun kedunia permodelan. Alasan utamanya tentu karena usia Jiwoo yang masih belia, bukan waktunya untuk ia bekerja. Lalu yang kedua, Lisa tak ingin kehidupan pribadi putrinya terusik sepertinya dulu, ia ingin putrinya menikmati masa kecilnya dengan baik tanpa gangguan.

Namun, Jennie juga tak dapat melarang ibu mertuanya yang begitu semangat tiap kali tawaran datang pada cucu tunggalnya itu. Apalagi, foto dan video keseharian Jiwoo kerap berada di laman sosial milik kedua orang tuanya serta keluarga lainnya. Tawaran yang datang pun tak bisa dibilang sedikit.

"It's ok, sayang. Aku bisa melihat, Jiwoo begitu nyaman melakukannya" ujar Jennie sembari mengusap lembut lengan Lisa.

"Kau tau benar alasanku" balas Lisa.

Jennie mengangguk. "Tau. Dan aku mengerti dengan kekhawatiranmu itu. Tenang saja, aku yang akan melarang Jiwoo jika memang ia tak nyaman lagi dengan dunianya ini" ujar Jennie begitu tenang.

Tak ada lagi yang bisa Lisa lakukan selain menghembuskan napasnya dengan kasar. Jennie benar, Jiwoo selalu terlihat gembira tiap kali pulang dari pemotretan. Wajahnya begitu berseri ketika menceritakan pengalamannya dibalik bidikan kamera.

Gadis kecil itu pun, sering kali menginap di kamarnya hanya sekedar untuk meminta nasihat dari Jennie mengenai dunia yang pernah digelutinya dulu. Jiwoo benar-benar ingin mengikuti jejak Jennie, rupanya.

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang