7

25.2K 2.5K 152
                                    

Lalisa POV

"Pagi mommy, pagi daddy"sapaku pada mereka yang sudah duduk manis di meja makan.

"Selamat pagi sayang"balas mereka.

Aku mulai melahap sarapan yang sudah disiapkan mommy. Sepotong roti selai coklat serta susu coklat yang selalu menjadi favoritku.

"Ada apa denganmu dan Jennie?"tanya daddy yang tak ku mengerti maksudnya.

"Kami baik"jawabku, karena memang aku dan Jennie baik-baik saja sejak kejadian semalam.

"Lalisa, appa Jennie baru saja mengabari daddy kalau Jennie meminta perjodohan kalian untuk dibatalkan. Apa yang terjadi pada kalian?"tanya daddy.

Aku sudah menduga ini, pasti karena pertengkaran kami saat itu. Aku tersenyum semanis mungkin pada mommy dan daddy.

"Oh hanya sedikit masalah, pertengkaran kecil menuju hari pernikahan"jawabku.

"Kau ini. Awas saja jika Jennie sampai meminta perjodohan ini dibatalkan lagi" ujar mommy.

"Mommy dan daddy tenang saja, aku akan mengatasi tunanganku itu dengan sangat baik"ujarku santai.

Kami kembali melanjutkan sarapan masing-masing hingga tandas. Setelahnya aku pun segera pamit untuk berangkat ke restoran. Baru saja beberapa langkah aku meninggalkan meja makan, tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepalaku.

"Daddy, bisakah hari ini kita makan malam bersama keluarga Jennie. Ada yang ingin aku bicarakan"pintaku.

"Biarkan daddy yang mengatur masalah itu"jawab daddy. Baiklah, satu masalah telah teratasi.

***

Melihat tumpukkan kertas yang tak ada habisnya serta angka dan garis-garis yang berjejer rapi di layar laptop ini membuatku kesal sendiri. Pasalnya badanku sakit sekali sedari pagi tadi hanya duduk dan membuka tiap lembar kertas-kertas sialan ini. Terlebih mataku yang terasa perih karena pancaran sinar dari laptop.

Aku pun menyandarkan punggungku pada sandaran kursi, memejamkan mataku untuk merilekskan tubuhku. Dan sialnya, sekarang aku malah merindukan Jennieku. Eh tunggu, Jennieku? Terdengar lucu. Aku tak sabar memanggilnya seperti itu.

Untuk mengobati rasa rinduku ini, aku pun berinisiatif untuk menghubungi Jennie. Sejak pagi aku belum mengetahui keadaannya. Biarkan kali ini aku menjadi tunangan yang perhatian.

"Halo" sapa Jennie begitu panggilan tersambung.

"Halo sayang" balasku dengan nada mesra.

"Ada apa? Dan jangan memanggilku seperti itu. Menjijikkan, kau tau" ujarnya yang malah membuatku terkekeh. Aku mencoba bersikap manis padanya namun ia menepisnya.

"Begitukah caramu bicara pada tunanganmu?"tanyaku.

"Katakan saja ada apa kau menelponku, Lalisa. Jangan berbasa-basi seperti ini" desaknya.

"Aku sedang merindukan tunanganku, apa aku salah?"tanyaku, tentu ini bukan sebuah bualan belaka karena aku benar-benar merindukan Jennie, tunanganku.

"Akan ku matikan"ujarnya.

"Sayang tunggu"cegahku cepat sebelum ia benar-benar memutuskan panggilan.

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang