28

28.4K 3K 582
                                    

"Kau ingin tau semua tentang Jennie?" tanya Rose seperti menawarkan.

Lisa mengangguk dengan semangat. "Tapi setelah kau tau, apa kau akan meninggalkannya?"tanya Rose terdengar khawatir.

Lisa mengedikkan kedua bahunya. "Tergantung dengan ceritamu"jawab Lisa.

***

Lisa POV

Aku menatap lekat pada kedua mata Rose yang terlihat gusar dan gelisah. Aku bisa merasakan kecemasan yang Rose rasakan. Ia terdiam sejenak sembari menundukkan kepalanya dalam, membuat benakku semakin bertanya-tanya akan apa yang ingin ia sampaikan padaku. Sepertinya bukan sesuatu hal yang baik.

"Kalau begitu maaf, aku tak bisa memberitahumu"ujarnya pada akhirnya.

Aku mendesah kecewa. Tapi hati dan pikiranku tak juga bisa tenang. Rasa penasaran akan apa yang telah terjadi pada Jennie terus menghantuiku. Aku hanya ingin tau. Dan aku akan membiarkan hatiku memilih, tetap bertahan atau melepaskan Jennie.

"Sekarang jawab aku. Apa menurutmu, ceritamu ini mampu membuatku meninggalkannya?"tanyaku dengan sedikit keraguan.

"Mungkin saja"ujarnya menghela napas lelah.

Ya tuhan, rasanya aku ingin memilih untuk tak mengetahuinya saja. Karena jujur saja, hatiku belum siap untuk melepaskan Jennie. Bahkan mungkin tak akan pernah siap, karena aku memiliki rasa yang begitu besar untuk istriku walaupun ia tak pernah menganggapku.

"Ku mohon berjanjilah padaku. Dan aku akan menceritakan semua yang ku ketahui padamu"ujarnya memohon.

Aku sedikit takut. Takut jika ini akan melukaiku. Bagaimanapun aku mencintai Jennie, dan mengetahui ia memiliki seseorang yang telah mengambil hatinya, aku tak sanggup. Tapi tubuhku berkhianat dengan hatiku, ia mengangguk tanpa persetujuan.

"Lisa"panggilnya.

Aku segera menatap matanya yang mulai berkaca-kaca. Tidak, ini bukan Rose sahabatku yang selalu menatapku dengan jenaka. Dari sorot matanya aku bisa melihat ia rapuh dan tak berdaya.

"Aku yakin, Jennie akan marah padaku jika aku menceritakannya padamu. Tapi aku tak tahan. Mendengar kalian bertengkar membuatku risau"ujarnya.

Ya, aku tau ia cemas. Terbukti dari kedua bola matanya yang bergerak liar.

"Setidaknya, berjanjilah padaku bahwa kau akan selalu melindunginya"ujarnya tercekat karena kemudian ia menitihkan air matanya.

Aku membuang pandanganku tak ingin menatapnya yang mulai terisak. Aku tak mengerti apa, bahkan aku tak mengetahui apa yang ingin ia sampaikan. Tapi entah mengapa aku pun merasakan sesak didadaku.

Tentu saja aku akan selalu menjaga dan melindunginya. Jennie istriku. Dan ia tanggung jawabku.

Namun kata-kata ini hanya mampu ku ucapkan didalam hati. Karena otakku berpikir bahwa ia telah memiliki cinta pertamanya itu untuk menjaganya.

"Aku mengenal Jennie saat kami masih kanak-kanak. Jennie adalah gadis yang baik dan ceria. Walau ku akui, Jennie akan menjadi anak yang pendiam saat ia bertemu dengan orang baru"ujarnya memulai cerita.

Ya, Jennieku memang gadis yang seperti itu.

Tanpa sadar sudut bibirku tertarik saat teringat kembali senyumannya yang menggemaskan itu. Juga beberapa kali, aku mendapati Jennie bersikap hangat padaku. Sejak itu aku mengerti, Jennie bukanlah gadis dingin yang tak tersentuh.

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang