44

25.8K 2.4K 549
                                    

Haloo,, panda kembali.
Mana yang kangen panda sini ngacung ☝️😁

***

Seharian ini Jennie terus berusaha bicara pada Lisa, bahkan tak jarang ia merengek dan memohon pada istrinya agar memperbolehkannya untuk hadir dalam perayaan ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya. Namun sejak pagi usahanya berakhir sia-sia, Lisa tetap teguh pada pendiriannya dan dengan tegas mengatakan TIDAK berulang kali.

"Lisa, ku mohon. Selama ini aku tak pernah melewatkan perayaan itu"mohonnya dengan tatapan memelas.

Lisa memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Jennie. Ia sedikit memutar tubuhnya dan menatap Jennie dalam. "Aku tidak melarangmu untuk merayakannya, Jennie. Aku melarangmu bertemu dengan kakakmu dan suaminya itu"ujar Lisa.

Jennie menghela napas kasar. "Lisa, bagaimanapun aku memiliki darah yang sama dengan Jisoo unnie. Dan sampai kapanpun kami akan selalu terhubung. Pertemuan seperti ini akan sering terjadi kedepannya"ujar Jennie menunduk lemah.

"Aku harus bagaimana? Aku tak bisa berbuat apapun. Kami memiliki orangtua yang sama. Sulit sekali rasanya jika harus memutuskan hubungan kakak adik seperti ini"cicitnya. Suara serak yang terdengar membuat Lisa dapat mengetahui dengan cepat bahwa istrinya mulai menangis.

Lisa memejamkan matanya kuat. Ada rasa tak tega yang menyeruak. Namun ia tak ingin mengambil resiko besar dan menempatkan istrinya pada situasi yang sulit lagi. Beberapa bulan ini Jennie telah berhasil melewati hari lebih baik dibanding sebelumnya saat terus berada satu atap dengan penyebab traumanya, dan Lisa sangat menjaga itu.

Baiklah jika itu hanya Jisoo, Lisa tak akan secemas ini. Tapi rasanya hal tersebut tidak mungkin. Jisoo dan Jin tak akan terpisahkan. Jikapun hanya Jisoo yang diundang, kakak iparnya itu tentu akan bersikeras untuk membawa serta suaminya.

"Aku hanya ingin melindungimu"ujar Lisa.

"Aku tau dan aku sangat menghargai itu" jawab Jennie.

Jennie menggapai kedua tangan Lisa dan menggenggamnya erat. Kedua mata kucing itu mulai memberanikan diri untuk menyelami mata hazel milik Lisa. Dengan pelupuk mata yang sedikit berair, Jennie dapat melihat Lisa sedikit luluh padanya.

"Ada kau disana. Aku akan selalu aman jika kau bersamaku"ujar Jennie.

"Aku percaya kau akan menjagaku dengan baik"lanjutnya.

Lisa menarik tangannya dari Jennie, melepaskan genggaman tangan Jennie begitu saja. Ia mengusap kasar wajahnya. Banyak pertimbangan yang sedang ia pikirkan, membatasi ruang Jennie bersama keluarganya tentu bukanlah sikap yang tepat dan terasa sangat egois. Namun disisi lainnya, membiarkan Jennie turut hadir dan menemui si pelaku malah akan membuat pengobatannya terasa sia-sia. Oh tidak, mungkin juga bisa menjadi penawar atas sakit yang ia derita. Entahlah.

Semakin banyak pertimbangan yang Lisa lakukan, semakin sulit pula ia memutuskan. Sekali lagi Lisa melirik pada Jennie yang dengan setia terus menatapnya demi menanti sebuah jawaban. Melihat sorot mata Jennie yang sangat berharap membuat pertahanan Lisa runtuh juga pada akhirnya.

"Baiklah. Tapi jaga jarak dari mereka"putus Lisa disertai sebuah peringatan.

Sesaat setelah mendengar keputusan yang Lisa buat, Jennie berhambur kedalam pelukan Lisa. Berulang kali ia mengucapkan terimakasih pada Lisa atas izinnya tersebut. Sungguh, Jennie senang sekali.

"Terimakasih Li- sayang"ujarnya malu-malu. Lisa membalas pelukannya.

"Maaf aku belum terbiasa"cicit Jennie merasa bersalah.

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang