14

24.4K 2.5K 133
                                    

Gimpo International Airport

15 menit telah berlalu dengan cepat, dan selama itu pula Lisa sama sekali tak berniat keluar dari mobilnya. Bahkan gadis itu sama sekali tak ingin melepaskan genggaman tangannya dari gadis cantik yang duduk tepat di sampingnya. Agaknya gadis berponi ini masih terlalu betah berlama-lama dengan gadis satunya.

Pagi ini hanya ada Jennie dan supir yang mengantar keberangkatan Lisa menuju Jepang. Walau sebenarnya Sungryung dan Sukkyu juga ingin sekali turut mengantar kepergian anak semata wayangnya itu. Namun Lisa melarang keras keinginan kedua orangtuanya dengan alasan ia hanya ingin berduaan saja dengan Jennie. Dengan terpaksa kedua paruh baya tersebut mengangguk pasrah dan membiarkan Lisa pergi bersama Jennie.

"Apa kau akan terus berdiam diri saja disini?"tanya Jennie yang bosan melihat Lisa sedari tadi hanya diam, tak berniat turun dari mobil.

Seakan tersadar dari lamunannya, Lisa menoleh pada Jennie. "Bisakah kita kembali saja? Aku tak ingin berangkat" jawab Lisa menatap lurus pada sosok Jennie.

Helaan napas kasar Jennie lepaskan. Terkadang ia bingung dengan sikap Lisa yang kekanakan seperti ini. "Lisa kumohon jangan kekanakan, kau pergi untuk sebuah pekerjaan"kesal Jennie.

Lisa mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Jennie yang seakan tak mengerti perasaannya. Melihat tatapan Lisa yang sendu, Jennie pun memilih untuk mengalah. Tak baik rasanya membiarkan Lisa pergi jauh dalam suasana hati seperti itu.

"Baiklah, maafkan ucapanku yang kasar. Ayo turun, aku akan mengantarmu"bujuk Jennie berusaha menahan nada bicaranya.

Lisa melirik pada jam tangan yang melingkari tangan kirinya. "Aku masih ada waktu 1 jam sebelum flight, kau mau menemaniku untuk minum?"tanya Lisa penuh harap.

Lisa masih ingin menghabiskan waktu yang lama bersama Jennie. Seminggu ia harus berpisah dari tunangan yang telah mengambil seluruh hatinya. Bukankah seminggu waktu yang cukup lama? Jennie mengangguk setuju, menuruti kemauan Lisa.

Mereka sudah berada disalah satu cafe di bandara, memesan dua gelas minuman untuk menemani kebersamaan keduanya. Tatapan Lisa tak lepas dari tunanganannya sejak mendudukkan dirinya di cafe ini.

"Apa kau tak lelah terus menatapku seperti itu?"gerutu Jennie yang risih dengan tatapan intens  yang Lisa layangkan.

"Tidak, aku sedang merekam wajahmu agar aku bisa mengingat wajahmu saat jauh nanti"jawabnya.

"Tapi aku merasa risih Lisa"kesal Jennie.

"Tapi aku suka Jennie"balas Lisa tak ingin kalah.

Jennie menghela napasnya, pasrah dengan kelakuan aneh orang di depannya ini.

Waktu terus berputar, tanpa sadar kini sudah tiba saatnya untuk Lisa berangkat. Ia terus memperhatikan jam di pergelangan tangannya, berharap dapat menghentikan waktu saat ini juga.

"Mungkin lebih baik aku tak berangkat saja"ujar Lisa memelas.

"Tidak, kau akan tetap pergi"tegas Jennie.

"J, tapi--".

"Aku tak ingin memiliki tunangan yang pamalas seperti itu, Lisa"potong Jennie cepat sebelum Lisa kembali berulah.

Cukup lama Lisa berdiam diri, berperang dengan hatinya untuk meyakini dirinya akan kuat berpisah dari Jennie dalam waktu yang cukup lama.

Ia menghela napas lelah. "Sayang aku berangkat ya"pamit Lisa pada akhirnya. Raut wajahnya berubah sedih.

"Iya"jawab Jennie singkat.

"Saat aku menelponmu, kau harus mengangkatnya ya"ujar Lisa.

"Kapan aku pernah mereject  panggilan darimu?"tanya Jennie.

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang